Surat dari ChaCha (4)

98 12 2
                                    

DIASHA 29 Juni 2015

Kalian tahu bagaimana rasanya dibanding-bandingkan? Wah. .. sudah terlalu biasa bukan mendengar kata sederhana namun sangat menyakitkan itu?

"Aku hanya anak perempuan kedua yang tidak sempurna"

Aku tidak pernah bisa menjadi dia,dia anak pertama yang selalu kau banding-bandingkan  denganku.

Atau dia anak bungsu kesayangan, mu.

Tutur kataku tidak seindah mereka, sifat ku tidak sebaik mereka bahkan sederhananya aku tidak akan bisa seperti mereka, Ayah.

Jangan remukkan hatiku,aku hancur,mentalku rusak dan seterusnya jangan... jangan runtuhkan pertahanan yang telah ku bangun.

Aku tidak sempurna, Ayah.

Aku hanya anak perempuan tidak tahu diri, anak perempuan yang tak bisa kau didik dan anak perempuan yang tidak pantas dibanggakan.

Bisakah aku meminta?

Jangan hakimi aku, Ayah.

Berapa kali kukatakan bahwa aku ini lemah!! AKU HANCUR!! AKU TIDAK BISA APA-APA SELAIN MENANGIS DAN MENUTUPI KESEDIHAN KU.

"Tiru kakak mu!! Dia bisa segalanya,dia selalu bisa diandalkan. Dia berprestasi dan selalu membawa kebanggaan, lihat dirimu? Kau egois!! Kau hanya peduli dengan dirimu sendiri, kau tidak pernah berpikir dengan orang-orang disekitar mu. KAU HIDUP SEOLAH DUNIA INI HANYA MILIKMU SENDIRI"

"Lihat adikmu!! Dia masih kecil tapi dia tahu caranya menghargai orangtua. Tidak kah kau malu dengan anak sekecil ini? Dari sikapmu membuat ku malu dengan anak seperti mu!! AKU MALU MEMPUNYAI ANAK SEPERTI MU!! TANAMKAN ITU"

"ORANG SEPERTI MU TIDAK AKAN BISA SUKSES"

"ORANG EGOIS SEPERTI MU TIDAK AKAN BISA MENJADI  APA-APA"

"PERUBAHI SIKAPMU!!"

"JAGA CARA BICARA MU!!"

"JADILAH ANAK YANG BISA DIBANGGAKAN"

SETIAP KATA YANG TERUCAP DARI MULUT Ayah adalah luka yang kembali kutulis dalam sebuah buku.

Menjadikan sebuah kenangan, kenangan paling menyakitkan.

Aku memang EGOIS, aku bahkan sangat egois pada diriku sendiri.

Kalian yang menyakiti ku namun aku YANG salah.

Kalian tidak tahu rasanya menangis dalam diam, menangis dalam isakan pelan dan menangis tanpa ada yang bisa ia ajak bicara.

Aku sendiri,aku kesakitan namun kalian tidak peduli denganku.

Kenapa kalian menuntut banyak padaku? Haruskah aku bertanya apa yang sudah kalian beri padaku?

Berpura-pura kuat adalah caraku membela diri, berpura-pura menjadi orang yang paling berani namun kenyataan aku adalah orang yang paling menyedihkan.

Aku gagal dalam banyak hal tapi dari semua kegagalan itu KEGAGALAN DALAM KELUARGA ADALAH KEGAGALAN YANG PALING MEMBUNUH.

MEMBUNUHKU SECARA PERLAHAN HINGGA AKHIRNYA AKU TIDAK SANGGUP DAN MENGHILANG.

YA!! menghilang seperti yang kalian harapkan.

Tak pernah aku meminta terlahir di dunia ini,aku hanya menjalani tugasku sebagai manusia.

Kutahu ada saatnya untuk pergi dan aku berharap.

Berharap untuk sebuah kepergian yang tidak akan pernah kembali.

Kalian akan bahagia kan?

Ah... andai kalian merasakan sekali saja dalam diriku, Kupikir kalian tidak akan sanggup.

Sakit? Tentu bahkan melebihi. Lebih tepatnya disebut mati rasa.

Sankin sakitnya aku tidak tahu kalau hari adalah adalah kesakitan baru.

Ayah, sekali lagi KUKATAKAN aku memang tidak bisa menjadi anak kebanggaan mu.

Bisakah aku meminta? Jangan bandingkan kami, tentu kami berbeda.

Aku hanyalah manusia biasa, manusia egois dan sangat... sangat bodoh.

Walau begitu kesuksesan ku bukan berada ditangan ayah.

Harusnya ayah mendoakan ku bukan malah menyudutkan ku seolah aku tidak akan bisa sukses.

Kami memang berbeda hingga kami tidak bisa sama lagi.

Jangan menyakiti ku,kumohon dalam secarik kertas yang isinya tidak ada yang tahu.

Sekali lagi, aku menyayangimu.
    
    Diasha__





Walau begitu, semangat lah. Berterimakasih kepada Tuhan, katakan padanya bahwa kamu yang lemah masih tetap bertahan.

Untukmu dan jiwamu, hari-hari adalah pelajaran. Kuatkan hatimu untuk hari berikutnya.

Kamu adalah yang terbaik, selalu.






Surat dari ChaCha (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang