03. summer

3.4K 420 22
                                        

Melelahkan, Haechan sedari tadi hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Terik matahari terasa membakar saat ia baru saja menginjakkan kali di kawasan proyek pembangunan gedung baru milik Lexan.Inc.

Tapi untungnya ia tak sendirian merasakan terik matahari yang entah mengapa terasa lebih panas akhir-akhir ini.

Didepannya, Mark Lee juga terlihat sama frustasinya. Pria itu juga nampak sama tersiksanya, berkali-kali Haechan melihat sang atasan yang menyeka keringatnya dengan sapu tangan yang ia bawa.

Haechan juga tak terlalu kuat jika berada terlalu lama di bawah terik matahari. Lihatlah, bahkan kulit pucatnya sekarang sudah mulai memerah akibat sengatan sinar matahari.

"Jam sudah menunjukkan hampir pukul dua. Argh aku tak kuat lagi jika berada disini lebih lama lagi..." Mark melirik arloji mahal yang ia kenakan dan membuat nada yang sangat-sangat mampu membuat si sekretaris menatap lekat kearahnya. Haechan tertegun ketika mendengar seorang Mark Lee merengek layaknya seorang anak umur lima tahun yang sedang mengeluh kepanasan.

"Muka boleh psikopat, tapi sifatnya persis anak kecil."

"Kita akan kembali setelah ini tuan Lee." Haechan mencoba mengatur mulutnya agar tak kelepasan untuk ikut menertawai sikap sang atasan yang sedang sibuk mengipasi dirinya sendiri dengan tangan.

"Jika proyek ini tak mempengaruhi sebagian harga sahamku, aku tak akan pernah mau meninjau proyek ini, fuck..." Mark lagi-lagi mengeluh , dan Haechan hanya bisa mengulum bibir ketika ia mendengar umpatan yang dilontarkan oleh Mark.

Satu jam berlalu, adalah satu jam yang sungguh menyiksa bagi Haechan dan Mark. Dan begitu menyelesaikan semua urusannya, Mark berjalan tergesa menuju mobil Aston Martin miliknya, meninggalkan Haechan yang dengan susah payah menyusul langkah lebarnya dari arah belakang.

Peduli setan, ia ingin pulang sekarang juga.

Mark memang memutuskan untuk membawa mobil mewahnya sendiri ke kawasan proyek. Katanya ia rindu jalanan Korea.

Aneh, dan lebih anehnya lagi Haechan juga menyetujui ide itu.

"Apa kau keberatan jika aku singgah di rumahku terlebih dahulu?, aku ingin mengambil beberapa berkas yang tertinggal disana." Mark menjelaskan sembari memasangkan sabuk pengaman. Astaga , ia juga rasanya ingin mandi juga jika seperti ini.

"Tak apa tuan." Haechan menjawab sembari menekan tombol AC mobil. Sungguh, ia baru bisa merasa lega setelah terpaan AC mobil menerpa wajahnya yang memerah akibat panas.

Mark melajukan mobilnya begitu mendengar jawaban Haechan.

Perjalanan dari Incheon menuju Seoul memakan waktu satu jam lebih, dan beruntung kondisi jalanan tak terlalu padat. Sepanjang perjalanan hanya diisi oleh keheningan. Entah antara Mark yang memang ingin segera pulang dan Haechan yang.....

"Jangan tidur!!."

Haechan bersusah payah untuk menjaga kedua matanya agar tetap terbuka. Ia menguap beberapa kali sembari menoleh kearah Mark yang sedang fokus menyetir.

"Sial! Kenapa harus mengantuk sekarang sih."

Haechan menyenderkam kepala ke jendela, niatnya untuk tetap bertahan sadar sepertinya sudah berada di ambang batas. Gadis itu pada akhirnya memejamkan kedua matanya akibat tak kuasa lagi menahan kantuk.

Aston Martinnya melesat melewati jalanan beraspal. Mark masih fokus terhadap jalanan didepannya, satu jam lebih berlalu dan kini mobil mewahnya memasuki salah satu kawasan perumahan elite yang terletak di jantung kota Seoul.

Gerbang besar berwarna putih itu terbuka , Mark memarkirkan mobil di depan rumah.

Matanya tak sengaja melirik ke arah samping, dan senyum kecil menghiasi bibir tipisnya. Disana, Haechan-sekretarisnya tertidur lelap, dan raut lelah terlihat jelas di wajahnya.

Sial. Jika begini Mark tak punya pilihan lain selain membangunkannya, padahal aslinya ia ingin sekali memandang wajah tertidur Haechan yang terlihat sangat damai.

Baiklah, sekarang mungkin sifat masa bodohnya akan keluar.

Sisi dirinya yang lain menentang keras agar tak membangunkan Haechan. Maka sebagai orang baik Mark akan  menurutinya.

Pria tinggi itu memutar dan membuka pintu penumpang yang berada di samping. Dengan perlahan, ia mengangkat tubuh Haechan dengan hati-hati–layaknya tubuh Haechan adalah sebuah benda rapuh yang bisa pecah kapan saja.

Begitu sampai didepan pintu masuk, ia langsung disambut oleh maid yang memang ditugaskan menjaga rumah selama si nyonya pergi.

Mark yang menyadari tatapan para maid yang sedari tadi memandang penuh tanya padanya pun menghela nafas lelahnya. "Dia sekretarisku, jangan berpikir macam-macam, apalagi sampai melaporkan hal ini kepada ibuku." Lalu langkahnya ia arahkan ke lantai dua, tempat dimana kamarnya berada.

Mark menurunkannya perlahan diatas ranjang king size miliknya. Pria itu sempat berpikir bahwa Haechan akan terbangun ketika ia menggendongnya tadi, dan untungnya hal itu tak terjadi.

Dengan hati-hati ia melepas sepatu yang Haechan kenakan, setelahnya Mark menuju kearah sisi kanan kamarnya. Ia membuka kemeja yang membalut tubuh kekarnya dan melempar asal kearah keranjang pakaian kotor yang terletak tak terlalu jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Tetesan air yang membasahi tubuh setinggi seratus delapan puluh centi itu membuat sang pemilik tubuh menghela nafas pelan.

Pikirannya melayang mengingat percakapan yang ia lakukan kemarin malam dengan teman masa kecilnya.

"Kedua keluarga kita memang memiliki hubungan yang cukup dekat, tapi aku tahu Mark. Kau sama sekali tak menginginkan semua ini...begitupun aku yang juga tak ingin merusak persahabatan yang sudah kita jalin sedari kecil." 

"Baguslah jika kau berpikir seperti itu." Mark menjawab sembari menyesap red wine yang berada ditangan. Matanya memandang kearah gadis yang sedari tadi berbicara dengan nada serius, dan dirinya yang hanya akan merespon jika perlu.

"Stupid!." Maki gadis itu ketika melihat respon Mark yang tak sesuai.

"Kau harus membawa seseorang untuk menghadap ke hadapan si Medusa itu Mark!, kau harus meyakinkannya bodoh!." Lanjutnya.

Mark menopang dagu ketika mendengar ucapan si gadis di seberang. Ia menghembuskan nafas dan menjentikkan jari sebanyak tiga kali-tanda jika salah satu dari beberapa bodyguard yang berjaga di sekelilingnya untuk maju dan menyerahkan berkas yang ia perlukan.

"Aku sudah memilih beberapa yang mungkin akan aku bawa menghadapi orang yang kau maksud." Ucapnya sembari memperhatikan lekat salah satu profil seseorang.

"Pilih satu saja bodoh." Makian lagi-lagi keluar dari mulut si gadis, dan hal itu berhasil membuat Mark geram.

"Aku akan membawa seorang puteri kerajaan jika perlu..." ucapnya sarkas, dan ia mendapat pelototan tajam dari gadis diseberang.

"Jangan lupa, jika Medusa yang kau maksud adalah nenekmu sendiri nona..." Mark melanjutkan kegiatannya tanpa memperdulikan ocehan tak berguna dari gadis didepannya.

"Cari semua informasi orang ini sampai ke akar-akarnya." tunjuknya kearah salah satu foto.

"Baik tuan.."














—a.n

Bentar, jadi ini tuh gini.....

LUMIÈRE [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang