Tiga tahun telah berlalu, sekarang Andre berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Jakarta.
Dia ingin merantau dan berharap tidak bertemu dengan cinta yang membuatnya patah. Andre
mengambil jurusan Pendidikan Matematika. Sekarang, dia sudah melewati satu semester. Ada hal
aneh yang terkadang membuat Andre terbayang sesuatu, seorang gadis berambut panjang bernama
Renalisa. Andre seperti sudah mengenalnya.
Waktu semester satu, Andre tidak sengaja hampir menabraknya dengan sepeda motor. Itu
terjadi waktu MOM (Masa Orientasi Mahasiswa). Sejak saat itu, Renalisa seperti menatap ke arah
Andre sampai sekarang mereka satu kelas di jurusan itu. Seolah ada hal yang ingin Renalisa
sampaikan kepadanya, Andre pun merasa pernah mengenal Renalisa. Namun, ingatannya tidak
dapat dia gali.
Hari ini adalah hari pertama kuliah di semester dua. Andre keluar dari rumah kosnya, lalu
berjalan ke arah kampus. Jaraknya memang tidak terlalu jauh, tetapi tidak terlalu dekat jika dengan
jalan kaki. Pada waktu dia berjalan sekitar seratus meter, dia berpapasan dengan Depa. Salah satu
teman dekat Andre di kelas. Cowok berambut keriting itu terlihat seperti mencari makanan untuk
sarapan pagi.
"Eh Ndre, udah sarapan belum?" tanya Depa.
"Belum sih."
"Sarapan dulu yuk, masih satu jam kan?" ajak Depa. Andre melihat ke arah jam tangannya.
"Yuk." Andre mengangguk dan berjalan mengikuti Depa.
Kehidupan kuliah sangat berbeda dari waktu dia sekolah. Mungkin lebih santai dengan tugas
yang bertumpuk. Namun, ketekunan Andre membuat segala yang dia hadapi menjadi lebih mudah.
Selain itu, kehidupan barunya di Jakarta. Salah satu kota besar itu terkadang mengingatkannya pada
masa kecil.
Hal yang paling penting sekarang adalah belajar dan meraih IPK yang tinggi. Lalu mencari
pekerjaan seperti orang-orang pada umumnya. Andre sekarang tidak terlalu tertarik untuk mencari
belahan jiwa, terakhir kali pacaran saja dia gagal. Usianya yang sudah lumayan cukup seperti
menuntut untuk mencari pasangan hidup yang benar karena dia pasti akan menjalani hubungan
yang lebih tinggi dari pacaran.
Ketika Andre sampai di kelas, dia melihat gadis bernama Renalisa yang selalu menatap ke
arahnya. Meskipun satu kelas, Andre belum pernah berbicara dengannya. Dia terkadang jarang
masuk kuliah dengan alasan sakit. Waktu MOM saja dia tidak mengikuti rangkaian acaranya sampai
hari terakhir. Andre pun jarang memerhatikannya, tetapi dia yakin ada sesuatu hal yang aneh dari
gadis itu. Hari ini dosen Kalkulus belum datang, beberapa mahasiswa berpikir mungkin akan ada
tugas lagi. Setelah beberapa menit, ternyata dugaan itu benar. Pak Parwoto memberi tugas
kelompok. Andre dan Depa satu kelompok dengan satu perempuan yang bernama Luna. Salah satu
mahasiswi tercantik di fakultas mereka.
"Mau ngerjain kapan tugasnya?" tanya Luna ketika mendekat ke tempat duduk mereka.
"Nanti aja, lebih dekat lebih baik," balas Andre yang kagum dengan wajah Luna.
"Eh, lebih cepat lebih baik Ndre," ucap Depa memperbaiki perkataan Andre.
"Iya, maksudnya itu."
"Oke." Luna pun berjalan meninggalkan tempat duduk mereka.
"Ndre, gimana menurut lu cewek itu?" tanya Depa.
"Cantik, lumayan manis lagi."
"Nggak nyoba deketin dia gitu?"
"Gimana ya? Gue nggak punya perasaan ke dia sih."
"Yakin?"
"Iya. Gue lebih selektif memilih cewek buat masa depan gue."
Saat pulang kuliah, Andre berjalan kaki melewati jalan yang biasanya. Setidaknya tugasnya
tadi sudah dikerjakan. Depa pergi ke tempat Unit Kegiatan Mahasiswa seperti biasanya, kegiatan
anak organisasi setiap hari. Andre tidak ingin menjadi anak organisasi karena dapat mengurangi
waktu tidur siangnya. Lagi pula, dia merasa mempunyai banyak kegiatan bermanfaat di kos. Seperti
mengerjakan tugas dan merebah di kasur yang nyaman.
Matahari senja tidak menampakkan dirinya karena tenggelam oleh gedung-gedung tinggi. Dari
jauh, Andre melihat Renalisa sedang berjalan. Sepertinya dia sedang tidak sehat, cara berjalannya
seperti memaksakan diri. Beberapa detik kemudian, dia pingsan. Andre pun bergegas mendekatinya
dan mencari pertolongan. Beruntungnya Andre dapat membawanya ke rumah sakit terdekat.
Andre pun harus menunggu di rumah sakit, setidaknya sampai kondisi Renalisa pulih.
Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruangan dan berjalan mendekati Andre.
"Dia teman kamu?" ucap dokter itu.
"Iya dok, bagaimana keadaannya?"
"Dia sudah membaik, tetapi sepertinya dia menderita kanker."
Andre pun masuk ke ruangan pemeriksaan. Dia melihat Renalisa sedang duduk dan melihat
pemandangan Jakarta dari balik jendela. Mungkin ini akan menjadi pertama kalinya Andre berbicara
dengan Renalisa.
"Hai, kamu nggak apa-apa? Nama kamu Renalisa kan?"
"Iya," ucapnya lemas.
"Ngomong-ngomong, apa bener kamu punya penyakit kanker?"
"Iya. Ndre, kamu masih ingat aku?" tanya Renalisa.
"Maksud kamu?"
"Aku Lisa, sahabat kamu waktu SD." Ucapan itu terasa tidak mungkin, tetapi tidak ada wajah
kepalsuan yang terlihat di tatapan matanya.
"Lisa? Jadi, Renalisa itu nama panjang kamu?"
"Iya," ucapnya sambil mengangguk.
"Penyakit kankermu ini udah lama?"
"Sejak aku lulus dari SMA, kanker hati ini terus tumbuh."
"Itu juga alasan kenapa kamu jarang masuk kuliah?"
"Iya. Ngomong-ngomong, keadaan Albert sekarang gimana?" Pertanyaan itu membuat Andre
terdiam, dia ingat tentang masa lalunya dahulu.
"Albert udah meninggal."
Mata dari wajah pucat itu meneteskan air mata. Selama bertahun-tahun, dia tidak menyangka
jika sahabatnya meninggal. Wajah manis yang diingat Andre dahulu berubah menjadi bertambah
cantik. Meskipun pucat dan terlihat sakit, itu tidak mengurangi manisnya wajah Lisa. Seseorang yang
ingin Andre cari sejak meninggalkan Bekasi akhirnya bertemu.
Ketika melihat kondisi Lisa sekarang, Andre hanya ingin Lisa cepat sembuh. Beberapa saat
kemudian, orang tua Lisa datang.
"Lis, kamu nggak kenapa-kenapa nak?" ucap wanita paruh baya yang adalah ibunya.
"Enggak Bu, aku baik-baik aja."
"Makasih ya, kamu udah nyelamatin Lisa," ucap ibu Lisa kepada Andre.
"Iya Tante."
Sekarang pikiran Andre dipenuhi kekhawatiran tentang Lisa. Takdir mempertemukannya
dengan sahabat masa kecilnya dalam keadaan yang tidak dia duga. Ketika Andre terdiam sambil
memandang Lisa, ibu Lisa memberinya buah jeruk. Andre pun menerimanya.
"Nak , ada yang mau Ibu katakan tentang Lisa," bisik ibu Lisa. Andre pun berjalan keluar
mengikuti ibu Lisa, sedangkan Lisa bersama dengan ayahnya.
"Lisa sebenarnya sudah memilih untuk melakukan operasi. Mungkin sekitar satu minggu lagi,
atau lebih cepat karena keadaan Lisa sepertinya sudah memburuk." Andre terdiam, dia tidak tahu
apa yang bisa dia perbuat.
"Tolong jaga Lisa saat dia di kampus, setidaknya sampai dia operasi," ucap ibu Lisa.
"Iya Tante, aku bakal jaga Lisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Rena
Novela JuvenilJika terdapat kesamaan nama, itu hanyalah sebuah unsur instrinsik yang tidak menggambarkan tokoh nyata sebenarnya. Cerita ini adalah sebuah utopia penulis atau mugen tsukoyomi penulis dari kisah nyata (Reality Reverse), namun dalam penulisannya sedi...