1/20

4.1K 362 78
                                    


Jakarta, 2030

Kata setiap orang, cobaan paling berat di masa-masa pernikahan adalah pada usia lima tahun pertama. Namun tidak bagi Joanna dan Jeffrey sekarang. Sebab, baru saja menginjak dua tahun pernikahan, hubungan mereka sudah mulai merenggang.

Komunikasi berantakan, bertengkar setiap berjumpa, saling diam di meja makan. Bahkan, mereka tidak lagi tidur satu ranjang lebih dari sepekan.

Alasannya? Tentu saja karena hal yang cukup besar bagi Joanna. Namun tidak bagi Jeffrey dirasa. Buktinya, laki-laki berusia 32 tahun itu tampak biasa saja dan bahkan tidak pernah sekalipun menganggap kegelisahan Joanna adalah sesuatu yang perlu dicemaskan.

"Kamu cemburu dengan Senna? Kenapa pikiranmu begitu dangkal? Cemburu dengan anak berusia 4 tahun, kau pikir itu masuk akal?"

Tanya Jeffrey sembari menahan amarah. Karena lagi-lagi Joanna menahan dirinya yang akan pergi ke rumah sakit tepat keponakannya dirawat.

"Senna sudah ada yang menjaga, kan? Ada Elena! Kenapa juga kamu harus 24 jam datang untuknya? Kamu bukan Ayahnya!"

Joanna sudah duduk di tepi ranjang, menatap Jeffrey dengan tatapan nyalang karena laki-laki berlesung pipi itu tampak menatap dirinya jengah seperti biasa. Sejak satu minggu ke belakang, ketika Joanna terus saja memprotes kegiatan Jeffrey untuk menemui si keponakan.

"SENNA KEPONAKANKU! WAJAR KALAU DIA KUANGGAP SEBAGAI ANAKKU!"

Bentak Jeffrey karena naik pitam. Jujur, ini adalah kali pertama dirinya membentak Joanna. Tidak ada rasa menyesal di hatinya, justru amarah yang dirasa. Sebab Joanna terus saja bertingkah menjengkelkan padanya. Senna sakit demam berdarah sejak tujuh hari ke belakang. Sebagai paman yang baik, apa salahnya jika dia selalu datang dan menemani di rumah sakit setiap malam?

"DAN JUGA MENGANGGAP ELENA SEBAGAI ISTRIMU? BEGITU?"

Plakkk...

Tamparan Jeffrey mendarat di pipi kanan Joanna. Dia tampak shock karena baru saja kelepasan memukul perempuan untuk yang pertama kali dalam seumur hidupnya. Apalagi ini istrinya, perempuan yang akan menemani dirinya hingga tua dan sampai maut memisahkan.

"Maaf, aku kelepasan. Aku berangkat sekarang."

Air mata Joanna mengalir perlahan. Dittapnya nanar punggung Jeffrey yang sudah memakai kaos polo hitam dan celana bahan berwarna coklat. Dia baru saja pulang kerja, tidak ada satu jam di rumah dan dia langsung bergegas pergi menuju rumah sakit tepat keponakannya dirawat. Tidak sekali dua kali Jeffrey bertingkah demikian. Sudah satu minggu lebih beberapa jam. Istri mana yang kuat diduakan? Apalagi Elena tidak lagi memiliki suami. Karena Jeffran selaku saudara Jeffery dinyatakan meninggal dalam kecelakaan pesawat sejak tiga tahun terakhir.

Sehingga membuat Elena dan Senna harus menetap di Batam sendiri. Kemudian kembali ke Jakarta karena Senna sering sakit dan Elena tidak lagi memiliki cukup uang untuk mengobati anak semata wayangnya ini. Sehingga berakhir seperti ini. Jeffrey selaku adik Jeffran tentu saja merasa memiliki tanggung jawab tinggi atas Senna saat ini. Namun lupa akan tanggung jawab lain yang harus dilakukan pada istrinya saat ini.

Di perjalanan ke rumah sakit, Jeffrey tampak menatap jalan dengan rahang mengeras. Antara menyesal, marah dan kecewa. Semuanya campur aduk sekarang. Jeffrey mencintai Joanna. Sangat. Mendapatkan Joanna tidak mudah. Apalagi sampai berhasil menikahinya seperti sekarang.

Pendekatan saja butuh waktu dua tahun lamanya. Pacaran satu tahun, kemudian menikah dan seperti sekarang. Hubungan mereka mulai merenggang sejak beberapa hari ke bekalang.

Bahkan, Jeffrey sudah berani membentak dan memukul Joanna. Seolah-olah rasa cinta teramat sangat yang pernah dia ikrarkan di depan banyak orang telah memudar. Padahal, di lubuk hati yang paling dalam Jeffrey sekarang, dia masih mencintai Joanna. Dengan sangat.

Tbc...

JEFFRAN & JEFFREY [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang