Happy Reading🔥
Bulan sudah sampai di parkiran rumah sakit dan benar saja dia melihat motor milik adiknya ada di sana, kenapa Bulan yakin itu motor Lintang ya karena ada stiker dengan nama LinLan dibagian pinggir motornya. Motor Lintang berwarna hitam dan stiker dengan nama tersebut berwarna putih.
Nama LinLan sendiri adalah ide dari Lintang katanya biar memudahkan Bulan kalau mencari motornya, Lin untuk Lintang dan Lan untuk Bulan.
Sebucin itu memang Lintang!
Bulan kembali merogoh ponselnya dan segera menelpon Lintang sambil berjalan menelusuri lorong rumah sakit, sedangkan seseorang yang sedang ditelponnya sudah kalang kabut harus bagaimana.
Bulan berhenti sejenak saat melihat objek yang dicarinya terlihat beberapa meter di depannya, bisa Bulan lihat dia panik karena Bulan menelponnya. Menyenderkan punggungnya ke tembok tanpa mematikan panggilannya sambil terus memperhatikan adiknya, Bulan bisa bernapas lega melihat dia tidak kenapa-napa.
Namun Bulan juga heran kenapa ada Langit dan teman-temannya di situ, juga kondisi Lintang yang sedikit babak belur. Dia akan menanyakan nya nanti setelah Lintang pulang, sekarang dia harus pulang dan mengurungkan niatnya yang ingin menghampiri Lintang. Bukan apa-apa hanya saja ibunda ratu tercinta nya sudah mengirimkan pesan untuk cepat pulang.
"Huh kalau bukan adik gue udah gue buang ke rawa-rawa, seenaknya bikin gue khawatir kek mau mati" dumel Bulan pelan lalu mematikan panggilannya yang sama sekali belum diangkat oleh Lintang.
"Astaga anak ayam gue!" pekiknya pelan sambil menepuk jidat dan segera melesat pergi, takut anak ayam yang baru dibelinya itu diculik om-om.
Gimana tuan putri aja!
•••••
Lintang bergerak gelisah saat melihat layar ponselnya yang menampilkan panggilan dengan nama 'Kak Lan cantik🤙🏻', yang dibuat sendiri oleh Bulan dan Lintang tidak membantahnya.
Langit yang melihat itu mengernyitkan dahinya lalu berinsiatif bertanya.
"Kenapa?" tanya Langit yang memang kebetulan duduk di sebelah Lintang
Lintang yang ditanya sedikit terkejut namun segera menetralkan kembali mimik wajahnya.
"Nggak papa bang," jawab Lintang seadanya
Sebenarnya Lintang ingin pulang tapi dia bingung bagaimana bilangnya, karena lengan kirinya terkilir dan membuatnya sulit untuk membawa motor, jadi dia harus pulang bersama Langit dan teman-temannya yang memang mau mengantarkan nya. Dia bisa saja naik taksi tapi Langit melarangnya, katanya sebagai tanda terimakasih sudah menolong temannya.
Langit mengedikkan bahu acuh dan kembali memainkan ponselnya sambil menunggu teman-temannya yang sedang membeli makanan di kantin rumah sakit, yang ada di situ hanya Langit, Lintang, Fajar dan Chandra. Yang lainnya yang tidak ikut ke kantin ada di dalam ruang rawat Zaki.
"Eh kok mati," gumam Lintang pelan saat melihat layar ponselnya tidak menampilkan nama Bulan lagi.
Aneh, pikirnya.
Biasanya Bulan akan selalu menelponnya sampai dia mengangkat telpon tersebut atau mengirim pesan sampai ponsel Lintang ngelag.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBULAN
Fiksi Remaja*Hak cipta dilindungi undang-undang, yang plagiat awas loh dicatet juga sama malaikat!* "Mulai sekarang lo jadi babu gue!" ucapan perintah dengan nada yang tak ingin di bantah itu bak kaset rusak yang terus berputar di otak gadis bar-bar yang penuh...