Sudah lama sekali, sejak hari kelulusan dua tahun yang lalu, Jungkook memutuskan untuk pergi dari Busan----tanah kelahirannya. Untuk pertama kalinya Jungkook kembali menginjakan kakinya di Busan setelah sekian lama. Sesungguhnya, sulit bagi Jungkook untuk kembali ke kota dimana seluruh kenangan pahit dalam hidupnya berkumpul menjadi satu. Namun, kali ini Jungkook harus memberanikan diri untuk kembali, demi sang Ayah.
tok! tok!
“Tuan Muda, silahkan masuk.”
Setelah salah seorang maid yang bekerja dirumah megah sang Ayah membukakan pintu untuknya, Jungkook segera bergegas masuk dan berjalan menuju ruangan tempat dimana sang Ayah dirawat.
“Ayah, Jungkook kembali kerumah.” ucap Jungkook pelan seraya menatap sang Ayah yang terbaring lemah diatas ranjang.
Sudah hampir tiga tahun, Ayah Jungkook terbaring koma akibat kecelakaan yang menimpanya, hingga saat ini, masih belum ada tanda-tanda bahwa sang Ayah akan sadar, namun Jungkook tetap berharap Ayahnya segera bangun dari tidur panjangnya.
Jungkook menghembuskan napas panjang, menatap nanar kearah sang Ayah yang dibalut peralatan untuk menopang hidupnya.
“Jungkook-ssi,”
Jungkook menoleh kearah suara, mendapati Dokter Lee yang datang menghampirinya sembari membawa sebuah berkas, yang Jungkook yakini pasti berisi riwayat hidup sang Ayah selama tiga tahun terakhir. Dokter Lee menepuk pelan bahu Jungkook, lalu memberikan berkas itu padanya. “Masih belum ada perubahan dengan kondisi Ayahmu. Kami masih berusaha semampu kami untuk membuatnya bertahan hidup.”
“Ayahku pasti bangun kan, Hyeong?” Jungkook menatap Dokter Lee dengan penuh harap, saat ini harapan terbesarnya adalah Ayahnya bisa membuka mata dan kembali bangun. Hanya itu harapan Jungkook saat ini.
Dokter Lee tersenyum tipis menatap Jungkook lalu menarik napas dalam, “Kita berdoa saja yang terbaik untuk Ayahmu, Jungkook-ssi.”
Jungkook menoleh kembali kearah sang Ayah dengan mata yang berkaca-kaca, “Ayah harus bangun. Hanya Ayah yang satu-satunya Jungkook punya. Tolong. Bangunlah.”
ting!
Cheon Sarang: ini alamat yang kau minta.
Jungkook menghela napas pelan, lalu segera bergegas pergi setelah mendapatkan pesan dari Sarang yang berisikan alamat pemakaman Han Jiya.
Pemakaman.
Jungkook menatap nanar kearah makam Jiya, foto Jiya yang terpampang jelas disana, saat Jiya tengah tersenyum dengan ceria membuat hati Jungkook terasa sakit. Jungkook berjongkok, lalu meletakan bucket bunga yang dibawanya khusus untuk Jiya, setelah meletakannya Jungkook pun mengusap pelan batu nisan Jiya dengan tatapan nanar.
“Maafkan aku, Han Jiya. Maaf karena aku baru mengunjungimu setelah tiga tahun. Maaf karena aku lari dari perasaanku. Maaf........”
Jungkook menghentikan ucapannya, ingatan peristiwa ketika Jimin dan Jiya bersama seakan mengusik ke dalam pikirannya, membuat hatinya kembali merasakan luka yang teramat dalam karena penghianatan.
“.......karena membuatmu menderita.”
***
Sohyun mendapati Nenek Jimin yang tengah sibuk mengolah bahan tteok sendirian ditengah ruangan, membuat Sohyun tak enak hati dan menghampiri sang Nenek yang duduk sendirian, Jimin mengatakan bahwa dia ada urusan penting sehingga harus pergi pagi-pagi sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless [M] ✔
Fanfiction[COMPLETED] "Saat suatu hubungan berakhir, bukan berarti dua orang berhenti untuk saling mencintai. Mereka hanya berhenti untuk saling menyakiti." ©jeonseraaa, 2021