Kau Larut dalam penyesalan
Menangispun semua t'lah terjadi
Yang hilang tak mungkin kembali
Hanya tuhan yang tau
niat dalam hati"Ibu,aku juga mempunyai anak. Apa kau tidak kasihan padaku? Kenapa Ibu tega pada kami? Mereka juga cucumu Ibu"
Saat Diasha masih bayi, aku dan ibu diusir dari rumah Nenek. Nenek begitu kejam hingga Ibu harus menangis tersedu-sedu di kakinya.
Ibu berlutut dikaki Nenek. Perkara sederhana,NENEK MEMINTA AYAH UNTUK MENCERAIKAN IBU SECEPATNYA.
"Aku memang bukan anak orang kaya, aku tahu aku tidak pantas bersanding dengan anak Ibu. Tapi bisakah ibu berpikir sekali lagi? Mereka anak-anak kami, tega kah Ibu memisahkan anak-anak kecil ini dari Ayahnya?" Tanya Ibu. Ia menunjuk pada ku dan Diasha,ibu berusaha menahan diri.
Hatinya sakit saat ibu mertuanya membawa wanita cantik yang dia inginkan bersanding dengan Ayah.
Sama seperti Diasha, aku mengerti. Aku mengerti banyak hal, aku menangis dalam hati. Ibuku yang malang rela berlutut dikaki Nenek hanya karena takut dipisahkan dari Ayah.
"Sejak awal harusnya kau sadari ini!!" Tuding Nenek tajam. "Aku tidak pernah setuju dengan pernikahan ini." Sarkas Nenek.
"Kau itu orang susah tidak sudi aku punya menantu miskin seperti,mu. Kami orang terhormat dikampung ini, kami berkhasta dan berpendidikan tinggi. Sedangkan kau? Tamat SMA saja kau tidak mampu, bagaimana mungkin kau berani bersanding dengan anakku?" Ucap Nenek marah. Dibalakang Nenek, anak-anaknya menganguki.
"Asal kau tahu!! Aku ingin anakku bersanding dengan wanita yang terlahir dari keluarga Konglomerat dan berpendidikan tinggi, bukan seperti mu!! Walau dia hanya tamat SMA, diluar sana banyak yang mau menerimanya. Karena apa?? KARENA DIA ADALAH ANAKKU, ANAK YANG LAHIR DARI RAHIMKU. RAHIM WANITA TERHORMAT DAN BERMARTABAT TINGGI"
Sambil terus menghina Ibu, Nenek memakan siri dengan amat sombong. Ia meludah di samping ibu, padahal jelas-jelas disana ada plastik bekas.
Wanita tua itu murka hingga ia menyuruh Ibu untuk pergi.
"Ibu walau begitu ibu tidak punya hak untuk memisahkan Ayah dan anaknya. Ibu bisa menghinaku, ibu bisa merendahkan keluarga ku tapi Ibu tak bisa memisahkan mereka" Kata Ibu. Ia menunjuk pada ku dan Diasha yang masih tertidur.
"Mereka adalah darah daging anak Ibu, silahkan pisahkan kami tapi aku tidak akan membiarkan anak-anakku tumbuh tanpa didikan seorang Ayah" Dengan berani Ibu berkata demikian.
"KAU!!!" Nenek ikut bangkit dari duduknya,ia menarik rambut Ibu kasar hingga ibu memekik kecil.
"APA UANG YANG KUBERIKAN KURANG,HAH?? BAWA PERGI ANAK-ANAK MU DAN HIDUPLAH JAUH DARI KAMI. APA MASIH KURANG? BERAPA YANG KAU INGINKAN??"
"Aku tidak membutuhkan uang itu, aku tidak akan menyerah demi ANAKKU" Lawan ibu.
"PERGI ATAU KAU TIDAK AKAN BISA LAGI MELIHAT ANAK-ANAK MU!!"
"Ibu tidak punya hak untuk anak-anak ku"
"KAU____"
"IBU!!!" Dari balik pintu Ayah datang. Bajunya yang lusuh menandakan bahwa Ayah baru pulang dari sawah.
Dengan sigap Ayah menghempas tangan Nenek, menarik Ibu kebalik punggungnya dan mengendong aku.
"Ibu benar-benar ingin memisahkan kami?" Tanya Ayah tidak habis pikir. Ternyata keinginan Nenek tempo hari benar-benar tulus. Tulus untuk memisahkan mereka.
"Anakku.... semua ini demi kebaikanmu. Apa yang kau lihat darinya? Dia tidak ada apa-apanya dibanding wanita pilihan Ibu" Ucap Nenek sambil menyuruh wanita pilihannya berdiri didepan Ayah.
"Kau bisa mengulang semuanya, anggap saja kejadian ini sebuah pelajaran. Menikah lah kembali dan tinggalkan mereka" Kata Nenek menyakinkan.
"Meninggalkan anak-anak ku? Itu maksud ibu?" Tanya Ayah. "Suruh wanita ini pulang,pilihan hidupku adalah hak ku. Maaf jika aku membantah Ibu, aku sangat menghormati Ibu namun jika sudah begini, KUKATAKAN SEKALI LAGI IBU TIDAK BERHAK ATAS HIDUPKU"
Dengan begitu Ayah membawa ibu pergi. Kami meninggalkan rumah besar itu.
"ANAK KURANG AJAR!! MULAI BESOK BERHENTI BEKERJA DI LADANG KU. HIDUPI ISTRI DAN ANAKMU DENGAN SEGALA KESUSAHAN" Tekan Nenek.
"Akan kulakukan, ibu" Balas Ayah lagi.
"KAU AKAN MENYESAL TELAH MEMBANTAH IBU"
"Tidak akan pernah" Sekali lagi Ayah membalasnya.
Percaya atau tidak semua kejadian ini pernah aku lalui. Selain untuk orangtuaku, aku juga ingin sukses karena aku tak ingin dikucilkan oleh mertua ku kelak.
Aku tahu bagaimana sakitnya diposisi ibu dan sungguh aku tak mau mengalami nasib buruk itu.
Sekarang aku masih fokus belajar sekaligus bekerja. Demi Ayah, ibu dan adikku semua akan kulakukan.
Menjadi orang susah bukanlah pilihan namun menjadi orang yang bisa mengubah kata susah menjadi berkah adalah pilihan hidupku.
"Sudah kukatakan jangan pergi kerumah itu!! Kau tidak percaya padaku?" Tanya Ayah pada Ibu.
Ibu mengeleng lemah "Aku hanya tidak mau anak-anak ku hidup tanpa cinta dari ayahnya"
Ayah menghela nafas panjang "Sudah kukatakan aku tidak akan meninggalkan kalian. Kita berjuang bersama-sama demi anak kita" Ucap Ayah.
Sekali lagi Ayahku adalah pria terbaik dalam hidupku.
Dia cinta pertama ku dan dia adalah nyawaku.
Terimakasih masih bertahan, Ayah. Sekuat tenaga akan kubuat engkau bahagia.
AKAN KUHAPUS OMONGAN ORANG YANG MENGATAKAN BAHWA ANAK ORANG MISKIN TAK PANTAS BERSANDING DENGAN ANAK ORANG KAYA.
KARENA NYATANYA,dia bisa terlahir dari rahim ibu yang tidak mempunyai apa-apa namun dia bisa melahirkan anak dari rahimnya dengan segala kelimpahan yang ia punya.
Jangan menghakimi masa lalu seseorang karena masa depan nya hanya Tuhan-lah yang tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat dari ChaCha (TAMAT)
Dla nastolatkówBagian sederhana dari kehilangan. Karena kata mereka, kehilangan yang paling menyakitkan adalah kehilangan yang dipisahkan oleh kematian. Tapi pernahkah kalian berpikir,saat seseorang sudah menghembuskan nafas terakhirnya, apakah orang itu sudah b...