Sosok Lee Jaemin satu ini rupanya memiliki sifat yang lumayan pencemburu. Haechan menyadarinya ketika mendegar ucapan yang keluar dari kedua belah bibir tipis yang seolah tak mau berhenti untuk mengucapkan kata-kata kasar untuk kedua puteri dari keluarga Jang tersebut.
"Sialan sekali mereka berdua. Awas saja kalian nanti!."
Haechan hanya membisu, sama sekali tak berucap ketika Jaemin mengeluarkan berbagai sumpah serapah tersebut.
"Kuharap kau tak akan menghancurkan pesta ini Jaemin." Wanti-wanti Haechan, karena bagaimanapun ia tak akan mau menjadi perusak diacara orang, terlebih ini adalah kali pertama ia mendatangi acara pesta dengan status yang berbeda. Salah sedikit nama besar keluarga Lee akan menjadi taruhannya.
"Aku hanya akan mengeluarkan kata-kata untuk mereka Haechan, bukan mengeluarkan bogeman mentah."
Mendekat kerah kedua pria itu, Jaemin sedikit berdehem ketika menyadari bahwa ia sama sekali tak diberi atensi oleh empat orang yang sedang berbincang ini.
"Jeno, maukah kau-"
"Oh haii, Lee Jaemin!." Sapa Alicia Jang ramah, memotong ucapan Jaemin.
"Eum, nona Alicia Jang yang terhormat, bisakah kau menyingkirkan kedua tanganmu itu dari pundak suamiku?, aku merasa tak nyaman akan hal itu." Halus Jaemin, sama sekali tak ada nada menyinggung didalamnya.
"Jangan salah paham." Ujarnya lagi. "Aku hanya tak ingin citramu buruk didepan semua orang karena terlalu akrab dengan suami orang. Terlebih kau buka teman dekat suamiku."
Skak mat.
Haechan ingin tertawa lepas, tapi mati-matian menahannya karena ada image yang harus ia jaga.
"Dan oh ya, nona Minah. Jika kau lupa, pria yang sedang kau perhatikan lekat itu sudah memiliki istri."
Baik Haechan, Mark maupun Jeno hanya diam. Jeno terlampau tahu jika sang istri sudah mengucapkan kata-kata pedas seperti tadi berarti ia sedang dalam fase cemburu akut.
"Dan ya, aku lupa satu hal." Mark menyela. "Perkenalkan, Lee Haechan. Istriku." Kalimat terkahir sengaja ia tekankan. Karena jika saja boleh jujur, Mark sudah kepalang kesal dengan kedua puteri keluarga Jang ini yang sedari tadi tak bisa diam dan terus menanyainya banyak hal. Bahkan ketika ia dan Jeno berniat pergi, kedua wanita ini selalu saja punya alasan untuk menahan keduanya agar tetap berada disini.
"Sepertinya istriku sudah kehilangan moodnya berada di tempat ini. Maafkan aku tapi kami akan pulang sekarang juga." Lee Jeno kembali bersuara ketika ia melihat raut wajah istrinya yang sudah terlihat tak enak.
"Tapi kalian bahkan belum menyentuh hidangan utama pesta ini." Kata Alicia.
"Lain kali saja nona, kepalaku sebenarnya sedari tadi sudah pening ketika baru sampai disini. Tapi ketika aku ingin memaksakan diri berada di pestamu, perutku justru ikut diserang mual."
Haechan rasanya ingin menyampaikan applause sebanyak-banyaknya kepada Lee Jaemin satu ini. Omongannya sangat-sangat dapat menyinggung perasan ketika ia tak mendapatkan apa yang ia mau.
"Jeno-ie i want to go Home." Nada mendayu itu seolah menjadi peringatan terkahir yang membuat Jeno sama sekali tak memperdulikan respon sang tuan pesta. Ia benar-benar membawa Jaemin pergi dari tempat itu tepat setelah Jaemin mengatakan kalimat rengekannya.
Haechan bisa melihat dengan jelas raut kecewa dari Alicia Jang ketika melihat Jeno membawa istrinya pergi keluar dari ballroom mewah ini. Dan sekarang adalah yeah—gilirannya.
Fyi, sebelum Jaemin pergi ia sempat berbisik kepada Haechan yang membuat si pirang rasa-rasanya ingin memukul kepala Jaemin dengan heels yang sedang dipakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMIÈRE [Slow Up]
FanfictionMarkHyuck fanfiction ; GENDERSWITCH [BELUM REVISI & BANYAK TYPO BERTEBARAN] 𝐋𝐮𝐦𝐢è𝐫𝐞 𝐢𝐬 𝐅𝐫𝐞𝐧𝐜𝐡 𝐟𝐨𝐫 '𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭'. "Tanda tangani disini dan hidupmu akan terjamin selama jangka waktu tiga tahun." "Perjanjian aneh apalagi ini Lee?! apa...