Porseni, salah satu ajang yang dinanti – natikan untuk pembuktian jati diri dan kekompakan kelas. Hari ini akan diadakan porseni di sekolah. Kelasku yang rusuh karena ditumpangi oleh karakter yang berbeda beda membuatnya kadang menjadi trending topik pembicaraan guru - guru. Tapi kami yakin dengan berbagai cita rasa yang dihadirkan kelasku, ada kreatifitas dan kerjasama yang dijunjung tinggi.
Menjelang hari kemerdekaan semua kelas telah menyiapkan pernak pernik keindahannya masing masing. Dekorasi yang indah dan menarik menjadi pelengkap terciptanya estetika pemandangan kelas. Aku tidak tau apa ini peraturan atau budaya, yang pastinya setiap tahun meriah dilaksanakan. Semua siswa terlihat begitu antusias menyambut tanggal 17 Agustus 2012. Kelas - kelas dihias cantik nan elegan, dengan nuansa merah putih. Untung saja bangku dikelas tidak di cat juga jadi merah putih, sudah hampir mirip kelas TK.
Kelasku saat itu sudah seperti ruangan perikahan dengan segala keruwetan dekorasinya. Berjalan sedikit saja, para tim kreatif menjadi penguasa untuk menegur siswa lain yang berpotensi merusak dekorasinya.
Rupanya tahun ini pihak sekolah akan memberikan penilaian terhadap kelas yang dekorasinya paling menarik. Setelah melalui tahap penjurian yang luar biasa ketatnya, kelas XII Tata rias A mendapat juara terbaik. Lampion lampion merah putih menggantung banyak dikelasnya sudah mirip pasar burung. Kelas mereka memang kelas favorite dalam masalah rias merias. Karena mereka dididik untuk merias orang lain dari yang kurang cantik menjadi lebih cantik. Dari yang sudah cantik, entah menjadi seperti apalagi. Riska tetanggaku, salah satu penghuni aktif dikelas ini dan sering merayuku untuk menjadi alat praktiknya. Katanya bentuk wajahku sangat cocok untuk imajinasinya. Tidak pernah kuterima karena aku tidak suka make up yang menghilangkan naturalnya wajahku.
Dalam kegiatan tujuh belasan ini, pihak sekolah juga mengadakan beberapa kegiatan dibidang olahraga dan seni. Diantaranya : Volley ball, Futsal, tenis meja, badminton, cipta baca puisi, menyanyi (lagu kemerdekaan dan religi), fashion show, dan lomba desain. Kalau lomba desain ini, pasti anak anak yang dari jurusan Multimedia jagonya.
Aku mengikuti pertandingan Volly, karena aku memang menyukai pertandingan itu. Rasanya aku begitu bergairah ketika mendengar akan dilaksanakan pertandingan volley dibanding perlombaan lain. Bersama tim spektakulerku, tanpa dikomando, kami langsung mempersiapkan diri untuk membawa nama baik kelas yang dianggap rusuh ini. Tim terdiri dari tiga orang perempuan dan tiga orang laki laki. Kelasku akan melawan kelas XII Tehnik Komputer Jaringan yang terkenal dengan kehebatanya dalam permainan bola volly. Tapi kami tidak akan kalah, meski sampai titik darah penghabisan pun kami akan berusaha mati matian untuk melawan. Tak peduli kami masih kelas XI.
Pertandingan akan dimulai hari ini untuk babak penyisihan. Walaupun lawan kami cukup berat pada tahap pertama ini, tapi kami akan berjuang sekuat tenaga. Teman teman kelasku sudah berjejer dipinggir lapangan mengambil posisi sebagai tim “hore hore” sebutan untuk tim penyemangat yang menggunakan kata kata paling semangat untuk kami. Tim terbaik dari kelasnya.
Begitupun dengan tim sebelah. Mereka juga punya tim penyemangat, tapi umumnya cowok, jadi teriakan mereka umumnya tidak berisi, hanya haa... hioii... huuu... aoww.... Bualan yang sama sekali tidak bisa menyemangati kelasnya. Haha.
Pukulan pertama dilakukan tim kami Fardi “plakkk...” Bola melambung tinggi menyebrang kearah tim lawan, “plakk” bola berhasil mereka tahan dan mereka permainkan selanjutnya menyiapkan smash ke arah tim kami.
“Bbukkk...” Berhasil di Block oleh Dedi, dan bola jatuh di area lawan.
“Horeee....” Teriakan dari tim pendukung kelasku langsung melimpah ruah ke tengah lapangan.
Pertandingan kembali dilanjutkan dengan sengit dan terjadi umpan balik dari lawan yang seimbang. Cukup tegang hingga akhirnya set pertama dimenangkan oleh tim dari kelasku. Alhamdulillah, senang sekali rasanya. Para tim hore berhambur ketengah lapangan bersorak bahagia.
