Sesampainya di rumah, Andre masih merasa sakit hati. Ditolak oleh seseorang yang sudah
seperti sumber kehidupan cintanya. Memang sulit jika seseorang sudah cinta mati, apa pun yang
terjadi dalam hubungan dan percakapannya seperti memiliki pengaruh besar dalam kehidupannya.
Namun, setidaknya Andre masih dapat merebah di atas kasur dan melupakan semuanya. Saat dia
sampai pun ucapan dan kata-kata dari adiknya tak didengarnya. Andre hanya diam dan berjalan
masuk ke kamarnya.
Setelah cukup puas meluapkan emosi dengan tidur siang selama beberapa jam, akhirnya
Andre terbangun. Dia pun membuka pintu kamarnya yang tadinya dikunci. Sebisa mungkin Andre
menyembunyikan perasaannya saat ini. Ketika Andre membuka pintu, adik perempuannya pun
datang.
"Kakak kenapa?" tanya Tika yang tiba-tiba muncul di depan pintu. Tinggi adik Andre itu seperti
membuatnya tidak terlihat, tetapi hal itu juga yang membuat gadis kecil itu tampak lucu.
"Nggak kenapa-kenapa," ucap Andre menggeleng.
"Mukanya kok kaya habis dipukul truk?" Kata-kata yang keluar dari mulut Tika membuat
Andre sedikit tersenyum. Rasanya hati Andre baru saja disembuhkan, kata-kata polos yang manis
seperti madu.
"Dasar kamu ya," ucap Andre sambil mencubit pipi Tika.
"Aw, sakit kak." Tika meringis dan berusaha melepas tangan Andre yang mencubit pipinya.
"Iya, udah makan belum?" Andre pun melepas cubitannya.
"Belum."
"Ya udah, makan yuk," ajak Andre.
Pada malam harinya, Andre mencoba menenangkan dirinya sendiri. Waktu pagi hari datang
lagi, Andre sudah membuat keputusan untuk tidak mengejar Rena lagi. Udara pagi hari itu terasa
dingin. Andre mengayuh sepedanya dengan cepat, mungkin dia ingin bertemu dengan Putri segera.
Sesampainya di sekolah, dia berpapasan dengan Rena. Andre tidak mengacuhkan kehadiran Rena
dan terus berjalan seolah tidak pernah menganggap Rena ada.
"Andre," panggil Rena, tetapi Andre tidak menoleh sama sekali.
Dalam hati Rena, dia menyesal karena belum memahami Andre sepenuhnya. Namun, dia ingin
berusaha mendapatkan hati Andre. Sayangnya Andre sekarang sedang dekat dengan perempuan lain
yang bernama Putri. Seseorang yang menjadi tetesan hati Andre yang baru. Mungkin akan terasa
sulit jika harus bersaing dengan orang baru, tetapi Rena adalah seseorang yang kuat. Dia tidak
mungkin menyerah untuk mengejar orang yang dicintainya. Kemarin, Rena berusaha mencari tahu
tentang kebenaran ucapan Andre. Dia juga mencoba bertanya kepada Yuda dan ternyata perkataan
Andre itu benar.
Saat Andre sampai di kelas, wajah kesalnya masih terlihat. Raut muka yang seharusnya belum
muncul ketika hari masih pagi. Ketika Andre berjalan menuju ke tempat duduknya, Putri berjalan
mendekat.
"Kenapa kok kusut gitu?" sapanya.
"Enggak, enggak apa-apa." Andre menggeleng.
"Yakin?" tanya Putri.
"Iya, aku baik-baik aja."
"Oh, aku tahu. Pasti lupa sarapan." Putri mencoba menebak.
"Iya, bener." Andre mencoba mengalihkan perhatian Putri agar tidak bertanya lebih jauh. Dia
tidak ingin Putri mengetahui hubungannya dengan Rena dahulu.
Waktu mereka berdua bercakap-cakap, tiba-tiba bel masuk berbunyi. Putri pun langsung
kembali ke tempat duduknya. Namun, wajahnya seperti terus melihat ke arah Andre dan memberi
senyum kepadanya. Andre pun membalasnya dengan senyum, setidaknya setiap senyum Putri dapat
mengurangi rasa sedih dan marahnya kepada Rena. Dilema dalam hati Andre sekarang memudar
dan mungkin dia akan berganti haluan untuk mengejar Putri.
