Chapter XXIII : Off Label

1.5K 109 5
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Hari kedua, bagiku yang kemarin baru saja sah menjadi istri dari dokter Proka. Saat ini aku masih ada di hotel yang sama ketika diadakannya resepsi kemarin. Karena dari pihak hotel sendiri yang memberi voucher staycation sebagai hadiah pernikahan.

"Mas ... Aku laper, deh!" ucapku pada dokter Proka yang ikut bermalas-malasan diatas tempat tidur bersamaku.

"Males keluar, ah."

"Ih, masa aku keluar sendiri. Aku gak tahu restonya dilantai berapa," rajukku manja.

"Suruh antar kesini aja."

"Gak mau! Aku mau liat-liat menunya. Barangkali ada ayam fillet kecap."

"Ayam fillet kecap?"

"Iya. Menu kesukaan aku," jawabku dengan alis terangkat, sangat antusias.

"Apa enaknya coba."

Aku mendengus mendengar ejekannya. "Bangun, gak?" Aku menarik tangannya sekuat tenaga agar dia mau bangun dari rebahan tak bergunanya itu.

Tidak ada pergerakan. Bahkan tenagaku sama sekali tak berpengaruh pada tubuhnya.

"Ayo, mas. Aku lapar, nih," rajukku yang bukan manja lagi. Namun, sudah kesal keubun-ubun.

"Mas!"

Kini aku sudah berdiri menunggunya hendak keluar, sedangkan dia masih saja telentang menyibukkan diri dengan ponselnya.

Aku mendengus keras dan berbalik menuju pintu kamar.

"Keluar sendiri! Kamu akan menyesal jika aku hilang dari hotel ini, Mas!" rancauku sangat kesal. Sebenarnya aku juga was-was. Aku sungguh tidak mengetahui tata letak hotel mewah bintang 5 ini.

Aku memegang gagang pintu dengan tergesa-gesa. Jika aku ragu-ragu justru akan merendahkan harga diriku didepan suamiku yang mengesalkan itu.

Belum sempurna pintu terbuka lebar, pinggangku lebih dulu dipeluk dengan erat.

"Emang hilang kemana sih di hotel yang dikelilingi tembok begini?" ledeknya tepat ditelingaku.

"Diculik. Bisa, kan? Aku berjalan terus ada orang jahat memasukkanku di suatu kamar dan disekap," elakku frontal. Sebenarnya aku baru menemukan jawaban itu diotakku.

"Terus fungsinya cctv apa?"

Dia menjawab dengan tawa yang girang sekali. Tangannya masih melingkar sempurna di pinggangku. Aku kalah telak. Hanya bungkam yang menyertaiku saat ini.

"Ayo, keluar," ucapnya lagi sembari melepaskan pelukannya.

Aku menghembuskan napas pasrah sambil mengekorinya dari belakang.

Masih beberapa langkah dokter Proka menoleh ke belakang, melihatku.

"Istriku nanti hilang di hotel ini. Diculik orang jahat," ucapnya yang terdengar sangat menjengkelkan di telingaku. Dirinya mundur menghampiriku lantas memeluk bahuku. Menyamakan langkahku dan langkahnya. Namun, tidak hanya itu. Raut wajah mengesalkannya masih ada, diiringi sisa sisa tawa yang jelas sedang mengejekku.

Pro Re Nata [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang