2 | Tangled Up in Blue

413 77 31
                                    

The memories that hang heaviest are the easiest to recall

Even when you shake them out, they've left permanent wrinkles in the fabric of your soul

— Joyce Danadyaksa


***


Jakarta, March 2021

Joyce tidak begitu mempercayai teori reinkarnasi yang diyakini oleh suatu agama pasti dan akan terjadi pada manusia yang sudah mati, tapi sekiranya jika reinkarnasi itu benar-benar ada, Joyce entah mengapa merasa yakin kalau di kehidupan lampau ba...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joyce tidak begitu mempercayai teori reinkarnasi yang diyakini oleh suatu agama pasti dan akan terjadi pada manusia yang sudah mati, tapi sekiranya jika reinkarnasi itu benar-benar ada, Joyce entah mengapa merasa yakin kalau di kehidupan lampau baik dia maupun Jeffrey pasti pernah saling menyakiti satu sama lain. Atau setidaknya mereka pernah saling melukai satu sama lain. Karenanya para dewa—seandainya dewa yang disebut-sebut sebagai pelayan Tuhan itu betulan ada—membuat jiwa mereka jadi tidak cocok sehingga akan menghindarkan mereka dari takdir untuk bisa berakhir bersama. Tapi coba lihat mereka sekarang; saling tertarik dan jatuh cinta hanya selang beberapa minggu setelah pertemuan pertama mereka di dalam pesawat, lalu memutuskan untuk menikah kurang dari setahun setelahnya. Mungkin memang ini konsekuensinya untuk orang-orang yang selalu terburu-buru ketika jatuh cinta—selalu terburu-buru ketika memilih pasangan.

Berdiri di dekat jendela kaca lebar kamarnya, Joyce menyesap sampanye dalam gelas panjang dan rampingnya sambil memandangi rumpun mawar di pekarangan depan rumahnya yang terkena bias cahaya bulan purnama. Beberapa tangkainya sudah mekar merekah dengan warna semerah darah. Cantik, tapi mematikan.

Di antara puluhan utas memori yang saling terjalin di dalam benaknya, mendadak Joyce teringat pada salah satu utas yang menampilkan memori pada malam di mana Jef melamarnya untuk pertama kalinya dulu. Bagaimana laki-laki itu menjanjikan bahagia dan selamanya dengan cara yang sama sekali tidak ada romantis-romantisnya. Dan bagaimana dengan bodohnya Joyce mempercayai perkataannya semudah kupu-kupu yang tertarik oleh semerbak nektar dari bunga yang baru saja merekah mekar seperti kelopak-kelopak mawar di bawah sana.

"Joyce, nikah yuk?" Ajak Jef waktu itu ketika mereka dalam perjalanan pulang dari restoran tempat makan malam bersama keluarga menuju apartemen tempat Joyce tinggal di kawasan SCBD.

Joyce masih ingat dengan jelas kalau waktu itu dia menanggapi ajakan menikah dari Jef yang diucapkan secara tiba-tiba dengan tawa dan gelengan kepala tidak percaya. "Kamu ini ngajak anak orang nikah kayak ngajak temenmu sendiri mabar loh, Jef. Sadar nggak?"

Menyesap kembali sampanye-nya yang tinggal separuh, Joyce berusaha menutupi senyum miris yang terpatri di salah satu sudut bibirnya. Perempuan itu jelas tidak pernah menduga jika hangat yang pernah dia bagi bersama Jef pada masanya akan berubah menjadi sesuatu yang membekukan seperti sekarang.

Dan semuanya disebabkan oleh satu alasan: badai dari masa lalu yang sengaja dibiarkan mengambang dan tidak diselesaikan.

Dari jendela kaca lebar floor to ceiling tempatnya mengamati pekarangan depan rumah, Joyce bisa melihat satpam yang berjaga membukakan pintu pagar supaya mobil Volvo V40 Cross Country milik Jef bisa masuk. Suara klakson yang dibunyikan dengan nada rendah terdengar, lalu dibalas oleh anggukan dan senyuman ramah dari pria paruh baya yang sudah mereka pekerjakan sebagai satpam selama hampir dua tahun tersebut.

IMPERFECTLY PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang