#23. Terlambat

64 16 1
                                    

Mereka bermain bersama, tertawa, bahkan makan bersama. Mereka benar-benar bahagia sekarang. Hingga hujan lewat membasahi semua tempat wisata itu. Mereka tertawa sembari mencari tempat teduhan yang aman.

"Jika hujan akan hilang, apa kau akan hilang juga?" tanya Yeonjun tiba-tiba. Soora yang tadinya tersenyum, ia merubahnya menjadi diam dan menatap Yeonjun bingung yang sedang menatap nya.

"Tidak, lupakan aku hanya tertarik kalimat it-"

"Tidak, tidak akan pernah. Dan juga sebaliknya, Kau juga tidak akan meninggalkan ku kan?" tanya Soora, Yeonjun terdiam dan susah payah ia menelan salivanya. Soora menunggu jawaban dari yeonjun, hingga hujan telah berhenti.

"Sudah berhenti, cepat sekali hujannya. Ayo, aku sedikit lapar" ujar yeonjun mengalihkan pembicaraan nya, Soora masih terdiam dan mengikuti kemana Yeonjun pergi.

Mereka sedang menunggu makanan mereka akan di masak, sedangkan Soora masih terdiam di belakang Yeonjun. Setelah mereka makan, Yeonjun menarik tangan Soora untuk pergi menaiki bianglala besar di hadapan mereka.

Yeonjun menyuruh Soora untuk masuk duluan. Yeonjun pergi sebentar, tak lama ia kembali dengan sebuah kotak kecil dengan ukuran panjang di tangannya.

Hingga benda besar itu berputar dengan perlahan. Soora melirik pada tangan nya yang sudah di genggam erat pada Yeonjun. Ia menatap Yeonjun yang menundukkan kepala nya.

Soora terus menatapnya, hingga Yeonjun menyadarinya, "ada apa? Tanyanya. Soora menggeleng.

"Kau takut ketinggian?" Yeonjun segera menggeleng, "tidak! Aku hanya tidak menyangka dan senang aku pergi kesini bersama mu" Soora terdiam.

Bianglala itu sudah berhenti tepat di atas, yang menampakkan bulan indah yang menyinari mereka berdua. Yeonjun tersenyum, "sepertinya menjadi bulan akan kesepian. Bersinar di malam hari yang tenang dan sendiri. Walaupun di sekeliling nya banyak bintang-bintang seperti layaknya teman. Tetap saja, bulan merasa kesepian" ujarnya sembari tersenyum. Soora merasakannya jika pria disampingnya sedang menangis.

"Kau-"

"Jika saja aku tidak bertemu dengannya, mungkin hidupku sudah seperti ini bersamamu dari dulu" soora hanya terdiam, saat yeonjun mempererat genggaman itu. Hingga bianglala itu kembali bergerak.

Soora menundukkan kepala nya saat yeonjun memberikan sebuah kotak pada Soora. "Jangan dibuka sekarang. Buka saat kau sudah tiba di rumah" ujarnya seraya tersenyum.

Soora terdiam dan menyadari kalimat yang yeonjun keluarkan tadi, jika yeonjun menyuruh nya untuk membukanya saat dirumahnya nanti, "memangnya kau akan kemana?" Yeonjun tidak menjawab, ia menggeleng.

"A-ah, tidak. Maksudku kita" jawabnya. Tak kerasa, jika bianglala itu sudah berhenti. Yeonjun segera turun dan membantu Soora untuk menurunkan tempat itu. Kini mereka berjalan pelan untuk pulang, soora menatap kotak yang ada di tangannya.

"Sebentar, dimana bandana mu?" yeonjun segara mencari nya, Soora terus menatap Yeonjun yang terus mencari dan ia melihat Yeonjun mengangkat tangannya dengan bandana miliknya di ujung. Pria itu tertawa, tawa itu membuat dirinya sakit.

Drtt drtt drrtt

Ia segera mengambil ponselnya, terlihat Eunbi menelponnya dan langsung dimatikan dengan Eunbi. Soora mengerutkan keningnya, ternyata ini hanya misscall. Ia menoleh pada Yeonjun yang masih lumayan jauh darinya yang ingin menghampirinya dan kembali melihat ponselnya.

Mata itu mulai berair dan badan itu terus gemetar. Ia sudah melupakan sesuatu, Ia meletakkan kotak itu di kursi yang tak jauh darinya dan memasukkan ponselnya ke tas kecilnya. ia segera berlari mendekati Yeonjun dimana ia tersenyum dangan bandana di tangannya. Ia melihat soora yang mengejarnya, ia tersenyum dan malah menjauh seraya tersenyum.

The Inner Eye's [REVISI] + [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang