Lembar Keenam

217 88 303
                                    

DS/JKT/P007
PETASA OF SCANDALS
www.petasaofscandals.com
Bagian ketujuh | Page 07

✪⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘✪

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YASHH!!
KAWAL PAGE SCANDAL SAMPAI TAMAT.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YASHH!!KAWAL PAGE SCANDAL SAMPAI TAMAT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia benar-benar seperti api yang berkobar. Aku hanya perlu batas agar tidak terbakar.
Juven Rakanda
•••

Permata Indonesia ramai sejak kehadiran Rosé dengan kuda besinya di pelataran. Meliuk dan memutari air mancur amat lebar yang berdiri sebagai icon dari sekolah. Suara mesinnya seperti auman harimau kelaparan, mengganggu sekitar hingga banyak orang yang berlari membentuk kumpulan melingkar. Rosé tersenyum miring dibalik helmnya.

Permata Indonesia terlalu gelap untuk Rosé yang amat benderang bak kelip bintang. Darah bangsawan mengalir deras pada sel-sel di dalam tubuh melewati tiap jejaring pembuluh yang semeraut akan tetapi tetap terurut.

Sebagian orang berbisik menciptakan atmosfer bising untuk memecahkan hening, ada juga yang berseru tanpa ampun untuk memuji aksi Rosé ditengah kerumunan. Namun, tidak banyak juga yang mengatakan jika gadis dengan kuda besi besar itu tengah mencari perhatian dan sensasi dari semua anak laki-laki Permata Indonesia.

Oh, ayolah tidak ada yang perlu diragukan dari penghasil produk lokal dengan ketampanan di ambang kesetaraan menengah pusat Indonesia. Sekolah ini tentu cabang utamanya.


Deru mesin pada motornya terhenti ketika banyak orang yang terus berjalan mendekat. Aksesnya tertutup. Dasar orang kampung, seperti itu jika Rosé diizinkan untuk mengumpat.

Kaki dengan sepatu hitamnya tergerak menurunkan standart. Visornya terangkat, seperti biasa, kelopak matanya melirik penuh selidik. Rosé menginjak jok dengan kedua kakinya lalu melompat dan berputar di udara hingga debu-debu tipis pergi melawan gravitasi ketika jejaknya sampai pada tanah.

"WOAHHH!!!!"

"KEREN GILA!! WOOO!"

Helmnya dibuka dan dipegang pada sisi tubuh bagian kanan. Sapuan angin mulai melewati radarnya hingga surai lebatnya bergerak dengan liar menutup paras.


"Hei, parkirkan motormu di tempatnya!" Bu Tania, guru muda itu berlari dari kejauhan sambil berteriak. Rosé tersenyum remeh, menyelipkan rambut ke belakang ketika Bu Tania sudah berdiri di hadapannya.

"Ini tempat paling benar kok Bu, jadi pulang sekolah nggak perlu jauh-jauh ambil motornya," jawab Rosé kelewat santai.

Teman-teman Rosé. Junaedi, Barbara dan Irawan yang berdiri tak jauh dari sana segera berlari mendekatinya. Aksi nekat itu benar-benar tak terhindarkan.

PAGE SCANDAL (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang