Surat dari ChaCha (2)

167 14 2
                                    

Kemarau dibulan Juni tahun ini, aku kembali merindukanmu. Kamu hebat dengan segalanya. Walau sudah berakhir, namamu masih tetap dikenang





Tahun lalu Nenek meninggal dunia. Menambah sesak bagi semua orang yang menyayangi nya.

Belum genap setahun Diasha pergi, Nenek juga pergi. Bertubi-tubi duka menaungi kehidupan kami.

Walau begitu kepergian Nenek tidak sesakit kepergian, Diasha ku.

Semua orang menangis saat itu bahkan ada yang sampai pingsan. Sepercik kebodohan timbul di benakku saat melihat air mata berlinang membasahi wajah mereka.

"Nenek meninggal sudah sangat wajar,dia sudah tua lalu apa kabar dengan adikku?  Bahkan kalian tidak menangis saat dia pergi, kalian pura-pura bersedih walau didalam hati kalian bergejolak sebuah kebahagiaan"

Aku semakin jauh dari Tuhan. Aku menyesal dan menyakiti diriku sendiri, setiap hari.

Bahkan saat kematian Nenek aku tidak menangis sedikitpun. Aku tidak bersedih dan jujur aku malah bahagia. Wanita jahat itu sudah mendapatkan tempatnya.

Salah, tentu pola pikirku saat itu salah. Sebagai seorang gadis 20tahunan harusnya aku sudah bisa berpikir dewasa.

Kematian Diasha benar-benar berpengaruh terhadap kehidupan ku.

Mengingat kejadian ini aku jadi teringat suatu masa dimana Diasha dikurung di dalam kamar mandi oleh Bibi.

Aku tentu tahu,aku bodoh jika percaya bahwa semua luka memar dalam tubuh gadis itu karena ia berjalan tidak hati-hati hingga terjatuh.

Dia berbohong dan selalu begitu. Saat ibu bertanya kenapa wajahnya memerah serta kaki dan tangannya terluka,ia akan menjawab.

"Jatuh, aku terjatuh. Lagi"

Diasha tidak pernah baik-baik saja,ia menderita sepanjang perjalanan hidupnya.

Masih menjadi pertanyaan dalam benak ku, MENGAPA SEMUA KELUARGA TERMASUK AYAH SANGAT MEMBENCI DIASHA?

Lalu sekarang aku sudah mengerti. Alasan mengapa yang tak masuk akal, sungguh mereka berlebihan.

Ayah mengharapkan anak laki-laki lalu Diasha hadir.  Kenapa Ayah harus membencinya? Bukankah Ayah sudah mendapatkan anak laki-laki?  Lalu kenapa Ayah masih TETAP membencinya?

SEDERHANA SAJA.

AYAH BENCI KARENA DIASHA TAHU SEGALA KESEDIHANNYA.

Ayah marah karena Diasha tahu kelemahannya,Ayah marah karena Diasha bertingkah semena-mena dan Ayah sangat marah karena Diasha mencoba membelanya.

Tugas Diasha adalah belajar, belajar dan belajar. Diasha tidak berhak tahu urusan orang dewasa, Diasha tidak punya hak untuk menghakimi orang lain.

Ayah mau Diasha hidup seperti anak-anak seusianya bukan hidup menjadi Diasha yang suka menyakiti diri sendiri karena nasib buruk kedua orangtuanya.

Namun Tuhan berkata lain, Putrinya dewasa sebelum waktunya. Dia mengerti banyak hal,dia paham apa yang orangtuanya rasakan,dia tidak fokus pada dirinya dan selalu merasa bersalah.

Diasha bukan kesalahan,pola pikir Diasha lah yang salah.

Ayah tahu semua ini akan terjadi pada Diasha. Siapa anak yang tetap fokus dalam kehidupannya disaat orangtuanya mati-matian menahan cacian dan makian?

Diasha begitu menyayangi keluarganya, Diasha berusaha melindungi keluarganya hingga akhirnya Diasha menderita.

Ayah pikir caranya mendidik Diasha benar namun Ayah salah besar. Semakin Ayah mengekang, memukul, membentak bahkan mencambuk gadis itu semakin Diasha berpikir kalau Ayah tidak pernah menyayanginya.

Pria paruh baya yang sudah bungkuk walau belum terlalu tua itu adalah seorang yang paling menderita setelah kepergian Diasha.

Saat Paman menawarkan pada Ayah agar Diasha menjadi TKW saja,dengan cepat Ayah menolak. Tentu Ayah tidak setuju, walau Ayah bukanlah orang berada AYAH SELALU BERUSAHA UNTUK PENDIDIKAN ANAK-ANAK NYA.

AYAH TIDAK MAU ANAKNYA BERNASIB SEPERTI DIRINYA.

AYAH SELALU BERDOA DITENGAH MALAM YANG SUNYI UNTUK SEPERCIK KESEHATAN DIDALAM TUBUHNYA, AGAR IA MAMPU MENYEKOLAHKAN ANAK-ANAKNYA KE JENJANG YANG LEBIH TINGGI.

Pria hebat itu mempunyai mimpi yang sangat sederhana. Ia ingin melihat anak-anaknya memakai toga wisuda dan saat itu tiba,ia masih ada.

Menyaksikan anaknya mendapatkan sebuah gelar dan ia berusaha menahan tangisnya saat anaknya dipanggil kedepan waktu itu. Aku bangga karena mimpi Ayah sudah tercapai.

Pakaian Ayah tidak semewah pakaian orangtua teman-temanku namun dapat ku pastikan kalau kebanggaan Ayah jauh lebih mewah dari sepasang harga baju.

Nasib dan pencapaian setiap orang itu beda-beda maka dari itu janganlah bertingkah seolah-olah kita adalah Tuhan.

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok harinya, syukuri dan jalani percayalah semua akan tiba pada waktunya.

Aku bukanlah anak dari keluarga kaya raya,aku juga tidak terlahir dari keluarga terpandang.

Hanya manusia biasa yang berusaha menggapai impian nya. Untuk Ayah, Ibu dan untuk orang-orang yang selalu merendahkan keluarga ku.

Bukannya balas dendam,ini hanyalah sebuah keinginan.

Karena jika bukan aku siapa lagi yang bisa mengubah takdir keluargaku?

Aku berjanji untuk sebuah kebahagiaan. Membalas jasa kedua orangtuaku yang sudah membungkuk badannya, keriput kulit wajahnya, hitam dibakar matahari tubuhnya, peluh keringat setiap harinya BAHKAN ia takkan pernah berhenti bekerja sebelum matahari benar-benar kehilangan sinarnya.

Orangtua adalah alasanku tetap bertahan hingga saat ini. Aku tidak pernah menyesal terlahir dari keluarga miskin, justru karena orangtua ku bukakanlah orang berada hingga memberi ku tekad besar untuk menjadi orang sukses.

Untuk Diasha, terimakasih atas segalanya. Tenanglah disana Adik baik, Kakak akan membuat kedua orangtua kita bahagia.

Walau begitu lihat kakak dari sana,ya. Kakak menyayangimu, sekarang lihatlah! Harapan kita tercapai, adikku.















⚠️💚





















Surat dari ChaCha (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang