11 | Sorry Doesn't Always Make It Right

288 62 18
                                    

"My heart doesn't fucking work without you."

— Jeffrey Liu



***

JAKARTA, FEBRUARY 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JAKARTA, FEBRUARY 2020

Hari ini hari Jumat dan tanggal 14 Februari—hari terakhir weekdays, sekaligus hari ulang tahun Jef. Untuk seseorang yang menginjak usia 32 tahun, pesta kejutan mungkin hanya akan meninggalkan kesan yang terlalu mainstream: surprise, make a wish, tiup lilin, potong kue, makan malam, spend a whole night together, and then put to an end alias selesai. Benar-benar sangat mainstream, pikir Joyce dalam hati. Dia ingin memberikan kesan yang bisa diingat oleh Jef sampai nanti, tapi sama sekali tidak punya ide apa sekiranya yang bisa dia berikan—yang mampu membuat Jef terkesan. Jadilah sepagian ini di kantornya, pikiran Joyce terbagi menjadi dua—antara laporan kantor yang sedang dikerjakannya, dan hadiah kejutan yang bisa membuat Jef terkesan di hari ulang tahunnya.

"So, today is your husband's birthday dan lo bingung mau kasih hadiah apa yang sekiranya bakal bikin dia terkesan seumur hidup?" Gianna memutar kursinya menghadap ke arah Joyce yang duduk di balik meja kerjanya sambil menghadapi sheet laporan keuangan perusahaan. Dia merenggangkan tubuhnya sejenak seperti kucing yang baru bangun tidur untuk meredakan rasa pegal di pinggangnya. "That's not a big deal sampai harus menyita perhatian lo sebegininya, Joyce. Just give him a whole night of heated up se"

"Gianna." Joyce menekan tombol spasi pada keyboard komputernya sedikit terlalu keras untuk menghentikan apapun yang hendak Gianna sarankan padanya. Dia menoleh ke arah temannya tersebut sembari mengulas senyum hiperbolis di permukaan bibirnya. "Gue minta sarannya bukan saran yang neko-neko, oke? And, bottom line, birthday sex is mainstream, especially when Jeffrey and I are married. You got it?" Dia kembali menghadap layar komputernya. "Lagipula penggunaan kalimat 'terkesan seumur hidup' itu kedengaran terlalu berlebihan di telinga gue. Cukup yang nggak terlalu mainstream dan bisa bikin Jef terkesan aja gitu."

"You give me no choice, Joyce. Alright, then. Here we go." Gianna tampak mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan beranjak dari kursinya untuk menghampiri Joyce. Diulurkannya sebuah benda yang masih tersegel rapat dalam wadahnya pada Joyce—benda yang membuat perhatian temannya tersebut langsung berpindah dari layar komputer dalam hitungan detik.

"Ngapain lo kasih gue alat buat cek kehamilan, Gia?" Joyce bertanya dengan nada tidak percaya. "Kepikiran dari mana coba kalau gue hamil?"

Gianna mengangkat alisnya dengan santai ketika menjawab. "Dua minggu terakhir ini, gue diam-diam perhatiin perubahan sikap lo, Joyce. Mood swing, mendadak lo nggak suka aroma pengharum ruangan di sini padahal lo yang dulu ngotot pilih aroma bunga lavender, dan... lo yang selalu ngeluh mual dan kepengin muntah hampir setiap hari setiap kali lo mencium bau-bauan yang menyengat sedikit aja. You're a bit off, did you know that? Kapan terakhir kalinya lo datang bulan?"

IMPERFECTLY PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang