sebenarnya luna cukup malas untuk melakukan belajar bareng atau apalah itu yang jay idekan. namun ia juga tidak memiliki alasan kuat untuk menolak.
sejujurnya luna belum pernah belajar bareng seperti ini. karena ia sudah terbiasa melakukan semua sendiri.
namun memiliki seseorang yang mendampinginya saat belajar ternyata bukanlah hal yang buruk. terlebih lagi jay benar-benar terlihat belajar–sibuk dengan dunianya sendiri.
"kameranya jangan dimatiin." rengek jay"kenapa?"
"ya sama aja kaya belajar sendiri dongg, dodol deh luna."
"tapi ini aku lagi kusut banget gara-gara stress mtk"
"engga ah, jeleknya sama kaya biasanya." kata jay menjahili luna.
"ngekick jay seru kayanya." ancam luna.
"EH IYA IYA, bercanda sayangggg. gak jelek kok.... jelek bgt tapi."
"sayang sayang, gaada. belajar sana atau engga bener-bener aku kick."
"iya sorry galak banget ih. lun, kamu gak mau gitu sekali-sekali ngepost aku. udah dapet yang ganteng masa gak mau dipamerin."
"udah ya barusan, makanya liat dulu."
"iya tapi di second. siapa yang bakal liat coba."
"iya emang itu tujuan gue."
''daripada ngebahas story mendingan ajarin aku emteka. gak ngerti sama sekali materi yang ini, padahal biasanya aku jagonya emteka.''
"mana sini, kalo soal emteka mah skill aku gak usah dipertanyakan lagi."
"oke, nih coba jawab ya. 1+3×0 sama dengan berapa?"
"nol." jawab jay dengan pedenya.
"nahkan, ketawan siapa yang dodol."
"ih gak gitu lun, sebenernya tadi aku cuman ngetes doang, kamu beneran ngerti apa engga, eh ternyata beneran ngerti."