بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Belajar dari perjalanan obat kemarin yang melibatkan absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Obat setelah itu tidak hanya berjalan lalu berakhir dengan proses pengeluaran. Ada waktu ketika obat dimetabolisme dan menghasilkan efek. Cara kerja dan mekanisme kerja ini disebut farmakodinamik. Salah satu hal menarik dari mekanisme kerja obat ini adalah mekanisme kerja obat yang berhubungan dengan reseptor. Dimana adanya interaksi antara reseptor dari makromolekul khas dari tubuh berikatan dengan ligan, suatu molekul spesifik obat yang dapat mengikat reseptor. Aksi atau hasilnya pun bermacam-macam; agonis yang berarti ikatan reseptor dan obat mampu menghasilkan efek,agonis parsial adalah agonis yang menghasilkan efek lebih kecil, dan antagonis yang berarti reseptor dan obat yang berikatan tapi sama sekali tak memberikan efek.
Aku termenung dikamar dengan memerhatikan luar jendela yang sengaja kubuka. Hatiku gelisah, memikirkan kejadian beberapa hari ini yang tak sengaja seolah mengikatku dengan dokter Proka. Aku memang belum pernah berhubungan serius dengan laki-laki sebelumnya. Kak Gafi pun tidak lain hanyalah teman yang harapnya telah aku pasrahkan. Tidak begitu aku memusingkannya. Namun, dokter Proka? Dia mendadak datang, tapi seketika pula menyinggung pernikahan. Aku tak tahu pasti, apakah niatnya itu sudah genap? Sedangkan tekadnya yang terlihat bulat karena ada campur tangan keluarganya, terutama mamanya.
Akankah seperti aksi kerja obat dengan reseptor yang berimpak gagal? Terikat tapi tak mengikat. Dan, tanpa menghasilkan suatu apapun, percuma.
"Rena, Kak Shena udah datang, nih. Abi berangkat, ya!"
"Iya, Bi," ucapku hampir teriak menjawab Abi. Maklum, aku ada di kamar sedangkan Abi mungkin di ruang tengah yang hendak keluar rumah.
Hari ini adalah hari kedua aku tidak masuk kerja. Sejak kemarin memang Kak Shena dipinta Abi untuk datang ke rumah. Kebetulan Kak Shena adalah seorang fisioterapi dari keluargaku sendiri, anak dari Bibi Lathifa, adik dari Umiku.
"Hai, Rena!"
Pangil Kak Shena dari pintu dengan raut sumringah. Rambutnya yang dicepol menambah kesan humble yang dia miliki.
Serta selera fashion-nya yang semikorea pun menambah anggun, perpaduan yang hampir sempurna."Hai, Kak," tanggapku.
Dia mendekat kearahku, mengambil duduk di kasur tempatku menyelonjorkan kaki.
"Udah lebih baik?" tanyanya.
"Udah mendingan sih, Kak. Dikit-dikit udah bisa berjalan tanpa kruk."
"Alhamdulillah kalau gitu. Kayaknya lusa kamu udah boleh kerja. Tapi, jangan banyak berdiri apalagi banyak jalan, ya."
Mataku berbinar senang ketika Kak Shena selesai berucap. Mengingat aku sangat ingin mengakhiri kejenuhan ini dengan segera.
"Siap, Kak. Insyaa Allah."
"Bagaimana dengan tamu kemarin?"
Kak Shena berucap sambil memegang kakiku untuk mulai diterapi.
"Tamu yang mana?"
"Yang pagi-pagi niat banget bawain sarapan."
Aku menghela napas panjang. Hatiku kembali dirundung bimbang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pro Re Nata [ON GOING]
Spiritual[Romance - Spiritual] Pro re nata (bila perlu); Tentang kisah yang semestinya ditanggapi seperlunya. Memperkenalkan lakon: dr. Proka dan apt. Renata. Copyright© 2024 by Shintashine