Sebuah Puisi

6 1 0
                                    

Pagi ini Andre bangun lebih pagi, tidurnya terasa lebih nyenyak. Angin dingin di pagi hari
masuk melalui jendela itu. Sejenak matanya berkedip dan terbayang kemarin saat bersama dengan
Ratri. Ketika tubuh itu bangun dari tempat tidurnya, dia langsung menuju ke meja belajarnya.
Mengambil gawai untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di dunia maya ketika dia tertidur.
Andre melihat sebuah lomba puisi, sepertinya hadiahnya lumayan besar. Namun, dia tidak terlalu
ahli jika harus menulis sebuah karya sastra.
Andre mencoba untuk memahami apa yang dirasakannya sekarang, lalu mencoba menulisnya
dalam sajak. Dia pun mulai berpikir jika tidak ada salahnya untuk mencoba hal itu, lagi pula Andre
belum pernah terlibat sama sekali dalam sebuah lomba. Pada waktu dia pergi ke kampus, Andre
berpapasan dengan Depa.
"Ndre," sapa Depa.
"Iya Dep."
"Kemarin gimana?" Andre baru ingat jika kemarin dia tidak datang ke acara kampus, dia pun
bingung harus menjawab apa.
"Gue kemarin liat Lisa kemarin sendirian," lanjut Depa.
"Terus?"
"Ya gue deketin. Ndre, lu sama Lisa cuma temen kan?"
"Iya." Andre mengangguk.
"Baguslah kalau gitu." Andre menjadi bingung dengan apa yang Depa katakan.
Ketika waktu jam perkuliahan selesai, Andre langsung pergi ke tempat dia sering bertemu
dengan Ratri. Setelah naik ojek daring seperti biasa, dia pun sampai di warung itu. Andre melihat
Ratri sudah menunggu di sana. Dia tidak menyangka jika Ratri akan datang lebih dahulu. Andre
berencana untuk bertanya tentang lomba puisi itu kepada kekasihnya.
Ratri berkuliah di jurusan Sastra Indonesia, dia pasti tahu tentang hal-hal seputar sastra.
Sesampainya Andre di dekat Ratri, dia bisa melihat begitu banyak buku yang dibawa oleh Ratri.
Penampilan Ratri sudah seperti guru les yang akan mengajarinya menulis sebuah karya. Beberapa
jam waktu itu pun dihabiskan untuk membahas puisi. Ratri tidak begitu banyak mengajari Andre, dia
hanya memberitahukan dasar-dasarnya.
"Hal yang paling penting adalah rasa yang ada di puisi kamu," ujar Ratri.
"Rasa?" Sejenak Andre teringat Rena, seseorang yang dia kejar hatinya.
"Iya, rasa." Ratri tersenyum kepada Andre.
Setelah mereka selesai berduaan, Andre langsung kembali ke tempat kosnya. Dia pun mulai
menulis banyak kata. Sajak dengan tema puisi romansa itu membuat tangannya berdansa, hatinya
teringat sebuah rasa. Rasa rindu sebauh keberadaan seseorang dalam hidupnya. Andre tahu jika
Rena bukan seseorang yang dikejarnya sekarang. Namun, dia hanya ingin bertemu seseorang yang
telah membuat hatinya terluka meskipun hanya sesaat.
Pada hari berikutnya setelah pulang kuliah, Andre langsung menuju ke gazebo kampus. Dia
ingin memanfaatkan jaringan wifi di tempat itu untuk mengirim puisinya. Meskipun Andre merasa
puisinya sudah cukup bagus, tetapi dia tidak terlalu berharap untuk menang dalam lomba puisi. Lagi
pula dia meminta bantuan kepada Ratri.
Siang yang tidak terlalu panas itu membuat Andre ingin berlama-lama di gazebo. Meskipun
sebenarnya dia hanya ingin mengirim puisi saja, tetapi memanfaatkan wifi untuk hal-hal lain tidak
ada salahnya. Ketika Andre sedang asyik berselancar di dunia maya, tiba-tiba Lisa berjalan
mendekatinya.
"Lagi ngapain Ndre?" tanya Lisa.
"Lagi internetan doang. Sama tadi habis ngirim puisi buat lomba."
"Baru tahu aku kalau kamu suka buat puisi." Lisa mencoba duduk di samping Andre.
"Enggak, baru hari ini aja aku suka puisi."
"Oh gitu, waktu ada acara kampus kemarin kamu kemana aja?"
"Aku ke Bogor sama pacarku," balas Andre jujur.
Lisa pun beranjak dari tempat duduknya, "Aku balik dulu."
Andre masih tetap memandang layar laptopnya. Entah mengapa dia mulai menyukai kata-kata
puitis, pikirannya terasa terbawa ke masa lalu. Namun, dia mencoba untuk tetap memikirkan Ratri.
Lagi pula, Andre juga sudah berencana untuk menikahi Ratri ketika mereka lulus nanti. Sebuah
mimpi yang manis, Andre benar-benar ingin mewujudkan hal itu.
Meskipun masih menghitung waktu tahunan, tetapi Andre adalah orang yang suka
memikirkan rencana dan masa depannya sebelum waktu itu terjadi. Terkadang ada yang tiba-tiba
mengganjal dalam benaknya, sebuah pertanyaan yang selalu membuatnya khawatir. Apa semua
akan berjalan sesuai rencana?
Beberapa jam di depan layar laptop membuatnya lelah, dia ingin langsung beristirahat ketika
sampai di kos nanti. Namun, senja sore itu membuatnya ingin makan dan minum di suatu tempat
sebelum dia pulang. Andre merasa ingin sendiri dan memikirkan hal yang mengganjal dalam hatinya.
Ketika dia sedang membereskan barang-barangnya, Depa berjalan melewati gazebo. Depa heran
karena baru kali ini Andre tidak langsung pulang setelah perkuliahan selesai.
"Tumben Ndre," ujar Depa.
"Tumben kenapa?"
"Nggak langsung pulang."
"Ini gue baru mau pulang." Andre terlihat sibuk memasukkan laptopnya ke dalam tas.
"Oke. Lu habis ngapain emangnya?" Depa pun berjalan mendekat ke arah Andre.
"Ngirim puisi sama internetan bentar."
"Halah, sejak kapan lu jadi puitis? Lu paling cuma internetan doang gara-gara nggak punya
kuota."
"Terserah lu aja deh." Andre menggendong tasnya.
"Ya udah, lu mau balik apa makan dulu? Kalau mau makan, gue temenin."
"Makan dulu, gue juga laper."
"Oke."
Lalu mereka pergi ke warung biasanya. Cuaca senja yang cerah membuat Andre ingin
meminum segelas es teh dan menceritakan banyak hal yang ada di dalam benaknya. Entah mengapa
Andre ingin menulis sebuah puisi tentang kehidupan cintanya. Dia ingin mengungkapkan rasa dan
beban dalam pikirannya, tetapi sekarang Andre ingin bersyukur dengan keadaannya sekarang.
Sesampainya di warung, Andre langsung memesan es teh dan beberapa makanan ringan
untuk mengisi perut. Sedangkan Depa hanya memesan kopi susu.
"Jadi, mau ngobrolin apa nih kita?" tanya Depa sambil duduk.
"Apa ya? Lu duluan aja dah."
"Sebenernya gue lagi agak malas kalau bahas game online , jadi gue mau bahas tentang Lisa.
Entah ini cuma perasaan gue atau bukan, tapi gue ngelihat lu sama Lisa kaya ada masalah gitu. Ada
masalah nggak sih antara lu berdua?"
"Ini mas es teh sama kopinya."
"Iya Pak, makasih." Andre menerima es teh itu, lalu meminumnya.
"Nggak ada sih. Cuma kayanya dia jarang bicara sama gue."
"Lu ngerasa nggak kalau Lisa suka sama elu?" Depa menyeruput kopinya.
"Ah, nggak mungkin dia suka sama gue. Lagian juga cuma teman masa kecil, nggak bakal lebih
dari itu."
"Kalau menurut gue sih ya, Lisa ada sedikit rasa sama elu. Rasa bimbang lu antara milih
mantan lu atau orang lain kayanya berkembang jadi tambah rumit."
"Iya, pusing gue mikirinnya."
Sepulang dari warung itu, Andre langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Lalu dia mengambil
gawai yang ada di saku celananya dan melihat banyak chat dari Ratri. Hari ini Andre hampir tidak
melihat gawainya sama sekali, dia terlalu fokus dengan masalah yang ada dalam hidupnya.

Mengejar RenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang