Kejadian kecelakaan itu masih membekas dalam hati Andre, hingga sekarang dia sudah
bekerja sebagai guru matematika di SMA 3 Favorit Karangpanjang. Sudah empat tahun kejadian itu
berlalu, selama itu Andre mencoba tegar. Gaji yang dia terima sudah digunakannya untuk membeli
rumah kecil di perumahan yang dekat dengan tempatnya mengajar. Setidaknya dia sudah nyaman
dengan kehidupannya sekarang.
Hari ini dia berangkat seperti biasa dengan sepeda motornya. Usianya sekarang sudah
menginjak usia menikah. Namun, sepertinya dia masih belum menemukan pasangan yang tepat.
Ditambah lagi, Andre masih belum dapat melupakan Ratri. Membuat hubungan baru dengan orang
baru tentu terasa sulit.
Setelah selesai mengajar siswa di kelas, dia pun duduk di kantor guru. Segelas kopi
menemaninya hari ini, kopi yang tidak terlalu pahit dan juga tidak terlalu manis. Sejak Ratri tiada,
Andre mulai menyukai kopi. Sesekali dia menyeruput kopi itu dari gelasnya, ingatan masa lalu pun
kembali. Ketika sedang asyik dengan kopinya, Pak Joko yang menjabat sebagai kepala sekolah datang
menghampirinya.
"Pak Andre, besok bisa bantu saya sebentar?" ucap Pak Joko.
"Bantu apa Pak?" Andre pun menoleh.
"Besok, saya ada pertemuan di luar kota. Nah, pertemuan itu akan membahas jenis Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang terbaru. Lalu saya berpikir bahwa Pak Andre berkompeten untuk
tugas itu. Bagaimana Pak? Saya lihat besok tidak aja jadwal mengajar."
"Iya Pak, saya ikut."
Lalu Pak Joko pun berjalan meninggalkan meja Andre. Andre berpikir jika mungkin dia bisa
menemukan hal yang baru. Dia ingin mengubah pikiran dan rasa yang sudah lama tinggal di hatinya.
Namun, Andre tahu bahwa mencari cinta yang baru itu tidak mudah. Dia juga pernah berpikir untuk
tidak menikah atau menjalin cinta. Cinta yang lama saja membuatnya sakit, apa lagi jika dia
menemukan cinta yang baru. Apakah akan ada rasa sakit yang baru?
Ketika pikiran-pikiran beracun itu berputar di kepalanya, segelas kopi itu membuatnya sedikit
lebih tenang. Namun, kesedihan masih melintasi hatinya. Sebenarnya Andre tidak ingin berpikir
terlalu berat, tetapi luka dari hubungannya dengan Ratri menimbulkan kekecewaan. Hubungannya
yang putus dengan Rena menimbulkan sakit hati, apa lagi melihat Rena bersama dengan orang lain.
Pada usia yang sudah dewasa ini, Andre berpikir jika Rena mungkin sudah menikah dan mempunyai
anak.
Ketika pulang dari sekolah tempatnya mengajar, Andre tampak lesu. Wajahnya seperti orang
yang belum makan dua hari. Diam sendiri di dalam rumah mungkin telah membuatnya nyaman, dia
seperti tidak menginginkan apa pun. Nyaman dan damai saja sudah cukup.
Selain mengajar, dia juga menulis sebuah puisi. Andre selalu membukukannya ke penerbit
yang di tahu sejak dulu. Dia tidak terlalu memikirkan pembaca, dia menulis untuk dirinya sendiri.
Semua curahan hati yang berubah menjadi tulisan dari tinta printer. Setidaknya tulisan itu adalah
sahabatnya, seperti seseorang yang selalu mendengarkan masalah hidupnya. Di usia dewasa ini,
Andre hanya berharap sebuah kehidupan biasa.
Keesokan harinya jam lima, Andre bersiap-siap. Dia sebenarnya tidak menyangka jika Pak Joko
memintanya untuk berangkat lebih pagi ke sekolah. Dia hanya membawa laptop dan beberapa buku
tulis untuk mencatat. Jika dia berangkat pagi seperti ini, mungkin perjalanannya akan sangat jauh.
Pak Joko berkata kepadanya bahwa pertemuan itu diadakan di Salalima.
Ketika Andre sampai di sekolah, Pak Joko tampak bersiap-siap. Dia menaruh banyak barang di
bagasi belakang. Dalam hati Andre berpikir untuk apa barang-barang itu.
Emang mau piknik apa, batin Andre.
Lelaki paruh baya itu menoleh ke arah Andre. Wajah yang tampak lelah itu pun melempar
senyum ke arah Andre, sebuah tanda jika dia bahagia melihat kedatangan Andre. Lalu, Andre
menaruh sepeda motornya ke tempat parkir dan berjalan mendekati Pak Joko.
"Bantuin Pak," ucap Pak Joko. Lalu Andre pun mengangkat barang-barang itu dan
memasukkannya ke bagasi mobil.
"Iya Pak. Kalau boleh tahu, barang-barang ini untuk apa ya Pak?" tanya Andre penasaran.
"Cuma bekal buat perjalanan nanti," jawab bapak bertubuh tambun itu.
"Oh, saya kira berkas-berkas penting." Ucapan Andre itu dibalas dengan gelak tawa dari Pak
Joko.
Setelah semua barang-barang dimasukkan, mereka pun berangkat. Pak Joko mengemudi di
depan, sedangkan Andre berada di kursi belakang untuk menjaga bekal makanan yang dibawa oleh
Pak Joko. Bekal makanan itu sebenarnya hanya roti dan makanan ringan biasa. Seperti yang Andre
duga sebelumnya, perjalanan itu sangat panjang. Mungkin itu juga alasan Pak Joko membawa bekal
sebanyak itu. Ketika mereka memasuki jalan ke arah Kota Salamana, kemacetan menyambut
kedatangan mereka.
Pak Joko menoleh ke arah Andre, "Pak Andre, tolong ambilkan roti dan makanan ringan di
belakang. Oh iya, minumannya juga. Bapak juga bisa makan makanan saya, silakan Pak." Andre pun
mengambilkan makanan ringan dan minuman di dekatnya, lalu memberikannya kepada Pak Joko.
"Silakan Pak, jangan sungkan."
"Iya Pak." Andre pun mengambil makanan itu, lalu memakannya.
Setidaknya bekal yang dibawa Pak Joko membuatnya menikmati perjalanan itu. Meskipun
cuaca panas dan macet di luar mobil begitu mengganggu, Andre tampak menikmati makanan ringan
itu. Apa lagi ada minuman kopi dalam kemasan sehingga menambah rasa nyaman sendiri di dalam
mobil.
Setelah menunggu beberapa jam dengan kemacetan dan perjalanan yang jauh, akhirnya
mereka sampai di tempat pertemuan. Ternyata Andre diarahkan ke sebuah ruangan yang berisi
banyak guru seperti dirinya, sedangkan Pak Joko masuk ke ruangan lain dan bertemu dengan kepala
sekolah lainnya. Sepertinya ini adalah pertemuan besar, Andre tidak menyangka akan seperti ini. Dia
baru sadar jika dirinya dipilih sebagai guru yang mewakili sekolahnya di pertemuan besar ini.
Kegiatan pertemuan itu pun berjalan seperti rapat biasa, ada diskusi dan pertukaran pendapat
dari masing-masing guru. Andre selalu mencoba memberikan hal yang terbaik di pertemuan itu.
Meskipun pendapat Andre banyak yang menolak, tetapi setidaknya Andre telah berusaha. Dipilih
sebagai guru perwakilan dari sekolahnya saja sudah membuatnya bersyukur. Lagi pula dia nanti akan
diberi uang upah dari mengikuti pertemuan itu.
Ketika pertemuan itu selesai, mereka pun pulang. Pak Joko mengarahkan mobilnya ke sebuah
restoran, lalu dia memesan hamburger untuk dibawa pulang. Pak Joko juga membelikannya satu
untuk Andre, dia ingin salah satu guru terbaik di sekolahnya itu makan makanan yang disukainya.
"Ini, silakan dimakan. Anggap saja rasa terima kasih saya karena mau mewakili sekolah dan
menemani saya," ucap Pak Joko ketika memberikan hamburger itu.
"Iya, terima kasih Pak." Lalu Pak Joko menjalankan mobilnya untuk pulang ke sekolah. Andre
merasa senang dengan perlakuan yang diterimanya dari Pak Joko. Sebelumnya dia berpikir bahwa
Pak Joko adalah orang yang mudah marah, tetapi pada perjalanan ini dia mulai mengetahui watak
asli dari kepala sekolahnya itu.
"Pak Andre, apa anda belum punya rencana untuk menikah? Saya perhatikan selama anda
bekerja satu tahun ini, anda sepertinya belum punya pasangan ini."
"Belum Pak, saya masih mencari kepastian hidup dan pasangan hidup yang dapat menjaga
perasaan saya."
"Pak Andre, kepastian hidup itu pasti karena anda punya rencananya dan takdir Tuhan yang
menentukan. Kalau pasangan memang harus dipikirkan matang-matang karena resikonya seumur
hidup."
"Iya Pak, terima kasih sarannya."
"Saran saya Pak, coba anda pergi ke suatu tempat yang mungkin itu adalah tempat kesukaan
anda. Saya yakin jodoh anda ada di situ."
Setelah mengobrol banyak hal dengan Pak Joko, mobil mereka pun akhirnya sampai di
sekolah. Andre pun langsung berpamitan untuk langsung pulang. Meskipun waktu masih
menunjukkan jam lima sore, tetapi awan mendung yang ada di langit seolah membuat suasana
menjadi malam. Ketika Andre sampai di rumahnya, dia pun langsung merebah di kasur. Kebiasaan
yang memang tidak dapat hilang dari diri Andre, melihat masa lalu saat menatap langit-langit kamar.
Namun, hanya itu cara untuk menenangkan pikiran. Berhalusinasi dengan masa lalu yang sudah
terlewati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Rena
Teen FictionJika terdapat kesamaan nama, itu hanyalah sebuah unsur instrinsik yang tidak menggambarkan tokoh nyata sebenarnya. Cerita ini adalah sebuah utopia penulis atau mugen tsukoyomi penulis dari kisah nyata (Reality Reverse), namun dalam penulisannya sedi...