Surat dari ChaCha (14)

42 8 1
                                    

Bilamana aku harus bertahan ditengah sakitnya hidup serba kekurangan




Saat Ayah dan Ibu menyuruhku lanjut kuliah,aku menolak dengan tegas. Makan saja kami susah, bisa-bisanya mereka berniat untuk menguliahkan aku.

Percekcokan panjang terjadi diantara kami. Mereka sangat marah mendapati penolakan tegas dari mulutku.

"Apa susah nya!! Kau tinggal kuliah dan belajar segiat mungkin"

"Simpan uang itu untuk kebutuhan sehari-hari,Pa. Aku bisa langsung bekerja dan mendapatkan uang, dengan begitu kita bisa hidup lebih layak lagi"

"CHACHA!!! Kau membantah ku,HAH!!"

"PA!! makan saja kita kesulitan kenapa harus kuliah,huh? Sukses bukan harus kuliah hingga mendapatkan gelar sarjana. Siapapun bisa sukses Pa, biarkan aku bekerja. Jangan tambahin beban kita dengan menguliahkan aku"

PLAK...

Saat itu untuk pertama kalinya Papa menamparku. Aku meringis menahan tangis namun secepatnya ku buang jauh-jauh raut wajah memalukan itu.

Diasha, Adikku itu tidak ada saat hari kejadian Ayah menamparku keras sampai-sampai aku tersungkur ke lantai.

Diasha berpikir Ayah tidak pernah main tangan padaku, Diasha salah. Ayah pernah membentakku via telepon, hari ini Ayah juga memukulku.

Walau tak separah yang ia berikan pada Diasha. Tak salah Diasha berpikir seperti itu, hari ini akan kukatakan perjalanan hidupku juga sama beratnya dengan dia.

Versi kami mungkin berbeda. Diasha berjuang untuk sebuah kasih sayang dan aku berjuang untuk sebuah kebahagiaan.

Satu tekad ku saat itu,AKU HARUS MENGANGKAT DERAJAT KEDUA ORANGTUAKU.

Tidak,aku tidak sepintar yang Diasha pikirkan. Aku juga sama sepertinya, pelajar yang berjuang untuk sebuah prestasi.

Tidurku kurang,makan sering ku abaikan bahkan aku harus mengkonsumsi vitamin untuk daya tahan tubuh. Aku tak mau mengecewakan orangtuaku jadi dengan prestasi lah aku membalas jasa mereka.

"Sudah berapa kali Papa bilang---BIAYA TAK PERLU KAU PIKIRKAN, SEMUA ITU URUSAN PAPA DAN MAMA MU."

"DAN MEMBIARKAN KALIAN KESUSAHAN MENCARI UANG HANYA KARENA AKU?? PA,MA!! Jangan terfokus padaku, Diasha dan Frey juga butuh pendidikan. Aku tahu kalian kesusahan, aku tau kalian berutang sana-sini untuk kebutuhan hidup kita. Hasil panen pun tak cukup membayar utang-utang kalian!!  Biarkan aku bekerja setahun ini setelah itu aku akan kuliah, aku yang akan menanggung semua kebutuhan pendidikan ku"

Ayah tak mau mendengar penuturan ku kala itu. Yang ia katakan cukup mencolok hatiku,aku menangis detik itu juga.

"Selama namamu masih tertera di kartu keluarga ini, kau masih tanggungan kami. Tugasmu BELAJAR... BELAJAR DAN BELAJAR, Papa tidak mengijinkan mu bekerja ChaCha, Papa masih bisa menanggung semua kebutuhan mu. Di usia mu sekarang pikirkan bagaimana caranya agar kau menjadi anak yang berguna dimasa depan bukan bekerja dengan embel-embel mencari uang seolah Papa dan Mama sudah meninggal. Sampai kapanpun tidak ku IZINKAN kau bekerja jika kuliah, kuliah lah dengan baik"

"Pa... JANGAN TERFOKUS PADAKU. DIASHA DAN FREY MASIH SEKOLAH JANGAN SAMPAI MEREKA PUTUS SEKOLAH HANYA KARENA AKU..."

Tapi saat itu Ayah pergi seolah tuli dengan isakan ku.

Ibu menatap ku iba,ia membawaku kedalam pelukannya. Mengelus punggungku seraya menenangkan.

"Nak, semua orangtua juga akan melakukan hal yang sama seperti
Ayahmu. Siapa orangtua yang tega melihat anaknya bekerja sedangkan diluar sana anak-anak seusianya sibuk belajar? Benar kata Papa, urusan biaya jangan pikirkan. Tuhan itu baik, semua ada jalannya badai akan berlalu"

"Tapi Ma...ga semua harus sekarang. ChaCha akan kuliah tapi biarkan ChaCha cari uang setahun ini"

"Tidak sayang, Mama tidak setuju. Mama Papa masih ada kan? Ngapain harus kerja,hm? Pantas tadi Papa marah, kamu itu seakan merendahkan Papa lho. Papa itu hebat, Papa bisa cari uang yang banyak untuk kamu. Jangan nangis lagi, kamu sekolah yang benar ya.. demi kami orangtua mu"

Akhirnya aku melanjutkan perjalanan pendidikan ku. Mendapat gelar sarjana ekonomi dan kini aku lanjut S2 untuk gelar master.

Selama masa perkuliahan, Tuhan begitu baik padaku. Beasiswa selama masa pendidikan, Mama benar. Badai akan berlalu.

Aku tidak menyusahkan mereka lagi hingga kini mereka bahagia dikampung halaman. Setiap bulan ucapan 'Pa ma, ChaCha udah transfer ya" akhirnya terwujud juga.

Bukan sekedar mimpi, harapan dan kerja kerasku akhirnya membuahkan hasil.

Percayalah, Badai akan berlalu







Surat dari ChaCha (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang