Masa SMA, Andre telah merubah dirinya sendiri. Sekarang, dia sudah tidak lagi merasa sukar
berbicara dengan perempuan. Waktu lebaran kemarin benar-benar telah merubah dirinya. Dia yang
sukar berbicara dengan lawan jenis pun harus bertemu dan berbicara dengan saudara-saudara
perempuannya. Andre berhasil merubah dirinya sendiri, meskipun itu terlambat jika harus berbicara
kepada Rena sekarang. Namun, setidaknya Andre berhasil merubah dirinya sendiri.
Pagi ini Andre duduk seperti biasa sambil menatap halaman sekolah. Terkadang dia melihat
Rena yang melintas di sana, tetapi mungkin sudah terlambat jika harus mengejarnya lagi. Kisah
Andre yang menyukai Rena pun tidak ada di masa SMA sekarang. Ini adalah kisahnya yang baru dan
hati yang lama akan digantikan. Hati yang baru akan datang menemuinya, dia yakin akan hal itu.
Angin pagi itu berhembus sejuk di sela-sela rambutnya yang tersisir rapi, sambil memegang
susu kotak dan menyeruputnya. Sebuah kebiasaan Andre yang baru, sejak dia tahu ada warung yang
sudah buka pagi di dekat SMA Favorit 1 Karangpanjang. Bagi Andre, tidak ada yang lebih enak untuk
dinikmati di pagi hari selain meminum susu kotak rasa cokelat.
"Ndre, udah sampai duluan ternyata," sapa Dimas, siswa SMA bertubuh tinggi besar itu sangat
dekat dengan Andre.
"Iya, lumayan bisa nyantai dulu," ujar Andre.
"Nyantai sambil lihat si 'R' ya?" ejek Dimas.
"Lu udah tahu tentang itu ya?" Andre menatap ke arah Dimas.
"Status lu di Facebook itu harusnya dihapus, masih ada status tentang si 'R' di situ. Jadi, gue
tahu masalah lu sama dia."
"Tapi, gue sekarang bingung Dim. Lagi dilema."
"Dilema kenapa?" tanya Dimas.
"Menurut lu, penting nggak sih gue ngejar cinta yang hilang?" Andre menunduk dan raut
wajahnya pun berubah menjadi suram.
"Menurut gue ya? Kalau menurut perasaan lu sendiri gimana? Haruskah sampai segitunya lu
suka sama dia?" Dimas tersenyum sambil menepuk pundak Andre.
Andre menghela napas, "Mungkin gue harus berusaha."
"Sip." Dimas mengacungkan jempolnya.
Setelah itu, Dimas kembali menuju ke kelasnya. Bel masuk pun berbunyi, Andre berjalan ke
dalam kelasnya. Sekarang, tidak ada yang perlu dia pandang karena Rena sudah tidak satu kelas lagi
dengannya. Namun, terkadang Andre merasa tidak biasa dengan hal itu. Mungkin dia harus bersabar
dan mencari cara untuk mengembalikan hubungan yang hilang.
Sejak bel masuk berbunyi, guru masih belum masuk. Mungkin mereka masih dalam
perjalanan. Hal itu membuat kelas Andre menjadi tampak santai, beberapa siswa gabut
menggambar sesuatu di papan tulis. Andre sama sekali tidak beranjak dari tempat duduknya, tiba-
tiba salah satu teman sekelasnya mendekatinya.
"Ndre, ajarin aku soal yang ini dong," ujar Putri Mikha, cewek polos berkacamata yang
tergolong siswa pintar di kelas.
"Iya sini duduk," balas Andre yang sekarang sudah tidak lagi sukar berbicara dengan cewek.
"Nih," ucap Putri sambil menunjukkan soalnya.
Andre pun memeriksa soal matematika itu dan mengajarinya. Sekitar tiga puluh menit, guru
masih belum datang juga. Entah mengapa Putri seperti mencari cara untuk tetap berada di
dekatnya. Mungkin karena ada sesuatu yang dirasakan oleh cewek polos itu saat berada di dekat
Andre.
Orang lain sepertinya tak acuh dengan dekatnya Andre dan Putri saat itu, mereka berpikir itu
adalah hal biasa. Namun, mereka mungkin tidak merasakan yang Andre rasakan. Kebimbangan mulai
merasuk ke dalam hati Andre yang dilema. Mungkin dia tidak akan kembali mengejar Rena. Lagi pula
mengejar orang yang tidak mencintainya adalah hal yang sia-sia. Untuk sementara, Andre hanya
diam dan memandang ke arah Putri.
Putri masih terlihat serius ketika mengerjakan soal-soal itu, wajah manisnya membuat Andre
betah memandangnya. Sekitar beberapa detik kemudian, Putri membalas tatapan Andre, dia pun
melempar senyum manis ke Andre.
"Ada apa?" ucap Putri.
"Eh, enggak hehe." Andre salah tingkah.
Lalu guru pun datang, Putri beranjak dari tempat duduk di sebelah Andre dan kembali ke
tempat duduknya. Hati Andre merasa hangat saat berada di dekat Putri, apakah hal itu akan
membuat Andre berpindah ke lain hati? Saat pulang sekolah, Andre turun dari lantai tiga dimana
kelasnya berada. Pada waktu berjalan turun melalui tangga, dia pun bertemu dengan Rena. Tatapan
mereka pun bertemu, saling memandang dengan pandangan kosong.
"Rena," kata Andre.
Tanpa balasan, Rena pun berjalan cepat meninggalkan Andre. Dia menghela napas dan
melihat ke arah Rena yang meninggalkan dirinya. Hatinya terasa hangat dan juga hancur. Perasaan
aneh yang tiba-tiba muncul di dalam diri Andre.
Apa udah terlambat ya, batin Andre. Lalu, dia pun kembali berjalan menuruni tangga.
Sesampainya di rumah, pikiran Andre masih terbayang-bayang Putri. Dia bingung harus
bagaimana memutuskan pilihan yang akan berpengaruh dengan kehidupan SMA-nya. Apakah lebih
baik mendapatkan hati Putri dan melupakan Rena menjadi jalan menikmati kehidupan SMA-nya?
Dilema itu bertambah besar di dalam hatinya.
Malam itu, Andre mencoba untuk stalking akun sosial media mereka berdua. Dia mencoba
melihat status Facebook Rena, berharap ada suatu kode perasaan yang tertuang di sana. Perasaan
yang hanya untuk Andre sendiri. Dia juga ingin memastikan keadaan Rena, apakah dia sudah
memiliki hati yang baru atau belum? Andre hanya ingin masa SMA yang indah dan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Rena
Teen FictionJika terdapat kesamaan nama, itu hanyalah sebuah unsur instrinsik yang tidak menggambarkan tokoh nyata sebenarnya. Cerita ini adalah sebuah utopia penulis atau mugen tsukoyomi penulis dari kisah nyata (Reality Reverse), namun dalam penulisannya sedi...