Surat dari ChaCha (6)

92 10 7
                                    

Untukmu anak pertama


Aku tahu kamu takut gagal.

Hukumnya memang begitu. Anak pertama selalu dituntut untuk sukses, harapan orangtua bertumpu padanya.

Aku juga tahu kamu merasa tertekan terlebih jika kamu anak perempuan.

Kamu takut jika harapan mu tidak membuahkan hasil dan gagal menjadi contoh untuk adik-adikmu.

Capek banget ya?

Selain tuntutan pendidikan kamu juga akan menjadi pengganti orangtua dirumah nantinya.

Dituntut dewasa oleh keadaan bahkan kamu juga harus mengalah sama orang rumah. Adik yang salah kamu yang dimarahin, adik yang berulah kamu yang disalahin.

Terlebih kamu perempuan aku tahu kamu peka akan hal ini.  Memahami diri sendiri aja sulitnya minta ampun kini kamu juga harus memahami adik-adik mu.

Kamu lelah kan? Ga punya teman berbagi dan ditekan oleh diri sendiri. Sebagai anak pertama kamu juga harus terlihat kuat dan tidak boleh terlihat lemah.

Menyelesaikan masalah sendiri dan tak jarang kamu menangis memikirkan sulitnya peran ini.

Orangtua sudah semakin tua dan kamu masih gini-gini aja. Adik masih sekolah, takutnya kamu ga bisa bantu. Meringankan beban keluarga,aku tahu kamu berharap untuk itu.

Cenderung memikirkan kebahagiaan orang rumah sampai-sampai kamu tidak sadar kalau kamu juga butuh bahagia.

Jangan sakit ya:)

Kasihan Mama Papa, kasihan adik-adik. Lain cerita jika kita terlahir dari keluarga Konglomerat, mungkin berleha-leha tidak menjadi masalah.

Tapi kini berbeda, sedikit sulit jalannya.

Jangan lupa orang yang pernah merendahkan kamu

Jangan lupa orang yang pernah ngehina orangtua kamu.

Bukan-bukan,aku bukan nyuruh untuk balas dendam. Aku cuma mau bilang, buktikan kalau kamu bisa.

Kamu adalah cinta pertama orangtua.

Kamu yang pertama hadir.

Kamu yang ia harapkan.

Kamu hidupnya maka dari itu mereka berharap padamu.

Kebahagiaan pertama adalah kamu jadi jangan berkecil hati jika cinta mulai terbagi. Bagaimanapun, aku berani bertaruh kalau orangtua jauh lebih menyayangimu.

......

Aku ChaCha Putri kebanggaan Ayah. Putri yang selalu ia ceritakan pada teman-temannya. Putri yang selalu ia telepon dari kampung halaman.

Ayah,dia tak pernah lupa mengingatkanku untuk makan.

Ayah,dia menangis mengetahui ku sakit.

Ayah, saat masa kuliah ia berkata padaku untuk tidak sungkan meminta jika aku kekurangan.

Dan Ibu, wanita itu sederhana. Apapun akan kuberikan padamu, tugasmu adalah belajar tentang biaya jangan pikirkan, Ayah dan Ibu yang akan mengurusnya.

Kami bukan orang punya tapi begitulah perjuangan orangtua. Utang menumpuk sana-sini, bekerja tak kenal demi selembar uang. Mereka bisa memperjuangkannya, entah darimana saja aku tidak tahu.

Putriku, jika kamu sukses itu buat kamu, buat bekal hidupmu kedepan. Untuk Ayah dan Ibu hanya bangganya saja.

Kami tidak pernah berharap sepeserpun dari penghasilan mu tapi jika kamu mau, bantulah pendidikan adik-adik mu ini.

Kalian jangan seperti kami, jadilah orang yang tidak bisa direndahkan orang lain. Suksesnya kamu adalah contoh bagi adik-adikmu, mereka akan mengikuti jejak mu kelak.

Itulah makanya kami berharap besar padamu. Jangan bahagia sendiri ya nak,ajak mereka bersamamu. Kalian harus berdampingan selama Ibu dan Ayah masih ada.

Dan seterusnya jika memungkinkan. Karena kami tahu jika kalian sudah berkeluarga kelak, bertemu saja susah.

Begitulah aku tumbuh. Tumbuh menjadi seorang gadis yang ambisius, orangtua ku susah-susah mencari uang untuk ku jadi aku tidak bisa bermain-main.

Sadar diri, aku bukan anak orang kaya.

Namun rendah hati, karena kesuksesan bukan hanya milik mereka yang terlahir dari keluarga kaya.

Semangat untuk yang sedang sekolah, kuliah ataupun sudah bekerja.

Tidak harus kaya untuk sukses.

Jika mau, kamu akan mendapatkannya.

Semangat untuk kita.















Surat dari ChaCha (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang