6

1.5K 365 18
                                    

Di depan cermin lebar Mauve melakukan gerakan meniru idolanya BTS. Dia menyukai koreografi dan lagu milik boyband yang terdiri dari 7 cowok tampan penuh talenta. Napasnya tersengal setelah menyelesaikan tarian yang dia ulang beberapa kali agar mendapatkan hasil maksimal, dia rebahan memandang langit-langit studio tempat latihan.

"Gue pulang dulu," seru salah satu teman dance-nya.

Mauve hanya melambaikan tangan mengisyaratkan selamat jalan dan hati-hati di jalan. Dia tak ingin pulang hanya ada kesunyian. Tak ada juga yang mengkhawatirkannya.

Setelah setengah jam berdiam diri, Mauve bangkit untuk pulang. Dia berjalan tertunduk lesu ke luar studio, ekspresinya jauh berbeda saat dia menari.

"Vee..."

Yang dipanggil mengangkat kepala, matanya melebar melihat cowok dengan hoodie dan topi putih. Mauve sampai mengucek mata tak percaya, Milo ada di studionya. Mauve lari kecil mendekati Milo.

"Mau jemput gue ya?"

"Lo sengaja ya ninggalin topi lo di mobil gue?"

Mauve melirik ke atas mencoba mengingat tapi dia benar-benar lupa dan tak merasa kehilangan. "Bucket hat gue banyak jadi gue nggak inget. Lagian kenapa nggak lo balikin tadi pagi di sekolah. Ngaku aja lo mau jemput gue, kan? Nggak usah malu-malu." Mauve menoel-noel lengan Milo.

"Jangan geer! Mau pulang nggak? Buruan!" ucap Milo lalu jalan menuju mobilnya tanpa menunggu Mauve.

"Eh tunggu! Lo mau nganterin gue pulang?" Mauve lari mengejar Milo yang memiliki langkah lebar tak sepertinya yang kakinya pendek.

"Kalau lo mau naik bus Trans, sono gih."

"Nggak mau. Anterin gue pulang ya?" Mauve menggoyang-goyangkan tangan Milo seperti baisanya tanpa rasa canggung dan malu.

"Cowok lo, Vee?" tanya Mia -salah satu tim dance-nya yang juga baru keluar studio.

"Bukan," jawab Milo cepat sebelum Mauve bicara.

"Calon!" Ralat Mauve lalu menyandarkan kepalanya di lengan Milo.

Yang disandari justru melenggang pergi. Mauve melambaikan tangan pada temannya lalu lari menyusul Milo. Senyumnya lebar secerah langit malam ini.

"Makan dulu, yuk!"

"Nggak."

"Tapi gue laper."

"Makan di rumah."

"Oh lo mau makan di rumah gue? Boleh banget."

Milo menoleh sekilas lalu menyentil kepala Mauve yang sepertinya kosong. Dia heran dengan Mauve yang bisa bicara sesuka hati. Tapi dia lebih heran dengan dirinya sendiri yang datang ke studio Mauve dengan alasan mengembalikan topi yang tertinggal. Bisa saja dia mengembalikan esok hari. Tapi entah kenapa dia kepikiran Mauve yang pulang semdiri dengan bus Trans. Milo mengusap kepalanya dan menggeleng pelan.

"Yah, udah sampai," ucap Mauve lalu menghela napas.

Milo heran dengan Mauve yang terlihat sedih saat pulang ke rumah. Ingin bertanya tapi dia malas nanti justru membuat Mauve terus bicara tanpa henti.

"Turun!"

"Iya, iya. Makasih ya."

"Dicek, jangan lagi ninggalin barang. Gue buang nanti."

"Iya, iya. Nih udah gue bawa semua."

"Lo tiap malem latihan?"

"Iya!"

"Kapan belajarnya?"

"Pas ngerjain tugas. Itu juga kalau gue nggak lupa," jawab Mauve dengan bangganya.

Taken SlowlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang