Milo tak habis pikir dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia berada di atap sekolah bersama Mauve. Melihat teman sekelasnya menari dengan iringan musik di tengah terik matahari yang menyengat. Bahkan dia mengabadikan momen itu di ponselnya.
Sempat terpesona dengan gerakan Mauve yang ringan tapi mampu membuat siapapun yang melihat ikut hanyut. Ditambah efek angin yang menerpa cewek libra itu semakin menambah keelokan gerakan Mauve.
"Ayo, ikutan! Beneran bikin stres ilang." Mauve menarik Milo agar berdiri mengikutinya
"Gue nggak stres."
"Tapi kan banyak tugas bikin pusing."
"Biasa aja."
"Ayolah!" Mauve masih berusaha menarik Milo.
"Gue nggak bisa."
"Bisa, bisa. Belum juga dicoba."
Dengan terpaksa Milo berdiri mengikuti Mauve ke tengah-tengah di mana matahari semakin menerpanya.
"Mumpung masih sepi. Ayo ikutin gue!"
Milo mengikuti gerakan Mauve dengan malas dan setengah malu. Cowok nari? Membayangkannya saja Milo geli sendiri. "Udah, ah. Gue nggak bisa! Bentar lagi banyak orang."
"Yah... Baru juga mulai. Cowok bisa kok dance. Buktinya pacar aku aja bisa."
"Pacar?" Milo refleks membeo dengan nada lebih tinggi.
"Iya my baby Jungkook."
Milo berdecak dan menggelengkan kepalanya. Cewek yang sudah tergila-gila dengan personil boyband Korea tingkat kehaluannya mendarah daging. Milo mendorong kening Mauve yang terlalu dekat dengannya.
"Jauh-jauh! Bau."
"Masa, sih?" Mauve mengendus-endus dirinya sendiri. "Nggak kok, cuma keringetan dikit," ucap Mauve lalu nyengir menyadari dirinya berkeringat karena menari di bawah terik matahari.
"Gue mau beli minuman dingin, ah! Ayo, buruan!" seru Mauve sembari menarik Milo menuruni tangga.
Dia baru merasakan ternyata panas sekali dan gerah di atap gedung sekolah. Saat memasuki gedung sekolah rasanya seperti masuk ke pegunungan di pagi hari. Setengah berlari dia menuju kantin masih dengan menarik tangan Milo dan cowok berambut hitam itu pasrah saja mengikutinya.
"Cola dingin kayaknya enak banget, nih," ucap Mauve di depan kantin.
"Air mineral aja, nggak bagus minum soda. Tunggu sini!"
Milo masuk mendekati lemari es berisi minuman soda dan air mineral dari produk Coca Cola. Dia mengambil dua air mineral dingin dan membayarnya. Matanya menyapu kantin mencari keberadaan Mauve yang tak lagi di tempat semula.
Milo mendengkus melihat Mauve sudah asyik berceloteh dengan segerombol cowok cewek dari kelasnya. Bagaimana bisa semudah itu Mauve bergaul dengan lawan jenis? Asyik tertawa tanpa ragu-ragu bahkan tangan Mauve santai menepuk Bimo tanpa canggung.
"Nih, minum lo." Milo menempelkan botol minuman dingin itu ke pipi Mauve hingga cewek itu terlonjak kaget.
"Ih, dingin tahu. Makasih ya?" ucap Mauve, menerima botol itu lalu fokus mendengarkan Bimo lagi yang tengah bercerita dan mengabaikan Milo.
Milo tercengang melihatnya. Mauve tak acuh padanya semudah itu padahal Mauvelah yang mengajaknya ke sana ke mari sejak tadi. Milo pun mencolek bahu Mauve tapi cewek mungil itu hanya menggerakkan bahu.
"Vee."
"Ya?" Mauve menoleh sesaat tapi kembali fokus mendengarkan Bimo dan yang lainnya.
"Vee," panggil Milo lagi dengan raut wajah tak lagi bersahabat. Dia melirik Saka yang juga ada di sana lalu melirik Bimo yang masih bercerita panjang lebar. "Gue balik duluan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Taken Slowly
Teen FictionMAUVE Diawali dengan jatuh cinta pada pandangan pertama. Di atas bus pada suatu sore sepulang latihan tari. Aneh rasanya, gue yang suka nge-cover dance K-Pop di media sosial dan cuma buka buku pelajaran kalau besok ada ujian, naksir cowok yang selal...