''eh, luna ya?''
sekarang ia benar-benar yakin kalau dia mengetuk pintu yang salah. dia merasa yakin karena seingatnya, jay tidak pernah bilang kalau dia satu tongkrongan dengan bima. tapi hal yang dia liat di depannya justru kebalikannya.
''shit! shit! shit! kenapa jadi ada bima? fix gue harus kabur.''
karena luna masih diam, bima bertanya sekali lagi. ''luna kan? ada apa kesin-''
luna langsung cepat-cepat memotong kalimat bima, ''lagi nyari orang kak, tapi kayaknya salah ketok. permisi!'' katanya cepat dan langsung pergi dari situ.
tapi pergerakannya terhenti. bima menahan tangan luna dan malah lanjut bertanya, ''nyari jay ya? masuk aja nanti dipanggilin.''
''astaga, jay lagi jay lagi. kenapa berita cepet banget nyebar sih..''
''engga kak, aku duluan aja gapapa. permisi.'' kata luna mencoba melepaskan tangan bima.
''santai aja elah, mereka baik-baik kok.'' sambil menunjuk teman-temannya yang ada diruangan itu. ''nanti gue panggilin jay nya, lu masuk aja dulu.''
luna sudah pasrah. akhirnya bima mengandeng luna masuk ke ruangan itu. padahal ia hanya ingin mencari jay, tapi malah masuk ke kandang singa seperti ini.
ia bisa merasakan semua mata tertuju padanya. sebenarnya luna sangat tidak suka bersosialisasi dengan kakak kelas. tapi daripada dia keluar dari sini tidak selamat, mau tidak mau dia harus tersenyum kepada mereka semua.
''eh ayo ikutan, kita lagi main truth or dare!'' ajak salah satu dari mereka yang luna tidak terlalu kenal.
ia mengangguk dan ikut duduk lesehan dengan mereka. saat sedang menelaah ruangan, luna melihat sasha dan gengnya duduk melingkar disudut ruangan belakang.
''fix ini tempat mereka semua kumpul, pantes aja berisik banget dari luar.''
''ayo sekarang giliran luna. truth or dare?''
''truth.'' jawab luna ragu-ragu.
''yah gak asik.'' kata salah satu dari mereka. ''sstt diem lu! ada yang mau nanya ke luna gak?''
''gue.'' kata bima. ''hmmm... sebenernya lu ama jay udah jadian apa belom?'' lalu seketika mereka semua langsung menyoraki luna.
luna hanya memasang wajah cengengesan. padahal sebenarnya di dalem dia panik.
''MAMPUS! KENAPA HARUS NANYA INI SIH?! WAH RESE BANGET PERTANYAAN BIMA.''
ia tidak langsung menjawab dan malah ngeblank sesaat.
''udah jawab aja kali! takut lu?'' tanpa menoleh luna sudah hafal kalau itu suara sasha.
ia masih berperang dalam otaknya, apakah dia harus bilang iya atau tidak. ia sangat ingin membalas dendam kepada sasha dengan menjawab iya. tapi kenyataannya memang jay belum pernah menembaknya.
''gimana udah atau belom? atau mau ganti dare?''
karena mereka terus mendesak, jadi luna hanya akan menjawab seadanya saja.
''ehhmm kita cuman teme-''
tiba-tiba pintu terbuka. ''tadi siapa yang manggil gue?''
''nah ini orangnya langsung dateng! sini jay kita lagi main!'' kata bima dengan santai.
sejujurnya jay sedikit panik karena melihat luna diantara mereka. ia mengerutkan alisnya sebagai isyarat 'lu ngapain disini lun?' karena ia tidak mau terlihat panik di depan bima dan teman-temannya, yang notabenenya adalah musuhnya sendiri.