Haruskah aku terlahir dari keluarga kaya raya agar bisa bersanding denganmu?
Nasib ibuku ternyata menjadi bagian dari nasibku juga. Walau dalam kadar berbeda kini dapat kurasakan bagaimana sakitnya berada diposisi Ibu saat itu.
Bersanding dengan seorang pria kaya raya?
Jika Ibu berani hingga jenjang pernikahan maka aku tidak akan melakukan itu. Persetan dengan cinta,mentalku jauh lebih berharga dari seorang laki-laki yang orangtuanya tidak sudi merestui hubungan kami.
Ya,aku mengalami fase itu. Aku saksi mata dari ucapan-ucapan pedas dari mulut Nenekku, ucapan keji yang dengan mudah ia lontarkan kepada wanita, wanita yang masih mempunyai seorang balita.
Aku tak mau,aku tak akan mengulangi kesalahan yang sama. Walau sakit awalnya setidaknya aku tidak termakan mental bertahun-tahun.
Ibuku kuat demi anaknya dan aku?
Masih mahasiswa biasa jadi masih ada kesempatan. Diluar sana banyak laki-laki yang jauh lebih baik lagi.
Bukan maksudku laki-laki yang pernah mengisi hatiku itu tidak baik, saja kami memang tidak jodoh dari awal.
Saat setelah kejadian Ibunya menghina diriku yang menginjakkan kaki di rumahnya, kami berakhir.
Aku yang mengakhiri nya dan dia?
Cih!! Dia sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Sungguh aku tidak cemburu bahkan aku datang kepesta pernikahannya walau tak mendapat undangan.
Katakan saja aku lancang tapi bagaimanapun aku harus melihat Wanita yang akhirnya menjadi pengganti ku itu kan?
Setidaknya aku tak kalah cantik, satu hal yang bisa kubanggakan saat menginjakkan kaki di pesta pernikahan mewah nan megah itu.
Kalau harta dan tahta,kalian tahu sendiri siapa aku dan darimana aku berasal.
Ku akui calon istri eh ralat--Istri mantan pacarku itu sangat elegan. Gaun yang ia kenakan, make-up super bagus hingga kulitnya yang putih mulus.
Dilihat-lihat ia juga terlahir dari keluarga Konglomerat,tak perlu ku pertanyakan lagi--Mobil yang bertengger, papan bunga hingga hotel ini sudah cukup membuktikan.
Semoga mereka bahagia.
Bagaimanapun restu orangtua adalah penunjang kesuksesan sebuah hubungan rumah tangga. Lihatlah, laki-laki itu terlihat bahagia,ia juga semakin tampan. Mereka sangat cocok.
"Kapan nyusul, Cha?" Mikha sahabatku menyenggol lenganku. Ia tersenyum penuh arti hingga detik kesekian ia mengarahkan dagunya kedepan seolah menunjuk seseorang disana.
Agaknya aku langsung paham "Males ah,ga di undang aku. Numpang makan doang sekalian curi-curi pandang sama mantan calon mertua" Ucapku memelas, detik kemudian kami terkikik bersama.
"Ga kalah cantik kok kau!! Dia menang kaya nya doang" Mikha menerawang jauh kearah pengantin.
"Mana ada!! Dia menang glow up juga, lihatlah kulitku ini udah kayak arang batok"
"Kejadian tau rasa kau Cha,"
Sampai disitu saja perbincangan ku dengan Mikha karena tiba-tiba seseorang datang menyapa kemeja kami berdua.
Kalian tahu siapa?
Ya, Ibu laki-laki yang pernah menghinaku lebih dari kata kemanusiaan. Tragis dan menyedihkan, Dejavu seperti yang Ibuku alami.
"Kamu memang berprestasi bahkan kamu bisa mendapat beasiswa tapi itu saja tidak cukup. Apa kata orang kalau menantuku orangtua nya hanya seorang petani? HILANG HARGA DIRIKU"
"Tahu bibit, bobot dan bebet kan? Jauhi anak saya, kamu ga pantas untuknya."
" Orangtua mu memang bisa menyekolahkan mu sampai jenjang tertinggi seperti ini tapi tak akan mengubah fakta bahwa kamu hanya seorang anak petani"
"Sadar diri ya nak, kamu tahu kan siapa kami? Kamu tahukan keluarga kami ini seperti apa?"
"Hai Bu!" Aku menyalim tangan wanita itu. Ia membalas bahkan ia tersenyum ramah seakan lupa dengan perbicangan pedih kami dulu.
"Kerja dimana Cha? Cantik ya kamu," Katanya.
Sebelum menjawab aku terkekeh kecil "Perusahaan Medco Energi Internasional Bu, Puji Tuhan bisa bangun rumah orangtua di kampung. Oh ya Bu, ChaCha ada sedikit rejeki untuk pengantin baru sana" Tatapanku mengarah pada pengantin yang sibuk menyalim tamu.
"Tiket liburan ke Swiss, demi mereka gratis aja deh, soalnya ChaCha sibuk ga bisa liburan tahun ini" Ucapku sedikit menekan.
Balaslah dengan kesuksesan tapi jangan rusak citra mu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat dari ChaCha (TAMAT)
Teen FictionBagian sederhana dari kehilangan. Karena kata mereka, kehilangan yang paling menyakitkan adalah kehilangan yang dipisahkan oleh kematian. Tapi pernahkah kalian berpikir,saat seseorang sudah menghembuskan nafas terakhirnya, apakah orang itu sudah b...