Surat dari ChaCha (15)

43 8 2
                                    

Tenangkan dirimu dengan kesendirian





Me time adalah satu waktu yang paling menenangkan untuk setiap orang.

Terkadang kesendirian adalah puncak kebahagiaan bagi raga yang sedang kelelahan.

Makan sendiri,tidur sendiri, liburan sendiri dan yang paling menyenangkan adalah tour travel keliling dunia sendiri. Sekarang semua itu bisa kulakukan, jika libur kerja maksudnya. Bagaimanapun aku hanya seorang Pekerja. Aku ingin memberi kabar baik untuk kalian, baru-baru ini jabatan ku naik jadi banyak pekerjaan yang harus kulakukan.

Ibu adalah orang pertama yang kuberikan kabar baik ini. Wanita itu sangat bahagia sampai menangis. Jika begini sudah tentu aku merindukannya,dari balik layar tidak pernah cukup untukku.

Aku ada libur tiga hari, harusnya aku pulang ke kampung tapi kali ini aku menyangkal. Aku pergi liburan ke Kanada tanpa sepengetahuan Ayah dan ibu.

Negara impianku adalah Kanada, kurang lebih tiga kali aku sudah mengunjungi negara ini. Andai tak terhalang biaya dulunya,sudah ku pastikan Kanada adalah tempatku menuntut ilmu sampai jenjang S2.

Hanya mimpi. Tuhan menggeser sedikit harapanku "Anakku Kanada bukakanlah tempatmu untuk menuntut ilmu, belajarlah dengan giat hingga Kanada akan menjadi tempatmu melepas penat"

Kurang lebih begitulah Tuhan mengubah mengotak-atik harapan hidupku. Hasilnya sama namun caranya yang berbeda. Sekali lagi kukatakan, Tuhan itu baik sangat baik.

Hari ini aku teringat dengan kejadian masa lalu. Sungguh ini sangat menyedihkan tapi indah untuk dikenang.

Ternyata beginilah nasib hidupku dulu sebelum sampai dititik ini.

Saat itu umurku 13 tahun. Biasanya setelah habis panen para petani mempunyai waktu kira-kira tiga minggu sebelum kembali bekerja.

Begitu juga dengan kedua orangtuaku, kami menghabiskan waktu dirumah. Kalian tahu bukan keluarga dari Ayah termasuk keluarga terpandang?

Beginilah awal mulanya. Musim panen dan libur sekolah bersamaan waktunya jadi saat teman-teman ku berbicara tentang kemana mereka akan pergi liburan, aku hanya diam.

Aku sadar akan keadaan orangtua ku, jangankan berharap lebih, minta uang jajan saja aku tidak berani kalau bukan diberi secara cuma-cuma.

Saat teman-teman ku pergi liburan aku hanya dirumah.

Saat keluarga dari Ayah pergi berwisata beramai-ramai kami tidak diajak,ya!! Hanya kami.

Tidak!! Aku tidak berharap untuk ikut dengan mereka,sama seperti yang Diasha katakan "Tidak Sudi aku bergabung dengan keluarga kaya itu"

Satu harapanku dulu, semoga aku bisa membawa ayah dan Ibuku keliling dunia bahkan lebih dari yang mereka punya saat ini.

Melihat foto mereka liburan,makan,bermain, tertawa lepas, tidur-tiduran dan bersantai...wah!!! Enak ya jadi orang kaya.

Mereka bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan, sedangkan kami?

Aku tetap bangga dengan Ayahku. Aku tetap bangga dengan ibuku. Aku tetap sayang dengan keluargaku.

JIKA AKU TIDAK TERLAHIR DARI KELUARGA KAYA MAKA KUPASTIKAN AKULAH YANG AKAN KAYA!!

Terlalu sakit rasanya, sungguh aku tidak berdusta. Hinaan, makian, cacian semua itu kami dapatkan.

Otakku buntu, aku hanya ingin sukses!! Hanya itu. Menjadi orang miskin memang sesakit ini.

"Ngapain kau takut dengan nasib anakmu!! Sudahlah, diluar sana banyak anak yang pintar tapi mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Tenang saja,jika kita punya uang semua pasti beres"

Kubenarkan ucapan Paman ku kala itu. Anaknya sangat nakal hingga aku bisa lulus kuliah lebih awal darinya.

Sakit hatiku mendengar penuturnya didepanku, Ayah, Ibu dan semua anggota keluarga besar.

Entah dia menyindirku atau dia ingin memamerkan harta kekayaannya, intinya tatapannya selalu mengarah padaku dan anaknya yang berada disampingku.

"Anakku kamu ga usah malu dengan ChaCha, nanti Papa yang akan mencari pekerjaan untukmu. Tugasmu adalah belajar dan cepatlah tamat. Hei Cha! Lamaran mu sudah diterima?"

Aku mengeleng pelan memberi jawaban.  Aku juga belum melamar pekerjaan saat itu karena wisuda baru beberapa hari terakhir.

Namun begitulah yang aku dapatkan. Nyata dan jelas, mencari pekerjaan memang sesulit itu tanpa sepeser uang.

Pria itu terkekeh kecil "Lihat kan?  Kepintaran bukan segalanya, otak saja tidak cukup. Pengetahuan harus didampingi oleh uang" Ucapnya lalu ia terkekeh lagi.

KINI KUBUANG JAUH-JAUH KUTUKAN ITU. AKU BISA MENDAPATKAN PEKERJAAN TANPA SEPESERPUN, BENAR UANG ADALAH SEGALANYA NAMUN KERJA KERAS DAN KEBERANIAN DAPAT MENGUBAH GARIS TAKDIR ITU.

Tekad dan semangat mengubah ketidakmungkinan menjadi mungkin.









Surat dari ChaCha (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang