Suasana angin malam telah terganti dengan kehangatan mentari di pagi hari. Soobin, lelaki yang memiliki tinggi badan yang hampir sejenis dengan tiang listrik, membangkitkan diri nya dari tidurnya. Ia duduk sejenak untuk mengumpulkan kembali nyawanya. Melirik ke jendela yang sudah terbuka dengan mata yang menyipit akibat cahaya yang masuk.
Setelah ia membersihkan tubuh nya, ia keluar dari kamar mandi nya dan mengalihkan pandangan nya pada foto bingkai di terpajang di mejanya. Disana terdapat foto diri dia dengan wanita yang cantik di samping nya. Terlihat senyuman miris di bibir nya, sembari bergumam,
"Aku sangat merindukan mu,-"
Soobin menggantung ucapan nya dan kembali tersenyum. Ya, senyuman yang menyedihkan.
"-Ibu"
Soobin, menuruni anak tangga dengan hati-hati setelah ia sudah selesai bersiap-siap. Ia menghentikan langkah nya sejenak dan memperhatikan para sahabat nya itu. Senyuman miris itu telah kembali di bibirnya.
"Sungguh, aku tidak ingin kehilangan kalian" gumam nya dengan senyuman Yang luntur di bibirnya.
"Cepat sini!" Ia kembali tersenyum dan segera menghampiri para sahabat nya itu.
"Baiklah, aku datang!" ucapnya dengan gembira. Namun, batin nya terasa sakit saat melihat lelaki yang sedang makan di meja makan itu. Ia sangat ingin waktu terulang kembali.
"Ibu! Aku pulang!" Teriak Soobin dengan gembira. Dengan wajah yang senang dan senyuman itu pun ia menghampiri ibu nya yang sedang masak.
"Ibu sedang masak apa?" tanya lelaki yang masih duduk di bangku SMP di tahun ke dua.
"Pasti Ibu kesulitan, biar Soobin bantu, bu" dengan senang hati, Soobin yang baru pulang sekolah itu pun membantu ibu nya memasak. Terlihat jelas senyuman yang terdapat dibibir ibunya.
"Pasti kau sudah sangat besar, ibu rindu dengan wajah mu" Ucap ibu nya sembari mengelus pipi kanan soobin. Dengan susah payah Soobin menahan untuk menangis, leher nya terasa sakit.
"Tenang bu, pasti Soobin bisa membiayainya agar mata ibu kembali" ibu nya tersenyum.
Esok hari, Soobin sedang duduk di Sofa sembari memakan cemilan di tangan nya. Seorang wanita yang sedang membawa tongkat itu seperti ingin keluar rumah. Melihat itu pun Soobin langsung menghampiri nya.
"Ibu mau kemana?" tanyanya, ibu nya tersenyum sebelum mengatakan sesuatu pada Soobin.
"Beli obat mata di klinik" Soobin terkejut.
"Astaga bu, klinik itu jauh. Biar Soobin saja yang beli. Ibu tunggu di rumah saja" dengan cepat ia berlari menuju klinik. Nafas nya sudah tidak teratur, ia berlari secepat mungkin agar tiba ke klinik. Setelah sampai, ia segera meminta obat mata dan membayar nya.
Ia kembali berlari menuju rumah. Keringat nya bercucuran sangat banyak. Ia masih berlari sembari tersenyum karna rumah nya sudah terlihat. Ia memberhentikan langkahnya di depan pintu rumahnya yang sudah terbuka. Sebelum nya pintu itu tertutup.
Ia segera masuk kedalam rumah nya dengan senyuman yang manis sembari melihat isi dari kantong yang ia pegang.
"Ibu! Aku pul-"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Inner Eye's [REVISI] + [HIATUS]
Horor"Kau bercanda kan? Sama sekali tidak mungkin" Tiga gadis, dengan kemampuan masing-masing yang tidak mungkin dimiliki manusia normal atau bisa dibilang manusia yang dapat mengendalikan dan melihat objek yang tidak dapat dilihat oleh manusia biasa. ...