"Kau mau segelas champagne lagi?"
Jian Li mengulurkan segelas Champagne baru ke arah Alexia yang sedang duduk bersandar disebelahnya. Wajahnya nampak muram dengan kedua mata yang sembab.
Sejak pagi tadi, ia hanya duduk terdiam di balkon apartemen sambil menatap jauh dengan pandangan kosong.
Ia bahkan tidak bicara sepatahkatapun pada Jian Li sejak bangun dari tidur. Ia hanya terus terduduk di balkon sendirian.
"Felix sedang dalam perjalanan kemari. Dia baru saja menelponku tadi"
Alexia mengambil gelas champagne yang terulur padanya perlahan. Tidak lama kemudian, ia menyesapnya sambil menitikkan airmata.
"Aku tahu ini pasti mengecewakanmu, tapi kuharap kau bisa memaklumi maksud Felix membawamu kemari"
Jian Li mengucapkan kalimatnya dengan hati-hati. Ia amati tangan Alexia yang kini menghapus buliran airmata dipipinya sambil menghela nafas panjang.
"Dia betul-betul menyayangimu. Dia tidak ingin kau terluka dengan tetap tinggal disana"
Jian Li sejenak menghentikan kalimatnya.
Ingatannya kembali pada wajah panik Felix Yi saat tiba di apartemennya kemarin. Ia tidak menyangka sahabatnya itu akan menyembunyikan Alexia disini, jauh dari pengawasan keluarganya.
"Kenapa pemakamannya dilakukan di Taipei?"
Kalimat singkat Alexia seketika membuat Jian Li menoleh.
Setelah sekian lama, sepupunya itu akhirnya membuka pembicaraan tentang Theodore Cha.
"Apakah itu permintaan Gladys?"
Untuk beberapa saat Jian Li terdiam. Suara Alexia terdengar sedikit gemetar. Ia tahu, sosok cantik itu pasti sangat terpukul karena tidak dapat menghadiri pemakaman seseorang yang istimewa baginya.
"Bukankah semua anggota keluarga Cha dimakamkan di Hong Kong? Kenapa ia dimakamkan disana?"
"Xia.."
"Apakah mereka sengaja melakukannya agar aku tidak bisa datang menghadiri pemakamannya?"
"Xia, dengarkan aku-"
Belum selesai Jian Li mengucap kalimat, gelas yang digenggam Alexia tiba-tiba terlempar ke dinding didekatnya, dan pecah berhamburan.
Jian Li tercekat.
Ia tatap ekspresi wajah Alexia yang muram tanpa kata sambil sekilas melihat pecahan gelas di dekat kakinya.
"Kau tahu apa yang dikatakan perempuan sok suci itu padaku saat datang ke Taipei? Ia bilang, Theo memohon padanya agar bisa hidup dengannya. Ia bilang, Theo ingin membangun keluarga kecil dengannya di Perancis, jauh dari Hong Kong dan jauh dariku. Apa kau percaya, perempuan itu bisa berkata seperti itu tanpa rasa malu?!"
Isak tangis Alexia perlahan mulai terdengar di sela-sela kalimatnya tadi.
"Ia bahkan tahu, aku adalah kekasih Theo. Tapi ia tetap menjalani pernikahan itu dan pamer kebahagiaan di depanku"
"Xia.."
"Dan kau tahu apa kejutannya lagi? Perempuan itu hamil anak Theo.."
"H-hamil?"
Sesaat Jian Li tertegun menatap ekspresi putus asa Alexia di hadapannya.
"Ya, Theo menunjukkan hasil labnya padaku saat kami bertemu di Shanghai. Sial! Dia bahkan meniduri perempuan itu saat ia juga tidur denganku.."
Jian Li terpaku ditempatnya berdiri. Ia sulit percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Jika tahu ia akan bertahan karena seorang anak, aku tidak akan menggugurkan kehamilanku tiga tahun lalu, Jian.. Aku akan pergi bersamanya meninggalkan Hong Kong.. mungkin ke Paris, seperti apa yang ia janjikan pada perempuan jalang itu.."
YOU ARE READING
Dangerous Liasons
Lãng mạnStory of two people who lack the courage to admit they love each other, and so they spend their energies destroying the loves of others.