Lintang hanya bisa duduk sambil menundukkan kepalanya, di depannya sang kakak sedang menatapnya tajam. Setelah selesai makan malam dia langsung ditarik oleh Bulan ke ruang keluarga.
"So?" ujar Bulan membuka percakapan sambil bersedekap dada
"Maaf," lirih Lintang tanpa berani menatap wajah kakaknya
Bulan menghela napas kasar, jujur dia bukan marah karena adiknya babak belur apalagi sebabnya membantu orang lain. But Bulan marah karena Lintang tidak memberitahu nya, padahal dia sendiri yang selalu bilang pada Bulan untuk menghubungi nya kalau terjadi apa-apa.
"Kalau alasan kamu karena gak mau kakak khawatir setidaknya kirim pesan kalau kamu baik-baik aja dan bakal pulang telat," ungkap Bulan kali ini dengan nada lembut
Lintang langsung mendongakkan kepalanya menatap Bulan yang tersenyum tipis, melihat itu dia semakin merasa bersalah.
"I'm sorry sis, sorry for making you worry." ucap Lintang menyesal dengan mata yang sudah berkaca-kaca
"It's okay, but you have to promise it won't happen again. Deal?" balas Bulan
"Yeah, I promise." Setelah mengucapkan kalimat itu Lintang langsung memeluk Bulan erat
"Adh adh bayi gede gue, cup cup cup" ledek Bulan sambil menepuk-nepuk punggung Lintang dan mengelus rambutnya.
"Eh lo nangis Tang?" ujar Bulan kaget karena merasakan lehernya basah
Lintang tidak menjawab dan semakin mengeratkan pelukannya, entah kenapa setiap didekat kakaknya dia tidak bisa menyembunyikan apapun termasuk sifat manja dan cengeng nya.
Sebagai seorang kakak, Bulan juga tidak bisa untuk tidak khawatir pada adik satu-satunya itu. Dia tidak pernah merasa risih jika Lintang selalu berada didekatnya, malahan itu membuatnya merasa lega.
Terkadang sebenarnya Bulan takut, takut kalau dia tidak bisa menjadi contoh yang baik untuk adiknya dan menjadi anak yang bisa dibanggakan orang tuanya. Jika kalian berpikir bahwa Bulan tidak pernah merasa takut akan masa depannya, impiannya dan cita-citanya, maka kalian salah. Setiap akan tidur dia selalu overthingking, memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi ke depannya, padahal apa yang dipikirkan nya belum tentu akan benar-benar terjadi.
"Udah ah sekarang istirahat gih pasti cape!" titah Bulan sambil melepaskan pelukan adiknya
"Iya, kak Lan juga" balas Lintang dan dibalas anggukan oleh Bulan
"Good night kak," setelah mengucapkan kalimat itu Lintang berdiri dari duduknya, tapi sebelum itu dia sempat mencium pipi kakaknya sekilas.
"Too my little brother."
•••••
Berdiam diri di balkon dengan laptop di pangkuannya dan segelas susu coklat dingin yang tersimpan di meja di depannya. Balkon itu cukup luas, dengan satu buah sofa panjang berwarna abu-abu dan satu buah meja kayu berbentuk persegi panjang.
Langit malam ini dipenuhi banyak bintang dengan ditemani bulan sabit yang bersinar terang, membuat suasana kota Jakarta terlihat begitu indah.
"Vibes nya tenang banget," ucapnya dengan mata yang mengarah pada jalanan yang dipenuhi banyak kendaraan berlalu lalang.
Gadis dengan bola mata hazel itu sedang melakukan rutinitasnya, namun jika biasanya dilakukan di atas kasur dan beberapa saat sebelum tidur kini dia melakukannya di balkon kamarnya.
Overthingking.
Ya. Itu yang sedang dilakukannya, yang selalu menjadi rutinitas setiap malamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBULAN
Teen Fiction*Hak cipta dilindungi undang-undang, yang plagiat awas loh dicatet juga sama malaikat!* "Mulai sekarang lo jadi babu gue!" ucapan perintah dengan nada yang tak ingin di bantah itu bak kaset rusak yang terus berputar di otak gadis bar-bar yang penuh...