Waktu istirahat sepuluh menit sudah habis, pertandingan dilanjutkan di babak kedua. Sembari aku masuk ke dalam lapangan, ada seorang lelaki dari tim sebelah yang mendapat semangat dari kekasihnya, namanya Fina dia adalah salah satu gengster hitz disekolahku, aku tidak suka padanya. Dia suka berbuat seenaknya sama adik kelas hanya untuk bersenang senang dan untuk membuktikan kalau dirinya hebat. Saat itu, dia memberikan dukungan ke Andi dengan mengelap keringatnya menggunakan handuk. Beberapa temannya meneriaki so sweet. Tapi bagiku itu menjijikan sekali. Segera kualihkan pandangan dan fokus.
Set kedua berlangsung, pukulan demi pukulan dilakukan, penonton semakin ramai, banyak yang mendukung tim kelas XII dari seangkatan mereka, tapi tidak kalah banyak pendukung dari kelas dan seangkatanku. Skor mengejar tipis 24 untuk tim mereka dan 23 untuk timku. Ini sangat menegangkan, tapi seru. Aku gugup. Bola melayang padaku, kuoper ke Jufri, ia berhasil melemparnya kembali padaku. Kesempatan emas melakukan smash, tapi Hilman menahan dengan Blocknya yang kuat. Akhirnya bola jatuh ke arah kelasku dan itu membawa kemenangan bagi tim mereka. Set kedua kami kalah, tapi akan kami buktikan di set ketiga.
Siang yang semakin terik, teduh pepohonan sudah mulai menjauhi, tim hore bergegas mengambil posisi terbaik. suasana menjadi tegang. Hingga sempritan set ketiga pertanda mulainya pertandingan kembali di tiup oleh wasit.
Pukulan kembali dilayangkan oleh jufri, melambung tinggi, Ciuuuutt.... Brakk!!!, sampai ke tangan Andi tim sebelah, oper sampai tiga kali, yang terakhir adalah smash. Pukulan itu melesat hebat secepat angin, tajam dan mengerucut dari Hilman ke arah Justika, ia maju. Panik. Mencari arah bola lesatan itu, dan Blukkk !!!......
Justika pingsang, bola smash dari Hilman membentur kepalanya, dan itu membuatnya kehilangan kesadaran. Bagaimanapun pertandingan harus tetap diselesaikan. Justika ditandu keluar lapangan oleh anak PMR (Palang Merah Remaja) unit sekolah kami. Ia digantikan oleh Evi. Evi adalah cewek yang tangguh, juga dari kelasku dan ia cukup jago juga dalam permainan ini. Tim kami kembali imbang, tiga orang pria dan tiga wanita begitupun tim lawan, tiga orang pria dan tiga wanita.
Hilman, dia memukul dengan penuh emosi. Sengaja ingin melumpuhkan salah satu anggota timku. Tidak akan kuterima, tindakan tidak sportifnya melukai pertandingan hari ini. Meskipun amarah telah menyeruak dihati, Jufri kembali mengingatkanku untuk tetap fokus menyelesaikan pertandingan.
Pertandingan kembali berlangsung dengan ketegangan. Penonton kembali heboh, tumpah ke pinggir lapangan ini karena penonton dari pertandingan lain yang telah selesai ikut bergabung. Set ketiga berjalan tak kalah menegangkannya. Diawal kami kalah beberapa point, tapi setelah itu kami berhasil mengimbangi dan mengalahkan dengan skor 25-22 sangat tipis. Akhirnya set ketiga berhasil dimenangkan oleh tim dari kelasku. Meskipun hampir ricuh, karena beberapa pendukung lawan protes kepada wasit mengenai masuk atau tidaknya bola terakhir yang dismash Fardi. Tapi, untung saja pak Zaenal adalah wasit yang bijak, dan semua bisa ditenangkan. Alhamdulillah timku juara.
Saat pertandingan selesai, kami bersalaman dengan tim lawan sebagai wujud sportifitas. Meskipun mereka menumbangkan salah satu anggota timku. Kekalahan berhasil membalas cideranya emosi mereka dan memberi pelajaran secara lebih bijak. Terlihat masih ada wajah kecewa dan tak terima dari mereka, utamanya Hilman. Dia menatapku sinis tak terima dengan kekalahannya. Terlihat sedikit berbisik sepertinya dia melontarkan kata kata penghinaan ke kelasku. Lihat saja kalau berani macam macam, akan kuhajar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menepis Rasa
Novela JuvenilTriani seorang gadis tomboi yang sangat membenci cewek alim dikelasnya. Mendapat teror misterius dari seseorang yang tidak diketahuinya. Ia selalu penasaran dan mencari arti dari nama yang disematkan Ayah kepadanya. Kejadian kejadian setiap hari men...