Surat dari ChaCha (19)

66 10 0
                                    

Aku menyesali segalanya

Kamu tahu Diasha?

Hari dimana aku menyakitimu dengan beribu ucapan menusuk,aku menangis dalam diam disudut kamarku.

Kamu ingin tahu kenapa aku meminta pisah kamar denganmu?

Wajahmu adalah luka untukku. Aku tak pernah sanggup lama-lama memandangi wajahmu, aku lemah hingga akhirnya aku menangis.

Melihatmu disiksa oleh mereka aku sangat terluka. Ku pertahankan raut wajah biasa saja seolah aku tidak peduli padamu, dengan begitu mereka berpikir kalau aku tidak berpihak padamu.

Walau dadaku meringis melihat semua perlakuan itu, sekuat tenaga aku membuangnya!! Rencana ku harus berhasil bagaimanapun caranya, ternyata tidak semudah itu.

Belum sempat aku mewujudkannya, kamu sudah pergi jauh, jauh meninggalkan kami.

Fakta yang paling menyakitkan, kamu tidak akan kembali. Selamanya.

Apa lagi yang ingin kamu ketahui, Adikku?  Haruskah Kakak menceritakan segalanya padamu?

Terlebih dahulu tunjukkan wujud mu!! Tunjukan dimana kau sekarang!! Jangan bersembunyi terus, kami merindukanmu.

Diasha Adikku, aku,ayah kami keluarga mu ini tidak pernah membencimu. Sungguh sayang, kami sangat mencintaimu.

Saja kami tidak bisa menunjuknya. Keadaan tidak berpihak pada kita.

Kamu menjauh dan kami egois. Bodohnya kita menyia-nyiakan waktu yang ada.

Diasha,makasih ya anak baik. Makasih udah bertahan selama ini, makasih tidak melakukan tindakan bunuh diri padahal Kakak tahu gimana frustrasi nya kamu.

Kamu anak hebat, kamu menunggu Tuhan yang memanggilmu. Sayangku Diasha, hadirmu adalah anugrah terindah.

Jangan berpikir kalau kamu itu anak pembawa sial, tidak sayang tidak... kamu anugerah, semua anak yang terlahir adalah anugerah. Bukan kesalahan.

Maafin kata-kata kakak selama ini, maafin tindakan Kakak yang semena-mena terhadap kamu.

Sayang, Kakak hanya ingin kamu berubah sayangnya cara Kakak salah. Maaf ya dek,maaf belum bisa buat kamu bahagia.

Tenanglah di alam sana, surga adalah tempat mu, anak baik.

Sampai kapanpun nama mu akan selalu dikenang. Kami menyayangimu walau kami terlambat menyadarinya.

Diasha,sakit yang kamu rasakan belum sebanding dengan apa yang Kakak rasakan. Hukum Kakak dek... hukum Kakak dengan luka yang lebih parah lagi.



"Kak Shasha pengen mainan itu"

"Tapi kita ga punya uang, kapan-kapan saja ya, Sha"

"Hummmm, baiklah"

"Kak bangun... ayo main dirumah peri, Mama udah pergi barusan..." Bisiknya pelan.

"Besok saja ya, Kakak capek banget..."

"Yahhhh... yaudah deh. Janji ya?"

"Janji"


"Kak, Nenek jahat kan?"

"Engak Sha"

"Tapi tadi Nenek marahin Papa sama Mama. Nenek itu nyeremin kayak monster"

"Husttt, kamu ga boleh ngomong gitu"

"Kenapa?"

"Nenek itu marah karena Papa Mama ada salah. Setiap kesalahan harus mendapat hukuman"

"Jadi tadi Mama sama Papa dihukum?"

"Iya"




"Kak?"

"Hm?"

"Mama dihukum lagi sama Nenek. Mama salah apa ya? Seharian ini Mama masak, nyuci, bekerja di ladang lalu pulang. Dimana salahnya?"

"Anak kecil ga usah mikir kejauhan. Sana pergi main!!"

"Jawab dulu kak!! Salahnya dimana? "

"Kakak sibuk Sha...."

"Ish.... Bilang saja Mama itu ga ada salah, nenek aja yang suka nyari kesalahan orang. Iyakan kak? Jujur saja, kenapa sih Kakak bela Nenek terus? Sudah jelas-jelas nenek salah. Kak!! Sebagai anak kita harus berpihak pada Mama, kakak mau jadi anak durhaka?"

"Sha... tolong. Kamu main aja sana"

"Anak durhaka!! Kakak anak durhaka.... Kakak anak durhaka. Belain aja terus Nenek lampir itu, lama-lama kakak jadi kayak dia,mbekkkkkkk"

"DIAM!! PERGI SANA!!"

"iya deh,maaf Kak"

Memory flashback end








Surat dari ChaCha (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang