"Do you know how there are moments when the world moves so slowly you can feel your bones shifting, your mind tumbling?"
— Joyce Danadyaksa
***
Dalam bukunya yang berjudul Brushstrokes of a Gadfly, Bucchianeri pernah berkata, 'when all is said and done, grief is the price we pay for love'. Joyce rasa kalimat itu memang benar adanya. Sebab setelah kehilangan Nathaniel, dan setelah Jef mengucapkan kata-kata yang semakin menyakitinya, Joyce merasa kalau sudah tidak ada lagi yang tersisa di dalam dirinya selain duka. Setiap hari yang Joyce rasakan hanyalah perasaan rindunya untuk Nathaniel. Dia merindukan Jef juga. Dan dia merindukan mereka yang seutuh dan sebahagia dulu. Namun masih ada satu bagian kecil dalam hatinya yang merasa takut untuk memulai semuanya kembali dari awal bersama Jef.
She's afraid that she let her guard down, he'll once more holds the power to hurt her again. Selama beberapa bulan terakhir ini Joyce sudah merasa cukup dengan luka hatinya yang tidak akan pernah bisa disembuhkan karena kepergian Nathaniel, dan dia juga sudah cukup dengan kata-kata menyakitkan yang ditujukan Jef padanya malam itu. Joyce masih manusia. Dan dia sadar kalau dirinya punya batas untuk menanggung seluruh beban dari rasa sakit yang selama ini menumpuk di dalam hatinya.
"Joyce, gimana kalau ternyata di surga sana Nathaniel sedih lihat papa sama mamanya saling mendiamkan sejak dia pergi?"
"Gimana kalau ternyata di sana Nathaniel sedih karena kepergiannya membuat papa dan mamanya begini?"
"Gimana kalau ternyata Nathaniel di sana sedih karena lihat mamanya begini terus?"
"Apa kamu nggak mau bikin Nathaniel bahagia meskipun dia nggak benar-benar ada di sini, Joyce?"
Lalu ketika dia mendengar pertanyaan Ashwina mengenai kemungkinan-kemungkinan kalau Nathaniel di atas sana tidak akan senang melihatnya begini, Joyce langsung merasakan seluruh emosi yang selama ini tertahan di dalam dirinya menggelegak dan meledak dalam isak tangis yang terdengar begitu pilu dan menyedihkan. Bagaimana kalau apa yang dikatakan Ashwina itu benar? Bagaimana kalau ternyata selama ini Nathaniel tidak pernah berhenti mengawasinya dari tempatnya di atas sana—ikut menangis setiap kali dia menitikkan air mata karena merindukannya?
Joyce ingat kata-kata yang serupa juga pernah diucapkan oleh Karen padanya beberapa waktu lalu ketika mereka sedang menghadiri acara baby shower-nya Nadhira. Kata-kata yang bermula karena Joyce hari itu mendadak dikuasai oleh kesedihan hanya karena menyaksikan rangkaian acara baby shower yang tidak bisa membuatnya tidak teringat pada Nathaniel—pada acara baby shower-nya sendiri yang diadakan hanya selang sebulan sebelum kecelakaan yang merenggut nyawa putranya itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPERFECTLY PERFECT
RomanceThe beauty of love lies in its imperfections. There is always beauty in things that are odd and imperfect and being flawed is not always a bad thing. Being in love in the blink of an eye isn't the exception. It's perfect and imperfect at the same ti...