''eh ketemu lagi. hai pacar!''
suara itu terdengar familiar. luna mendongak dan hal pertama yang ia lihat adalah jay yang sedang duduk santai di kursi–berhadapan dengan pak kepala sekolah.
pada titik ini, luna sudah tidak tahu lagi kenapa dia selalu dipertemukan dengan jay di saat seperti ini. mungkin takdir.
''kalian pacaran?'' tanya kepala sekolah.
''engga.''
''iya.''
mereka berdua menjawab bersamaan.
dan seperti biasa, jawaban mereka tidak pernah serasi. yang satu jawab ini, yang satu lagi jawab itu.
''terus kamu ngapain disuruh bu anna kesini?''
''disuruh naro hape pak.''
ekspresi pak kepala sekolah seketika berubah menjadi bingung, ''kok kalian bisa samaan?''
jay menjawab dengan santai, ''ya iyalah om, kan yang bikin dia dihukum saya. orang saya yang chat duluan.''
''astaga ni anak bener-bener ya. kenapa si lu seneng banget bikin masalah, sekali-sekali sekolah yang bener gitu."
''ya elah om, gimana mau belajar orang gurunya tidur mulu. terus tau gak si om, ternyata di handphone pak odi banyak gituannya om.''
''konten haram?'' tanya pak kepala sekolah terlihat antusias. dan diangguki oleh jay dengan antusias juga.
''wah bener-bener ya itu orang. bisa-bisanya guru agama kayak gitu. kayaknya harus om ganti deh."
"setuju!" saut jay cepat.
"tapi kok lu bisa tau tentang itu? jangan-jangan pas dia lagi tidur lu buka hapenya ya?"
jay hanya cengengesan merespon pertanyaan pak kepala sekolah.
di sisi lain, luna sedang melongo kebingungan mendengar percakapan dua orang di hadapannya itu.
"ini gue yang ketinggalan apa gimana? jay ngomong ke kepala sekolah serasa ngomong ke ibu kantin."
''hmm pak, jadinya saya harus ngapain ya?'' tanya luna disaat mereka sedang asik berbincang.
''oh iya saya lupa ada kamu. gara-gara si jaylani nih ngegosip mulu.''
''jayendra.'' saut jay.
''iya jaylani. kalian berdua ke perpus aja minta kertas, terus tulis 'saya tidak akan mengulangi lagi' full satu kertas bolak-balik.'' kata pak kepala sekolah panjang lebar.
''kalo pas jam istirahat gak selesai, saya tambahin hukumannya.''
''yaaa.. kalo dihukum bareng dia sih, saya telat-telatin atuh om.'' kata jay sambil senyum-senyum salting.
''bisa aja lu bocah, udah sana cepetan ke perpus!''
''ya udah saya permisi ya p–''
belom selesai luna berbicara, jay sudah menggandengnya keluar ruangan. "jay duluan om!"
tepat di depan pintu ruang kepala sekolah luna menghentikan langkah jay.
"om? gue? konten haram? ini aku yang ketinggalan apa gimana sih?" tanya luna dengan raut bingung sebingung-bingungnnya.
jay tertawa sebentar, "dia tuh sohibnya papah lun. dari aku kecil sampe sekarang sering ke rumah, jadi ngomongnya kayak gitu. terus enaknya sama dia tuh, aku gak pernah diaduin ke papah. jadi santai aja kalo lain kali disuruh ke ruangannya."
setelah jay menjelaskan panjang lebar, luna mulai mengerti. semua yang ia dengar di dalam ruangan tadi menjadi lebih masuk akal.
saat tiba di perpus, tidak ada orang satupun, karena mereka semua sedang ada kelas tentunya.