Lembar Kesepuluh

140 34 29
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA TEMAN-TEMAN. DUKUNG PAGE SCANDAL TERUS SAMPAI TAMAT. KITA SUKSES SAMA-SAMA.

KEPOIN INSTAGRAM AKU NIH
@/youmevy
@/strandssakyy

yey makasii ya yang mampir!

oh iyaa saya bukan gojek jadi cukup satu bintang bukan lima, okeyyy?

oh iyaa saya bukan gojek jadi cukup satu bintang bukan lima, okeyyy?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menutup perlu namun sembunyi jangan.

BAG 10 | Page Scandal


GOR Permata Indonesia dikenal sebagai satu-satunya fasilitas luar biasa di antara sarana olahraga lain. Perlombaan bertaraf nasional bahkan sering diadakan disini. Gedungnya lebih luas dari Stadion Gelora Bung Karno. Dinding ini diatur agar kedap suara dan menahan pantulan bunyi dari luar.

Didepan pintu utama terdapat kantor keamanan untuk registrasi sebelum masuk ke dalam. Tentu, perlu beberapa izin walau hanya sekadar melihat-lihat. Bentuk dan asitektur GOR ini telah memanjakan banyak pasang mata.

"Pak Juven nanti ke sini," kata Irawan memberitahu, sontak saja Rosé menghentikan langkah membuat Barbara mengerutkan kening merasa heran. "Ada apa, Rosé?"

Irawan menyadari hal tersebut hanya dapat tersenyum simpul. "Setiap minggu Pimpinan Departemen wajib turun langsung untuk melihat kegiatan siswa-siswinya pada bidang non-akademik. Dan jadwal awal ada di GOR. Ini juga kali pertama Pak Juven bertugas setelah meninggalnya Pak Samuel," jelas Irawan membuat Rosé mengangguk paham.

Rosé memperhatikan jejaring putih yang melapisi dinding. GOR ini menyebarkan semerbak harum maskulin. Dan yang paling menarik dari isi didalamnya yaitu, pada tiap sekat terdapat poster-poster berisi kemenangan dan prestasi yang didapat dari berbagai perlombaan. Tidak hanya satu, dua atau tiga. Terhitung ratusan.

"Gua heran, ini sekolah apa asrama. Nggak paham lagi sama orang-orang yang terlibat konstruksi di dalamnya. Ngeluh duluan yang ada," ujar Rosé. Amat lelah menganggumi kemewahan tiap sudut dari bentuk Permata Indonesia.

"Lo kek nggak tau keluarga Rakanda aja," ejek Barbara menyenggol lengan Rosé. Alisnya bergerak ke atas dan bawah menggoda.

"Gue emang nggak tau, anjir."

Benar, Rosé tidak mengetahui latar belakang Rakanda selain Juven. Dia tidak mungkin bergerak terlalu jauh hingga sana. Sangat lancang.

"Rakanda, clan berpengaruh di Barcelona. Institusi mereka bukan hanya di pendidikan. Masih ada hotel, resort, rumah sakit, company, dan bank-bank yang menyebar luas atas nama clan itu," jelas Irawan kepada Rosé.

Menjadi ketua osis selama dua periode membuat Irawan sangat mengenal departemennya seperti Samuel. Dan kini masih berlanjut ke Juven Rakanda.

"Berati Juven bukan sekadar orang kaya ya?" tanya Rosé terdengar seperti gumaman. Barbara menepuk bahu Rosé pelan. Menumpukan sikunya dibahu Rosé. "Lo tahu pengaruh 'kan? Dia bukan orang biasa, disini mungkin Pak Juven Pimpinan Departemen, tapi di Barcelona bisa jadi dia lebih dari itu. Nggak ada yang tau kan?"

PAGE SCANDAL (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang