Jujur, baru kali ini ada orang yang memperlakukanku seperti itu. Aku seperti diremehkan, tapi disisi lain ada syahdu yang berdesir. Malam ini aku hanya menepi dikamar. Aku tidak kerumah tante Diah, berhubung karena sedang rindu rindunya sama mamah.
Kucoba mengambil handphone yang dibelikan ayah sejak kepulangan terakhirnya. Kutekan nomor yang tertuju pada sahabatku, Amel. Gadis blasteran jawa bugis itu.
“Assalamu alaikum. Halo, ini Amel?”
Dengan sedikit kaget Amel menjawab “Iya betul, ini siapa yah?”
“Ini aku yang teror kamu sama temen kamu tadi siang” Suaraku yang kusamar samarkan mirip suara laki-laki.
“Hmm.. Tapi kok kayak suara cewek yah?, dan rasanya aku kenal”
Sepertinya tipuanku gagal.
“Hahaha, tebak siapa coba?” jawabku sekenanya.
“Cewek tegar yang tak takut apapun kan?” Amel menggoda lagi.
“Tapi sepertinya tadi tidak tegar, karena pelakunya kabur tuh!” ungkapku berusaha mengingat kejadian tadi siang.
Rasanya aku hanya ingin cerita ke Amel malam ini, mencoba mencari jawaban apa modus orang itu meneror kami tadi siang. Runyam juga. Tapi spontan Amel hanya menjawab. “Orang itu jatuh cinta sama kamu Triani manisku”.
Ahh rasanya tidak mungkin ada orang yang berani jatuh cinta padaku. Aku tidak bersikap terlalu ramah kepada lelaki, dan sampai saat ini aku hanya menganggap semua lelaki adalah temanku. Kecuali ayah dia spesial dalam memberiku kasih sayang. Dia sangat mengesankan. Saat ini, tidak akan kubagi cintaku kepada orang lain selain ayah.
“Apa orang itu ingin menyaingi ayahku? Memberiku rasa senang sehingga aku akan lupa daratan. Tidak.. tidak. Aku harus ketemu dengannya besok. Tria bukan cewek yang selemah itu. Akan kusikat dia.” Kataku ke Amel.
“Kalau butuh bantuan bilang aja yah” Seru Amel menyemangati.
“Mau ngebantu apa emangnya?, tadi saja kamu ketakutan bweek”
“Kan tadi beda. Pas lagi lapar laparnya. Heheh” Ujar Amel membela.
“Udah dulu yah mel, aku ngantuk nih”
“Iya, Assalamu Alaikum.”
“Waalaikum Salam warahmatullahi wabarakatuh”
Tak lama setelah kumatikan. Tiba tiba ada panggilan masuk. Kulihat tidak ada nomor yang muncul di layar segiempat handphoneku. Kosong. Dia menyembunyikan nomornya. Entah dari siapa itu.
Dengan rasa penasaran dan sedikit malas, aku angkat saja. “Haloo, Assalamu alaikum. Dengan siapa yah?”
“Waalaikum salam.. Malam non, lagi apa?”
“Ini siapa sih? Jangan coba coba main main denganku yah. Mau aku hajar?”
Suara yang berusaha ia lembutkan disebrang sana, kini hilang. Sepertinya ia diam ketakutan setelah kuancam barusan.
“Coklatnya udah dimakan?” suara itu kembali bergeming setelah tadi kupastikan nyalinya telah ciut. Ternyata tidak.
Kuabaikan pertanyaannya. ”Aku ingin ketemu denganmu besok. Ditempat yang sama!!”
“Baiklah” Mungkin itu spontan ia jawab.
Setelah terjadi kesepakatan untuk bertemu. Segera aku hentikan saja pembicaraan ini. Pokoknya aku tidak sabar menanti esok. Malam ini aku ingin latihan tinju. Kupraktekkan dikamarku jurus jurus yang diajarkan guru karateku. “Lihat saja, besok akan kuhajar dia !” orang yang mengobrak abrik hari hariku saat ini.
**
Sekolah masih tampak biasa, hiruk pikuk siswa dipagi hari dengan tas dipundak membawa buku buku pelajaran yang harus disantap dengan lahap. Suasana ini yang setiap pagi aku saksikan. Siswa yang baru datang mengalir seperti aliran sungai ke kelasnya masing masing. Kucoba mengamati, kira kira ada orang yang memiliki badan seatletis orang yang kemarin sore menakutiku atau tidak. Ternyata nihil, lelaki yang kucari tidak kelihatan batang hidungnya. Kebanyakan yang berjalan adalah perempuan.
Tidak aku ceritakan pada amel tentang rencana pertemuanku. Orang itu telah berani menelponku, kurasa ia tak cukup jahat untuk melakukan tindak kriminal. itu salah satu alasanku untuk menemuinya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menepis Rasa
Teen FictionTriani seorang gadis tomboi yang sangat membenci cewek alim dikelasnya. Mendapat teror misterius dari seseorang yang tidak diketahuinya. Ia selalu penasaran dan mencari arti dari nama yang disematkan Ayah kepadanya. Kejadian kejadian setiap hari men...