Malam sebelumnya.
Sohyun berjalan menyusuri pinggiran kota sembari mengedarkan pandangannya untuk mencari Jimin, sudah hampir tengah malam, Jimin belum juga kembali pulang dan sang Nenek sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada Jimin. Meski sudah berulang kali dilarang agar tak pergi sendirian dimalam hari, Sohyun tetap bertekad untuk mencari Jimin dan membawanya pulang.
tak!
“Aish! Menyebalkan!”
Sohyun menghentikan langkahnya kala melihat seorang wanita melempar suatu benda kedalam tong sampah, namun benda itu justru terlempar sedikit jauh dari tong sampah, lalu wanita itupun pergi begitu saja.
Karena penasaran Sohyun pun memungut benda itu, yang ternyata tak lain tak bukan adalah sebuah test pack dengan hasil positif, membuat kedua mata Sohyun membulat. Namun, keterkejutannya tak berhenti sampai disitu, hingga sayup-sayup ia mendengar suara wanita berteriak dengan kencang, lantas Sohyun mengedarkan pandangannya dan tak sengaja mendapati Jungkook yang baru saja ditampar oleh seorang wanita paruh baya, lalu Jimin datang dan menyeret Jungkook pergi.
Tak ingin kehilangan presensi Jimin, Sohyun pun segera berlari menyusul Jimin yang membawa Jungkook keluar.
Sohyun hampir saja melangkah mendekati Jimin, namun ia menghentikan langkahnya ketika mendengar percakapan Jimin dan Jungkook.
Akhirnya Sohyun memilih diam dan mendengarkan semua percakapan mereka dengan jelas. Dan kini, Sohyun mengerti. Mungkin, Jungkook hanya mempermainkannya saja.
***
Hiks.
“Bangunlah, kau bisa kena flu nanti.”
Sohyun tetap tak bergeming dari tempatnya, lantas Jimin---pria yang menghampirinya, pun berusaha membantu Sohyun untuk bangkit dan berdiri.
Jimin menatap sendu kearah Sohyun yang tetap diam, lalu akhirnya memeluk gadis itu dalam pelukannya, mencoba menenangkan Sohyun. Sedangkan Sohyun, tangisnya kembali pecah kala Jimin memeluknya dengan hangat.
Keputusanku sudah tepat, Jimin-ah.
**
“Aiguu! Sohyun, kenapa bisa pulang dengan basah kuyup seperti ini, kau nanti bisa sakit. Ini, Nenek buatkan cokelat panas dan sup kimchi untukmu, duduklah didepan perapian, agar tubuhmu hangat.” ucap Nenek Jimin seraya menyelimuti tubuh Sohyun dengan selimut tebal sambil menggiring tubuh Sohyun agar lebih dekat ke penghangat tubuh.
“Terimakasih banyak, Nenek.” Sohyun menatap kearah Nenek Jimin seraya tersenyum.
Nenek Jimin pun mengulas senyumnya sambil mengusap puncak kepala Sohyun, “Makanlah. Nenek harus membersihkan kedai.” ujar Nenek Jimin lalu bergegas pergi menuju kedai, meninggalkan Sohyun yang duduk seraya menyeruput cokelat panasnya.
Tak lama setelah Nenek pergi, Jimin pun keluar dari kamarnya sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk, lalu Jimin pun duduk disebelah Sohyun.
“Jadi, kau tidak hamil?” tanya Jimin seraya menoleh kearah Sohyun yang menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis. Jimin menghela napas lega, “Aku benar-benar cemas ketika kau memiliki benda itu, ku pikir kau---”
Sohyun terkekeh, “Ku akui, Jungkook sering melakukannya, tapi saat itu aku tidak dalam masa subur, dan juga aku sudah memeriksakannya, dan aku dalam keadaan baik-baik saja. Aku bersyukur untuk itu.”
“Maafkan aku, Sohyun-ah.”
“Kenapa kau meminta maaf?” Sohyun menoleh kearah Jimin dengan tatapan kagetnya. Terang saja Sohyun merasa bingung, mengapa Jimin meminta maaf padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless [M] ✔
Fanfiction[COMPLETED] "Saat suatu hubungan berakhir, bukan berarti dua orang berhenti untuk saling mencintai. Mereka hanya berhenti untuk saling menyakiti." ©jeonseraaa, 2021