Lembar Kesembilan Belas

81 16 5
                                    

BAG 19 | PAGE SCANDAL

"Lima ratus ribu!"

"Enam ratus ribu!"

"Enam ratus lima puluh!"

Riuh dari suara berat laki-laki menggema hingga penjuru bar. Tawaran demi tawaran seolah berada di pusat perdangangan benar-benar tidak terhindarkan. Kali ini pada seorang perempuan yang memakai dress pendek merah maroon sejengkal dari atas pinggang. Harga seketika naik melejit dari pelelangan sebelumnya.

"Tujuh ratus ribu!"

Netra perempuan di atas sana terlihat kosong. Tidak ada pandangan hidup yang tersorot.

Murah.

itu yang ada di pikirnya sejak sore tadi. Kepalanya merunduk menahan sebulir air yang akan terjatuh, ingatannya kembali terlempar pada kilas balik beberapa jam sebelumnya. 

Dua beer di atas nampan kecil digenggam dengan erat. Mata kecil Naila penuh hasrat seperti ada sesuatu dibaliknya yang membuat siapapun tidak bisa melepas pandangan dari bola matanya barang sedetikpun.

Namun, sebelum sampai pada meja pesanan. Tangan Naila ditarik kebelakang membuat dua botol melesat sempurna ke lantai dan menciptakan riuh pecahan beling di sekitar. Mata Naila membola, seorang wanita berdiri dihadapannya. Tampil modis dan tebalnya lapisan riasan pada sapuan wajahnya membuat kesan antagonis semakin terpancar.

"Mami... Rex," suhu pada lengan Naila menurun. Respon pada tubuhnya berbanding terbalik. Dia mengkerut sedikit ke belakang. Mami Rexa tersenyum menampilkan giginya yang putih.

Memegang bahu Naila lembut lalu mengusapnya perlahan. "Ke belakang ya Nai. Temuin Iben."

Naila menggeleng kecil. "Nggak mau, Mi. Nai banyak pekerjaan."

Jawaban kekeh Naila membuat Mami Rexa memutar bola matanya dengan malas. Menampar pelan pipi gembul Naila seraya tersenyum picik.

"Kalo bukan karena saya, kamu ngga punya kerjaan, Nai."

Naila terdiam sejenak. Bulir-bulir bening mengapung di dalam kelopak tanpa sanggaan, sekali berkedip setetes air mata akan menghiasi pipinya. 

"Nanti abang dan pacar saya marah, Mi."

Mami Rexa tersenyum miring. "Lalu?" langkah kakinya mendekat, mendorong bahu rapuh Naila hingga menabrak dinding yang berantakan dengan kabel-kabel semeraut di belakangnya. "Satu malammu akan menghasilkan lebih banyak dari lima bulanmu bekerja disini. Gunakan itu buat pergi dari pacar kamu yang brengsek itu. Kehidupan malangmu membuat saya terpaksa peduli, Nai," jelasnya membuat tetes yang akan berjatuhan dari kelopak mata Naila kembali tertahan.

Bulu matanya terangkat mengikuti pandangannya yang naik. Menyelami netra hijau di hadapannya.

Seperti labirin kosong, berlari sejauh apapun jika tidak mendapat petunjuk Naila akan tersesat.

Gundah gulana merasuki sukma hingga anggukan kepala setelah memanjakan dilema membuat senyum Mami Rexa melebar tanpa dosa.

"Delapan ratus ribu!"

"Satu juta lima ratus!"

Tangan demi tangan terangkat memberi Naila harga seperti halnya barang murah yang laku di pasaran. Tidak ada tawaran setelahnya. Jika hanya sebesar itu jumlahnya, Naila lebih memilih hidup di bawah angan-angan. Ditinggalkan ayah. Tidak mendapat kasih sayang dari keluarga. Ditelantarkan sang ibu. Rasanya seperti segan untuk kembali menjalani hidup. Namun, apa yang dapat dilakukan seorang gadis malang itu?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PAGE SCANDAL (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang