11. getting closer

3.2K 402 21
                                    

Haechan terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata ketika melihat pemandangan yang tersaji tepat di depan mata.

Wajah milik Mark Lee terlihat damai ketika tertidur pulas seperti ini, entah hilang kemana aura seramnya. Haechan merutuk dalam hati, kenapa bisa-bisanya tubuhnya kini dipeluk erat oleh sepasang lengan kokoh yang mungkin tak akan dengan mudah melepaskan rengkuhan jika ia tak menyentaknya.

Gadis pirang itu mengerjap beberapa kali sebelum memperhatikan sekeliling, dan pandangannya turun kearah letak kancing piyama yang masih terkancing rapat, ia memejamkan mata—masih aman rupanya, Mark menepati ucapannya semalam tentang tak akan memaksa seseorang untuk bercinta dengannya.

Dengan hati-hati, ia mencoba menyingkirkan tangan yang merengkuh posesif pinggang sempitnya. Mark sedikit terusik, dan beruntung ia tak sampai bangun.

Menghembuskan nafas lega, Haechan berjalan kearah kamar mandi. Dua puluh menit sesudah menyelesaikan segala ritual paginya di dalam kamar mandi yang juga terlihat sama mewahnya dengan kamar yang ia tempati semalam, Haechan melangkah keluar sembari mengeringkan rambut pirangnya dengan handuk di tangan.

Sebuah dress selutut sederhana menempel dengan indah di tubuh setinggi seratus enam puluh centi miliknya.

Tidak buruk, katanya ketika mematut diri di hadapan cermin kamar. Tangannya mengangkat hair dryer yang memang sengaja dibawa—salah satu tangannya mengusak pelan rambut setengah basahnya agar cepat kering.

Ketika selesai merapikan penampilan dan membiarkan rambut pirangnya tergerai indah, sebuah siulan membuatnya terperanjat pelan.

Mark Lee disana, terduduk dengan menyandarkan tubuh sepenuhnya di kepala ranjang, tangannya berada di depan tubuh, bergerak ringan seolah sedang melukis lekuk tubuhnya dari arah belakang.

"Kenapa kau sudah rapi pagi-pagi sekali?." Haechan berjalan kearahnya, duduk di sisi ranjang Mark—masih dalam jarak aman karena ia duduk tak terlalu berdekatan. "Ini bukan lagi pagi, jam bahkan sudah menunjuk angka setengah sepuluh." Katanya menegaskan, bahwa jam tak lagi menunjukkan waktu pagi buta.

"Benarkah?." Haechan mengangguk. "Mandilah, aku sudah memesan sarapan."

"Aku ingin sarapan di dalam kamar." Perintahnya mutlak, sama sekali tak menghiraukan raut wajah Haechan yang berubah.

Haechan merenggut. "Baiklah."

Mark bangkit dari acara bersandarnya. Tanpa mengucapkan apapun lagi, pria itu melangkahkan kaki kearah kamar mandi.

Haechan lagi-lagi menghela nafas. Gadis itu, harus terbiasa nantinya dengan semua ini—maksudnya, semua sikap milik suaminya.

Ketika ketukan pintu terdengar, Haechan melangkah mendekat kearah pintu kamar. Mempersilahkan pelayan kamar membawa hidangan sarapan mereka masuk.

"Ada yang anda perluka lagi nyonya?." Haechan menggeleng. "Terimakasih, ini sudah cukup." Pelayan mengangguk dan keluar dari kamar miliknya—ralat, milik Mark lebih tepatnya.

Ketika pintu masuk kamar ditutup, pintu dari arah kamar mandi justru terbuka lebar. Menampilkan sosok Mark yang mengusak pelan surai legamnya dengan handuk. Tubuhnya hanya ditutupi selapis handuk di bagian bawah—sisanya pria itu bertelanjang dada. Seolah memamerkan bagaimana bagusnya bentuk tubuh tinggi nan jantan miliknya.

Haechan menutup kedua matanya dengan telapak tangan ketika Mark berjalan mendekat kearahnya.

Mark terkekeh. "Kau wanita dewasa, tapi masih malu-malu melihat tubuh setengah telanjang seperti ini?.." tanya Mark, seolah menyatakan bahwa Haechan pernah melihat seorang lelaki dalam keadaan telanjang sebelumnya. Atau dugaan lebih buruk adalah Mark mengatakan bahwa ; Haechan pernah melakukan hal lebih.

"Jangan mendekat atau aku akan menendangmu." Peringatnya. Mark mengendikan bahu, berjalan kearah lemari untuk mengambil pakaiannya.

Kaki tinggi milik Mark dibalut dengan jeans denim panjang, kaos hitam bercorak ia kenakan, dan tak lupa sebuah jaket denim juga menjadi pelengkap. Sepasang sepatu converse membalut kakinya.

Haechan masih menutup mata ketika Mark sudah berbalik kearahnya. Dengan dengusan pelan lelaki itu berucap. "Aku sudah berpakaian lengkap nona." Haechan mengintip dari sela-sela jari, setelah yakin barulah ia menurunkan kedua tangan.

Haechan memandang Mark dari atas sampai bawah seolah sedang memindai sesuatu. "Pakaianmu santai sekali?."

"Kenapa?." Mark kembali mengajukan pertanyaan herannya. Pakaiannya...maksudnya, gaya berpakaiannya apakah terlihat aneh?.

"Tidak lupakan." Haechan berpikir lebih baik jangan membahas hal itu, perutnya sudah meronta ingin diisi makanan sedari tadi.

Di pagi itu, kedua pengantin baru itu menghabiskan sarapan mereka dengan sesekali protesan yang keluar dari mulut Haechan ketika melihat cara makan Mark Lee yang terlalu tergesa-gesa. Dan pelototan tajam yang Mark berikan kearah Haechan ketika gadis itu mengomelinya dengan banyak hal.

Sungguh, gadis didepannya ini memang sesuatu. Tiba-tiba akan bersikap tak enakan, lalu perlahan-lahan kembali merubah sikap seolah-olah ia menjadi seorang ibu rumah tangga yang sedang mengomeli anaknya akibat cara makannya yang berantakan.

.
.

"Pegang tanganku, kita akan menerobos mereka semua." Mark berbisik di telinga Haechan ketika melihat raut terkejut gadis itu saat mereka akan keluar dari area lobby hotel. Puluhan—ah tidak, ratusan wartawan terlihat saling berdesakan dan berlomba-lomba memotretnya dan Mark ketika mereka akan keluar.

Saat puluhan bodyguard milik keluarga Lee mulai membelah jalan agar sang tuan bisa masuk kedalam mobil mewah milik Mark, Haechan mengencangkan pegangan tangannya dan Mark yang tanpa sadar memeluk kembali pinggang Haechan dan membawa tubuh kecil itu kedalam pelukan agar terlindungi dari ratusan kilatan cahaya kamera para wartawan.

Ketika sampai di dalam mobil, Mark dengan jelas bisa merasakan jemari Haechan yang ia pegang terasa mendingin.

Shock.

Gadis ini, mungkin tak terlalu biasa menjadi pusat perhatian. Mark mengarahkan tangan Haechan yang berada dalam genggaman untuk dikecup. Membuahkan sentakan kecil dari si pemilik yang sedari tadi sibuk memandang kearah luar jendela.

"Aku tak apa.." Mark Lee tentunya menyadari arti dari tatapan sejernih kristal itu yang mencoba menyembunyikan ketakutannya terhadap kejadian barusan.

Dalam hati kecilnya, Mark Lee sudah berjanji—bahwa ia akan menjaga wanitanya mulai sekarang.















—a.n

Nyuri-nyuri waktu biar bisa lanjut nulis part ini xixixixi.

LUMIÈRE [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang