setelah balik ke rumah masing-masing, luna berjanji kepada jay akan terus memberi kabar. sekedar chat 'lagi apa' saja sudah cukup bagi jay.
tapi sudah sekitar dua jam berlalu, luna belum juga memberinya kabar. tapi jay tidak membawa pusing itu. bisa jadi ia tidur, low battery atau lagi makan, pikirnya.
sampai akhirnya tiba-tiba handphonenya berbunyi. namun notifikasi itu bukan dari luna, melainkan dari jihan.
mendapat kabar seperti itu dari jihan, jay merasa harus melakukan sesuatu. walaupun tadinya ia tidak terlalu memikirkan hal ini, tapi setelah tahu alasan dibalik perilaku luna, jay jadi terganggu.
entah sudah keberapa kalinya jay membuat rencana dadakan seperti itu. tapi itu memang sifatnya. ia suka kejutan dan hal yang bersifat spontan."LUNA KELUAR DONG!" saut jay dari depan rumah luna.
luna yang baru saja selesai ganti baju pun kaget. ia langsung cepat-cepat keluar. untung saja orang tua luna bukan tipe yang strict, jadi walaupun sudah larut seperti ini luna masih diberi izin.
"kenapa kesini?" tanya luna bingung.
"mau jemput mamah kamu. ya jemput kamu lah. siapa tau moodnya bisa balik lagi abis ini."
tanpa lama-lama mereka langsung pergi dari situ. dan benar saja luna tidak banyak bertanya, ia hanya diam. menikati sejuknya malam hari dan membiarkan rambutnya terkibas oleh angin.
pemberhentian pertama adalah mcdonald. memang cheeseburger saat tengah malam tidak pernah salah.
"emang gak semua masalah bisa diselesain pake uang, tapi kalo masalah perut pasti bisa!" kata jay dari balik helm.
"jelek banget akunya! apus ah!"
"ga ah males, cabut yuk."
akhirnya mereka benar-benar pergi dari situ. walaupun bisa jadi usahanya jay untuk membuat luna tidak badmood gagal karena ia tetap tidak menghapus tweetnya itu.
pemberhentian kedua adalah tujuan sebenarnya jay menjemput luna. mereka berhenti di fly over.
suasananya dingin—sejuk lebih tepatnya. mereka bersandar di motor jay, dengan hoodie tebal untuk mejaga tubuh mereka hangat.
sunyi. tidak ada yang bersuara antara mereka. hanya ada suara mobil berlalu lalang dibawah sana.
mereka tidak bersuara. hanya memandangi gedung-gedung tinggi yang menyala di malam hari.
"lun." akhirnya jay buka suara.
"hm?" jawab luna tanpa mengalihkan pandangannya dari gedung-gedung tinggi itu.
"kalo misalkan suatu saat nanti, ada hal yang bikin kita renggang, kamu jangan langsung pergi ya?"
"kita usahain dulu. aku usahain dulu." lanjut jay.
"kenapa ngomong kaya gitu?"
jay diam sejenak, "kan kita gak tau apa yang akan terjadi di masa depan. even besok aja kita gak tau."
"aku nyaman lun." kata jay menepis jarak antara mereka.
luna tidak munafik. dia juga sudah terbiasa dengan keberadaan jay di sampingnya. walaupun bukan berarti ia juga takut kehilangannya. luna siap.
"udah gak sedih lagi kan?" tanya jay menghadap ke arah luna.
luna menangguk.
"maaf ya tadi kalo aku salah ngomong." jay menaruh tangannya di atas kepala luna—mengelusnya perlahan.
"tadi bu anna jahat ya sama kamu?"
"ngantuk." kata luna, membuat jay tertawa kecil.
"gemes banget. boleh gak si aku peluk yang kenceeeng banget?" kata jay yang gemas terhadap luna.
"ga boleh." jawabnya singkat, karena matanya sudah tidak bisa diajak kerjasama.
"kasian ngantuk. coba tadi aku bawa mobil, pasti kamu enak bobo nya."
secara tidak sadar luna menyenderkan kepalanya ke pundak jay. ia sudah terlalu ngantuk untuk memikirkan gengsinya.
di sisi lain jay kaget, senang, bahagia. satu kata yang dapat menggambarkan perasaannya–butterflies.
mungkin bisa dibilang selama tiga bulan bersama, baru kali luna terbuka untuk melakukan skinship seperti ini. walaupun dalam keadaan setengah sadar pun, jay tetap merasa senang.
seorang luna yang tidak memiliki sisi romantis, akhirnya luluh juga.
tapi ia juga sedih. karena mungkin hal ini tidak dapat bertahan lama. ia telat bertindak.
happy reading people!btw photo consept enha udah keluar, keren banget!!!
ga kerasa udah chapter 20, buat yang masih baca♡♡♡♡♡♡