Setelah pelajaran pertama selesai, Andre berjalan keluar kelas. Dia juga melihat Putri sudah
turun dan berjalan mendekati para pedagang kaki lima. Memang tidak ada hal yang membosankan
ketika melihat dari lantai tiga. Setidaknya tidak ada tanda-tanda Rena muncul dalam pandangan
matanya. Mungkin sekarang Rena sudah menjadi bagian perusak pemandangan mata bagi Andre.
Saat sedang asyik melihat, tiba-tiba Dimas muncul. Laki-laki bertubuh gempal itu berjalan
perlahan mendekati Andre. Perutnya yang besar seperti berkata jika dia tidak butuh makan siang
karena cadangan makanan masih banyak. Andre pun menoleh ke arah Dimas, raut mukanya bahagia
seperti memberikan sinyal kebahagiaan kepada Dimas.
"Ngapain lu senyam-senyum gitu? Kaya orang gila," ejek Dimas.
"Biarin, gue lagi ada perasaan ke cewek."
"Oh gitu. Rena lagi atau ada yang lain?" tanya Dimas sambil mengarahkan pandangannya ke
bawah untuk melihat apa yang tadi dilihat oleh Andre.
"Gue udah capek ngejar Rena."
"Terus sekarang?" Dimas melirik ke arah Andre.
"Gue jatuh cinta sama Putri."
"Hah, Putri?" Dimas terlihat seperti tidak percaya.
"Iya."
"Cewek polos pake kacamata itu? Lu yakin Ndre?"
"Iya."
"Saran gue kalau lu pengen deketin dia, lu harus banyak-banyak bersabar."
"Lah kenapa?"
"Kadang dia itu nggak peka sama sesuatu. Dulu waktu dia masih kelas satu SMP sih, dia
pernah ditembak sama cowok. Tapi ya gitu, dia nggak ngeh karna terlalu polos. Jadi reaksinya waktu
ditembak itu dia bilang suka dalam artian teman."
"Hah, sumpah dia bilang gitu?" Andre mencoba menahan tawa.
"Iya."
"Waktu SMP, dia itu kaya gimana sih?" Andre ingin tahu tentang Putri.
"Ya, nggak jauh beda sama sekarang. Lu pikir-pikir dulu sih kalau mau sama dia, saran gue sih
kejar Rena aja. Gue yakin dia mungkin masih mau sama elu." Dimas menepuk pundak Andre dan
berjalan kembali ke kelasnya.
Dilema perasaan itu kembali ke dalam hati Andre. Dia ingat tadi pagi Rena menyapanya.
Mungkin ada arti dibalik perubahan sikap Rena itu. Andre berpikir jika ini mungkin adalah waktu
yang tepat untuk kembali ke masa-masa seperti dahulu. Dia pun memutuskan untuk membangun
cinta yang lama itu agar kisahnya mengejar perasaan Rena menjadi kenangan terindah.
Saat Andre hanyut dalam lamunan, tiba-tiba bel berbunyi dan mengagetkannya. Andre pun
bergegas masuk. Putri terlihat melirik ke arahnya dengan senyuman manisnya. Namun, Andre
mengalihkan pandangannya dan tidak menghiraukan Putri lagi selama pelajaran. Di pikiran Andre,
bayangan tentang Rena kembali. Sejenak dia membayangkan masa-masa bersama Rena.
Ketika pulang, Andre keluar dari kelasnya. Dia melihat Rena dari kejauhan, sepertinya dia
menuju ke tempat parkir sepedanya. Andre pun bergegas mengejarnya, dia mempercepat
langkahnya hingga sampai di tempat parkir. Andre beruntung, Rena belum pulang. Dia tidak ingin
menyia-nyiakan kesempatan yang ada, karena Andre yakin perasaan seseorang dapat berubah.
"Rena!" panggil Andre dari kejauhan ketika Rena ingin mengambil sepedanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Rena
Teen FictionJika terdapat kesamaan nama, itu hanyalah sebuah unsur instrinsik yang tidak menggambarkan tokoh nyata sebenarnya. Cerita ini adalah sebuah utopia penulis atau mugen tsukoyomi penulis dari kisah nyata (Reality Reverse), namun dalam penulisannya sedi...