tujuh belas

138 24 3
                                    

seketika suasana menjadi tegang. jay terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan luna dan hesa.

"dia gak kenapa-kenapa kan? kok gue jadi deg-degan gini si." batin luna.

"sebenernya... kemaren pas zoom kamu denger kan ada suara 'gedebug' dua kali gitu kan?"

luna mengangguk dengan muka tegangnya.

"sebenernya itu bukan suara kucing aku yang jatoh lun. karena dari kamar mandi licin, aku kepeleset terus kejedot lemari buku." kata jay sambil menunjuk lemari buku yang ia maksud.

"terus abis itu, kejatohan buku yang paling atas."

saat luna berbalik badan ke arah lemari yang paling atas, ternyata buku yang dimaksud adalah kamus bahasa indonesia.

"terus sekarang yang sakit apanya?" tanya hesa dengan muka khawatir.

jay membuka tudung hoodienya dengan muka melas dan bisa dibilang, malu.

"pala kamu benjol?!" luna kaget.

mereka berdua menengok ke arah satu sama lain dan spontan tertawa geli, melihat benjolan merah besar di jidat jay, ditambah muka melasnya itu.

"jangan ketawa." rengek jay.

tiba-tiba jaka dan rehan menerobos masuk ke kamar jay dengan kantong makanan di tangan kanan dan kiri mereka.

saat menyadari penampilan jay mereka sedikit mematung dan mengamatinya untuk sesaat.

"ASTAGA KEPALANYA JAY BENJOL!" teriak jaka.

"HAHAHAHA GILA! minta ditonjok banget gasi." kata rehan sambil menghampiri jay.

"JANGAN! AWAS LU DEKET DEKET!" kata jay sambil menghindari rehan.

saat mereka berdua sedang lari-lari seperti anak kecil, luna hanya bengong. bisa dibilang ia lega, karena sakitnya jay tidak parah. mungkin lebih parah gengsinya dibandingkan sakitnya sendiri.

***

selain suka gombal, cemburuan dan kadang gentle. sifat jay yang baru luna sadari hari ini adalah tingkat gengsinya yang sangat tinggi itu.

dia memilih untuk tidak masuk ke sekolah, daripada masuk dengan penampilan seperti ini. benar-benar tidak terduga.

"terus besok lu masuk gak?" tanya jaka.

"nah iya tuh, ya kali lu gak masuk sampe benjolnya ilang." kata hesa.

"sebenernya gua ada mau minta tolong sama kalian." kata jay dengan tatapan serius.

"lu jangan ngadi-ngadi deh." saut rehan malas.

"sekali aja, demi deh. gue minta tolong salah satu dari kalian buat ijinin ke om supaya gue bisa ikut ujian dengan pakaian kayak gini. gimana?"

'pakaian kayak gini' yang ia maksud adalah, hoodie hitamnya yang sangat tebal itu. yang sangat dilarang digunakan saat ujian.

mereka semua saling bertatap–berpikir sesaat. tapi sepertinya tatapan ini menjurus ke jawaban, tidak.

"yaudah, hompimpa?"

karena semua sepertinya setuju dengan ide hesa, akhirnya mereka benar-benar melakukan hompimpa.

"hompimpa alaium gambreng."

hesa mengeluarkan putih, sedangkan sisanya mengeluarkan hitam.

"ALHAMDULILLAH." kata hesa spontan, karena lega bukan ia yang terpilih.

"hompimpa alaium gambreng."

luna mengeluarkan putih. yang berarti sisa rehan dan jaka.

"suit"

three months, jayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang