Lembar Ketiga Belas

87 28 45
                                    

Up lagi nihh guys yee!!

Kita tidak bisa menolak rangkaian kisah yang sudah di tulis oleh Tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita tidak bisa menolak rangkaian kisah yang sudah di tulis oleh Tuhan.

BAG 13 | PAGE SCANDAL

"Jelasin ke gua sekarang," suara berat Juven terdengar mengerikan diruangan kecil dengan ukiran keraton jawa pada dindingnya. Setelah mendapat kabar yang Bagas beri tentang keberadaan Jennara segera dia bergegas mengendarai mobil seorang diri dari Jakarta ke Majalengka.

Jennara melangkah dengan anggun, tangannya terangkat membawa nampan kecil berisi cangkir kopi dan memberikannya kepada Juven. Dia tersenyum simpul memperhatikan kemarahan serta gurat risau yang terlihat jelas dari raut paras sahabatnya.

"Gua disini, Ven."

Juven menggeram kesal merasa dipermainkan dan tidak dapat dimanfaatkan olehnya. "Roy?"

Jennara menggeleng tipis. "Gua cuma capek. Bokap nuntut banyak untuk pernikahan."

Pria itu terdiam sejenak. Tangannya terulur menggenggam jemari lembut Jennara. Menatapnya dalam dan penuh kehangatan.

"Lo lebih milih ngehindar daripada sharing ke gua?"

Jennara menggeleng lemah. "Lo bener. Orang-orang bokap dan Roy banyak disini. Untuk sekarang, gua mau lo jaga jarak dari gua."

"Kasih gua alasan mahal agar gua bisa lakuin itu."

Tutur Juven sangat teratur seperti biasa. Jennara sudah dapat menduga. "Demi gua," ujarnya penuh harap.

Helaan napas Juven menjadi berat, dia mengangguk kecil dan kembali memaksakan senyumnya. Tidak dapat melawan setelah mendegar jawaban yang didengar.

Jennara berdecak sebal menatap layar ponselnya. Ingin mencaci maki pada deret nomor yang berkali-kali tidak menjawab panggilannya. "Ristiana kemana si!"

"Kemarin gua denger dia hadir di peresmian Perusahaan baru bokap lo itu," ujar Juven setelah menenggak secangkir kopi hitam yang wanita itu  siapkan. Seolah informasi yang disampaikannya biasa untuk Jennara dengar.

"Sialan! Dia dapat dana dari mana?"

Juven mengangkat bahunya acuh, sudut bibirnya tertarik keatas membentuk seringai tipis. Terlihat Jenara membuang kasar napasnya bahkan genggamannya pada ponsel menjadi lebih kuat. Urat-urat kecil di jemarinya menyembul dibalik kulitnya yang bersih.

"Dia butuh dua puluh lima persen dana buat ambil alih Perusahaan baru itu. Lima persen pun gua yakin dia nggak mampu, utangnya sudah menumpuk," bingung Jennara, menerka banyak hal.

"Jadi, lo mau ambil alih kembali?"

Jennara menoleh menatap garis mata Juven tajam. "Gua bangun Perusahaan itu waktu nyokap masih koma!"

PAGE SCANDAL (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang