Setetes Hati yang Baru

4 1 0
                                    

Panas hari itu begitu menyengat. Padahal hari baru jam sepuluh, rasanya malas untuk ke
bawah dan membeli makanan. Dia tidak berharap banyak untuk hari ini, rasa dilema masih ada
dalam hatinya. Dia terlalu malas untuk mengejar dan mendapatkan Rena. Tatapan mata Andre
masih melihat ke bawah, tiba-tiba Putri datang mendekatinya.
"Ndre, kamu lagi apa?" ucap gadis manis itu.
"Enggak, cuma lihat ke bawah aja," ujar Andre sambil menggeleng.
"Oh, gitu."
"Ngomong-ngomong cantik ya." Sebuah ungkapan ambigu keluar dari mulut Andre.
"Hah?" Pipi Putri memerah.
"Eh, maksudku pemandangan dari atas sini cantik, hehe." Andre tertawa kecil sambil
menggaruk belakang kepalanya.
"Iya sih. Aku juga ngerasa nyaman di sini." Putri tersenyum.
"Namanya juga SMA Favorit, Put."
"Ndre, aku mau tanya sesuatu, boleh nggak?"
"Tanya apa?"
"Ada orang yang kamu suka nggak?" tanya Putri sambil mengalihkan pandangannya dari
Andre.
Mungkin aku harus jawab sejujurnya atau ..., batin Andre.
"Enggak." Andre mengalihkan pandangannya.
"Beneran?" Putri menatap Andre.
"Iya." Andre pun mengangguk.
"Syukurlah kalau gitu." Putri terlihat senang.
"Lah, kenapa?"
"Enggak," ucap Putri sambil tersenyum, lalu berjalan meninggalkan Andre.
Jantung Andre tiba-tiba berdetak kencang. Apa mungkin dia jatuh cinta dan menemukan hati
yang baru? Apakah dia akan berhenti mengejar Rena? Namun, jika dia mengambil cinta yang baru,
hal itu sudah wajar. Barang yang sudah lama pun mungkin akan dibuang dan diganti dengan yang
baru. Tetapi, ini hati atau perasaan bukan barang yang berwujud fisik. Mungkin sekarang dia perlu
membuat rencana untuk menerima perasaan Putri atau mengatakan hal yang sudah lama kepada
Rena. Dilema ini membuatnya bingung untuk memilih, dia berharap ada sesuatu yang bisa
membantunya.
Tiba-tiba bel berbunyi, Andre pun masuk ke kelas. Saat pelajaran berlangsung, pandangannya
tidak pergi dari bayangan Putri. Dalam hati yang ingin memiliki seseorang, Andre seperti hanyut
dalam godaan yang membuatnya menjauh dari pengejarannya ke Rena. Namun, dalam dilema itu
dia masih tetap berusaha mengejar Rena. Hati yang tidak pasti dalam ketidakpastian ingin mencari
kenyamanan.
Jam pelajaran benar-benar terasa cepat, apa mungkin karena Andre yang memikirkan dilema
sehingga dia terlena? Terlena dalam waktu yang lama dalam imajinasi sehingga tidak memerhatikan
waktu dan kondisi. Andre menghela napas saat bel istirahat berbunyi, mungkin dia akan pinjam
catatan ke Bagus atau siapa saja yang mencatatnya. Siswa yang dahulunya dikenal rajin mencatat itu
untuk pertama kalinya tidak mencatat.
Ilmu memang bukan tentang catatan, tetapi tentang pemahaman. Namun, jika pikiran
mencatat tentang cinta yang tidak dapat dikejar, apa gunanya? Lagi pula, Andre tidak bisa membaca
pikiran seperti sosok di film fantasi. Seandainya bulan dan bintang mengerti pikiran setiap orang,
mungkin Andre akan bertanya kepada mereka. Tentang rasa cinta dalam diri Rena.
"Ndre, nggak keluar?" tanya Bagus, teman sekelasnya yang mungkin bisa dikatakan siswa
tertampan di kelasnya. Banyak orang yang bilang oppa-oppa Korea dan ada yang bilang mirip cowok
ikkemen Jepang. Namun, setidaknya cewek-cewek di kelas Andre adalah cewek yang mengutamakan
sikapnya, mereka tidak tertarik dengan rupa yang menggoda.
"Iya, bentar lagi. Ngomong-ngomong, gue nanti pinjam catatan lu ya?" pinta Andre.
"Iya, ntar ya, pas pulang." Bagus pun berjalan meninggalkan Andre. Sepertinya dia sudah tidak
sabar untuk makan siang.
Ketika Putri berjalan keluar kelas, Andre menatapnya dari kejauhan. Terkadang berhalusinasi
jika dia bisa mendapatkan hati Putri. Mungkin kisahnya dalam mengejar seseorang bernama Rena
pun akan berhenti. Namun, Andre hanya butuh dua hal yang dapat menentukan kisah hidupnya, hal
itu adalah kepastian dan waktu. Kepastian perasaan dari Rena dan waktu yang tepat untuk
mengungkapkan perasaannya kepada Putri. Saat hanyut dalam lamunan, tiba-tiba perutnya
berbunyi.
Duh, laper nih. Turun aja lah , batin Andre sambil beranjak dari tempat duduknya.
Waktu melewati tangga, dia tidak bertemu dengan Rena. Mungkin ini hari keberuntungannya
atau malah kesialannya karena tidak dapat bertemu dengan Rena dan memberikan penjelasan
kepadanya. Terkadang hatinya bertanya-tanya, apakah penjelasan itu sudah kedaluwarsa? Rena
yang dahulu belum mengetahui bahwa Andre sukar berbicara kepada cewek, tetapi sekarang Andre
bisa menghapus kelemahannya itu.
Setelah pulang sekolah hari itu, Andre langsung merebah di kamarnya. Sambil menatap langit-
langit kamar, dia mencari cara untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal pertama yang harus
dilakukannya adalah mencari kepastian rasa dari Rena. Mungkin Andre membutuhkan bantuan dari
Yuda. Meskipun sekarang mereka bersekolah di tempat yang berbeda, Yuda masih sering
menghubungi Andre.
Namun, pertanyaannya adalah bagaimana cara agar dapat membuat Rena mendengar
penjelasannya dengan Yuda sebagai saksinya? Pikiran Andre terasa panas karena terlalu berpikir
keras tentang hal itu. Mungkin secangkir teh dapat membuat pikirannya menjadi dingin sejenak. Dia
pun membuat secangkir teh manis dan membawanya ke halaman belakang rumahnya yang dekat
dengan sawah.
Keesokan harinya saat pulang sekolah, Andre berencana mendekati Rena ketika pulang.
Menghadirkan Yuda sebagai penguat kata-kata sepertinya bukan cara yang tepat untuk membuat
Rena percaya kepadanya, terutama di saat-saat seperti ini. Saat itu, Rena sudah berjalan terlebih
dahulu ke sepedanya. Andre pun bergegas mengejarnya. Kecepatan sepeda Rena memang tidak
terlalu cepat, hal itu menambah kesempatan kepada Andre untuk mengejar.
"Rena," panggil Andre.
"Ya." Rena pun menoleh ke belakang.
Dia melihat seseorang yang pernah hadir di hatinya. Sejenak Rena menghela napas. Dia
mencoba untuk menguatkan hati ketika berbicara kepada Andre.
"Apa?" ucap Rena dengan nada yang terdengar cuek.
"Waktu dulu itu, sebenarnya aku susah kalau bicara sama cewek."
"Kok waktu sama aku itu enggak?" ujar Rena yang tidak percaya perkataan Andre.
"Ada alasan kenapa cuma sama kamu hal itu enggak terjadi, alasannya karena kamu berbeda,
kamu spesial Ren." Rena tidak membalas perkataan Andre, dia hanya diam.
"Kalau kamu masih nggak percaya, kamu bisa tanya sama Yuda atau Amos." Dada Andre
terasa sesak, sikap diam Rena seperti sebuah penolakan keras dari Rena. Dia pun mempercepat laju
sepedanya dan meninggalkan Rena.

Mengejar RenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang