Hari ini mungkin ada perasaan yang berbeda. Selain gawai baru, siapa yang tidak ingin hati
yang baru? Hati yang menggantikan perasaan yang hancur. Itulah yang dirasakan Andre saat ini,
sebuah keinginan untuk mendapatkan cinta dari seseorang. Angin segar hari ini terasa sejuk,
membuatnya bersemangat untuk mengayuh sepedanya. Namun, dia berharap dapat berpapasan
dengan Putri pagi ini.
Andre menghirup napas dalam-dalam sambil memandang pepohonan hijau di jalan.
Sepertinya dia sudah tidak sabar untuk sampai di kelas. Ketika Andre ingin berbelok di sebuah
pertigaan, tiba-tiba ada sepeda yang melaju cepat dan menabrak Andre sehingga dia dan orang yang
menaiki sepeda itu terjatuh. Andre mencoba melihat ke belakang untuk melihat siapa yang
menabraknya. Ternyata seorang gadis berambut panjang, tidak terlalu cantik. Namun, parasnya
manis, membuat orang yang melihatnya merasa tenang.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Andre. Dia melihat seragam sekolah yang dipakai oleh gadis itu,
ternyata gadis itu juga satu sekolahan dengannya.
"Iya, nggak apa-apa kok," balas gadis itu sambil merapikan pakaiannya yang terkena debu.
Dia mengarahkan pandangannya ke Andre, "Kamu itu yang kadang sendirian di depan kelas
sepuluh IPA satu kan?"
"Iya. Ngomong-ngomong, nama kamu siapa?"
"Namaku Ayu, kelas sepuluh IPA dua. Jadi kadang kalau aku keluar buat beli makanan pas
istirahat, aku sering lihat kamu."
"Oh, pantes. Sambil jalan yuk." Andre menaiki sepedanya lagi.
"Oke." Ayu pun mengikuti Andre.
Dalam hati Andre, dia tidak ingin momen itu berlangsung lama. Setidaknya untuk
menghilangkan pikiran yang tidak-tidak tentang dirinya dan Ayu. Saat bersepeda, Andre agak
mengayuh lebih cepat. Dia ingin sampai ke sekolah secepatnya. Sesampainya di sekolah, obrolan
singkat di antara mereka pun selesai. Namun saat Andre berjalan cepat meninggalkannya, Ayu
menulis sesuatu dan berjalan mendekati Andre.
"Nih, biar tambah kontak," ujar Ayu sambil memberikan pin BBM miliknya yang ditulis di
secarik kertas.
"Oke," ucap Andre saat menerimanya.
"Aku duluan ya," kata Ayu sambil melempar senyum ke arah Andre.
Senyuman itu mungkin bermakna sesuatu, batin Andre.
Andre memang masih belum mengetahui perasaan cewek dan pikiran mereka. Pengalaman
pacaran yang terputus itu masih belum cukup untuk memahami perempuan. Sosok yang benar-
benar sulit untuk dipahami. Meskipun begitu, Andre terkadang salah tingkah ketika ada gadis yang
melempar senyum kepadanya. Padahal belum tentu itu adalah kata cinta untuknya. Sebuah
perasaan yang membuat Andre bingung saat itu seolah menjadi racun yang harus dihilangkan.
Ketika tidak berhasil menemukan makna setelah berpikir terlalu lama, dia pun berjalan
meninggalkan tempat itu. Saat Andre menaiki tangga, dia berpapasan dengan perempuan yang tidak
ingin ditemuinya sekarang. Siapa lagi kalau bukan Rena? Raut muka manisnya terkadang masih
menimbulkan sakit di dalam hati Andre. Namun, waktu ini sepertinya ingin mereka bertemu. Sebuah
momen yang tidak ingin Andre rasakan lagi.
Andre pun mempercepat gerakan kakinya sehingga mendahului Rena, tidak ada sapaan atau
kata yang keluar dari bibir. Mereka seperti mencoba menghilangkan keberadaan masing-masing.
Bagi Andre, keberadaan Rena sekarang hanya angin yang diabaikan. Begitu juga dengan Rena, dia
sudah tidak menganggap Andre lagi. Dia mungkin telah memahami perasaan Andre sehingga diam
adalah cara yang tepat untuk keadaan sekarang.
Sesampainya di kelas, Putri ternyata sudah datang. Novel yang dia bawa kemarin masih ada
dalam genggamannya. Dia mungkin hanyut dalam lamunan kata-kata penulis dan masuk dalam
dunia lain sebagai tokoh utama. Andre perlahan berjalan mendekatinya, sorot mata Putri masih
menatap ke halaman buku itu.
"Pagi banget Put," sapa Andre.
Putri menaruh pembatas bukunya dan meletakkan buku itu, "Iya, lagi pengen baca novel. Biar
fresh sebelum pelajaran dimulai."
"Oh, gitu. Coba mana, aku mau baca juga." Andre berjalan mendekati Putri.
"Mengejar cinta," ucap Andre ketika membaca novel itu.
Entah mengapa judul novel itu mirip dengannya, tiba-tiba bayangan Rena melintas di
benaknya. Seolah semesta ingin membuat Andre mengingat dia yang telah bersama dengan orang
lain. Andre pun membaca novel itu, tetapi setiap kata yang dibacanya semakin membuatnya ingat
dengan rasa itu.
"Lumayan," ujar Andre sambil mengembalikannya kepada Putri.
Lalu Andre mencoba untuk mengalihkan perhatian Putri dari novel itu. Entah mengapa ketika
sorot mata Andre menatap wajah manis itu, jantungnya berdegup kencang. Ada perasaan ingin
memiliki yang muncul di hatinya. Tiba-tiba bel masuk berbunyi, percakapan hangat di antara mereka
pun berakhir. Mata Andre seolah telah terikat pada bayangan Putri, dia tidak mengalihkan
pandangannya dari Putri.
Hari itu terasa cepat bagi Andre, bel istirahat pun berbunyi. Mungkin hari ini akan sama
seperti kemarin, dia ingin beristirahat sejenak dan berimajinasi. Andre terkadang mudah terbawa
oleh emosinya sendiri, hatinya larut dalam perasaan yang muncul di pikirannya. Dia memutuskan
dan selalu menebak perasaan orang lain tanpa menanyakan sesuatu ke orang lain.
Ketika dia menatap pemandangan dari depan kelasnya, tiba-tiba Ayu keluar dari kelasnya.
Pintu kelasnya berdekatan dengan pintu kelas Andre, jadi tidak heran jika dia dapat melihat Andre
dari dalam kelas. Cewek yang baru ditemui Andre tadi pagi itu berjalan mendekatinya.
"Ndre," sapa Ayu.
Andre menoleh, "Oh, Ayu. Ternyata kelasmu di situ ya."
"Iya, kan udah aku bilang," ucapnya sambil mengikat rambutnya sendiri.
"Ngomong-ngomong, kamu lagi apa?"
"Lagi lihat pemandangan, merasakan angin sejuk dan bunga yang berlarian."
"Bunga berlarian?" Ayu tidak mengerti konotasi yang diungkapkan Andre.
"Dia," ucap Andre sambil memandang ke arah Putri yang ada di bawah.
"Putri?"
"Iya."
"Kamu suka sama dia? Dia pernah satu kelas sama aku waktu SMP."
"Mungkin, tapi aku masih belum paham perasaanku juga."
"Coba curhat deh sama aku. Aku paham masalah perasaan," ucap Ayu.
"Cursing aja ya?" kata Andre dengan istilah barunya.
"Apa tuh cursing?"
"Curhat singkat."
"Oke." Ayu pun duduk di bangku yang dekat dengan tempat mereka berdiri.
"Waktu aku lihat matanya, dia menatapku seolah dengan perasaan yang dalam. Dia kaya
muncul dalam setiap waktuku. Entah di pikiran atau di kenyataan."
"Puitis banget," ujar Ayu yang kagum.
"Enggak kok." Andre menggeleng.
"Satu kata buat masalah perasaanmu. Mungkin kamu cuma terlalu membawa perasaanmu
kepada kenyataan, istilahnya baper."
"Baper ya?" Andre mencoba berpikir sejenak. Satu kata itu mengingatkan dia tentang sesuatu.
Apa mungkin semua yang terjadi hanya perasaannya saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Rena
Fiksi RemajaJika terdapat kesamaan nama, itu hanyalah sebuah unsur instrinsik yang tidak menggambarkan tokoh nyata sebenarnya. Cerita ini adalah sebuah utopia penulis atau mugen tsukoyomi penulis dari kisah nyata (Reality Reverse), namun dalam penulisannya sedi...