21. 2nd time

3.1K 356 37
                                    

Menghabiskan waktu selama sehari penuh  bersama Jaemin adalah pilihan terbaik yang pernah Haechan buat. Walau tak semuanya berjalan dengan baik, tapi setidaknya ia tak harus berkeliling sendirian di kota emas ini.

Jaemin menjadi pemandu wisata yang baik, ia bisa berbicara menggunakan bahasa Arab dengan logat khasnya, walau terdengar tak terlalu fasih, tetapi ketika keduanya nekat menaiki salah satu taksi lokal yang berada jauh dari area hotel, Jaemin bisa dengan baik menunjukkan kearah mana mereka akan pergi.

Mobil jemputan yang sudah disediakan oleh Mark dan juga Jeno masih berada ditempat hingga sore menyingsing ketika keduanya tiba di area lobby hotel, dengan kedua sopir pribadi yang terlihat takut—akibat kedua nyonya mereka memilih menaiki kendaraan umum ketimbang menaiki mobil sewa yang jelas-jelas memiliki fasilitas yang lebih baik ketimbang taksi umum.

Hingga akhirnya, Jaemin dan Haechan memilih untuk memberikan uang tutup mulut agar kedua sopir itu tak memberitahukan kepada para tuannya bahwa mereka pergi menggunakan kendaraan umum, buka dengan mobil sewaan yang sudah disediakan. Untungnya kedua sopir itu bisa diajak berkompromi, walau pada awalnya mereka sempat kukuh ingin melapor kepada Mark dan Jeno.

Kekuatan rayuan maut Jaemin memang tak ada duanya, ditambah dengan mata berkaca-kaca milik Haechan membuat kedua pria berbadan kekar itu hanya bisa mengangguk pasrah.

.

.

.

Haechan mematut bayangannya di cermin kamar mandi, ia tersenyum sekilas ketika mengingat seharian ini ia dan Jaemin mengelilingi Dubai selayaknya wisatawan dengan modal pas-pasan, bukan sebagai seorang berkelas.

Berpanas-panasan menaiki taksi dengan biaya murah, berkunjung ke tempat-tempat 'sederhana' di matanya, tentu saja sederhana karena keduanya bukannya mengunjungi mall of the world atau tempat eksentrik lainnya, Jaemin dan Haechan malah memilih untuk pergi ke sudut kota Dubai yang terdapat banyak sekali warga lokal. Pasar tradisional contohnya, keduanya hampir membeli terlalu banyak aksesoris, karena tergiur dengan bentuk dan juga perpaduan warnanya yang unik.

Lalu ketika waktu makan siang tiba, Jaemin menariknya masuk ke salah satu restoran kecil yang letaknya tersembunyi di sela keramaian pasar.

"Jujur aku seperti tak ingat sudah mempunyai suami jika seperti ini." Jaemin berucap disela ia mengunyah makanannya.

"Aku juga, kita seperti remaja liar yang berlibur dengan budget pas-pasan di kota yang terkenal serba mahal ini." 

"Tak semuanya berharga mahal, selagi kau berkeliling di pinggiran kota dan menyambangi pasar tradisional, bukan berada di pusat kota dengan hamparan ekspektasi itu." , Jaemin bisa menjadi sosok sahabat terbaik untuk Haechan. Ia memiliki sifat yang hampir sama dengan si Huang walau dari segi 'kecerewetan' Huang Renjun tetap menduduki posisi pertama.

Elusan di pinggang ia rasakan membuat Haechan tersadar dari lamunan.

"Upaya melarikan dirimu berhasil, apa menyenangkan berada di keramaian itu seharian ini?."

Haechan terhenyak beberapa saat sebelum kini ia bisa melihat wajah Mark Lee yang menampilkan senyum miring di wajahnya. Berusaha tetap mengontrol diri, Haechan menyahut perkataan Mark. "Well, jika bisa kubilang pelarianku hari ini sangat-sangat luar biasa."

Dalam hati, si pirang sudah membantin. "Sudah kuduga ia pasti tak akan membiarkanku pergi dengan bebas." Pantas saja, selama seharian ini rasanya ada seseorang yang seolah-olah mengikutinya sepanjang hari, walau ia sempat mengelak bahwa itu adalah ulah Mark, tapi kini ia yakin seratus persen bahwa Mark memang mengawasi gerak-geriknya selama hampir satu hari penuh.

Haechan kembali menatap mata Mark. "Bagaimana dengamu? Apa harimu berjalan dengan baik?." Mark hanya mengangguk, lalu ia menuntun Haechan agar berdiri dari duduknya.

"I need a hug."

Haechan tersenyum kecil, ia tanpa mengatakan apapun lagi langsung memeluk pria dihadapannya ini, dengan Mark yang mulai menyamankan kepalanya di perpotongan leher si wanita, sesekali mengendus aroma lavender yang menjadi ciri khas Haechan.

Lima menit bertahan, Haechan terlebih dahulu melepaskan pelukannya. "Mandilah, aku akan memesan makan malam untuk kita berdua."

"Mandi bersama?." Haechan menggeleng pelan, menolak tawaran Mark. "Kurasa kau tak perlu bantuanku hanya untuk sekedar mandi." Lalu Haechan melangkahkan kaki maju guna mendekat kearah Mark, dengan berani ia mengalungkan kedua lengan di leher si pria.

"Mandilah, setelah makan aku ada kejutan spesial untukmu."

"Kau akan mendapat hukuman jika kejutanmu tak spesial." Kata Mark terkekeh, ia berlalu setelah berhasil mencuri sebuah kecupan singkat di bibir Haechan.

.

.

.

⚠️

Nafas Haechan masih terdengar tak beraturan setelah Mark berhasil membuatnya kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri.

"You are great bae."

Mark hanya tak menyangka akan mendapatkan kejutan yang begitu spesial, karena Haechan memberikannya dengan penuh keberanian, seolah menantang sosok singa buas yang ada pada dirinya.

Lengan keduanya bertaut dengan mulut yang saling berlomba-lomba mengeluarkan suara tak senonoh, membuat keduanya seolah menggila.

Haechan hampir kehilangan kendali akan kesadarannya sendiri akibat Mark yang terlalu banyak memberikan kenikmatan pada tubuhnya. Ia meringis kecil ketika Mark membuat posisi 'woman on top' ia hampir berteriak sebelum kedua tangannya lebih dahulu menuju ke kepala Mark dan membawanya kedalam pagutan yang dalam.

Sial,sial,sial!. Gara-gara saran Jaemin yang menyuruhnya untuk mengenakan gaun tidur tipis itu dihadapan Mark hanya untuk melihat bagaimana reaksinya. Dan reaksi yang diberikan Mark sungguh diluar dugaan, setelah memakan hidangan makan malam, Haechan pikir keduanya akan langsung tidur, tapi Mark malah menarik tali bathrobe yang ia kenakan, dan dengan cepat membanting tubuhnya keatas kasur. Dan berakhir dengan ia yang kini berada di pangkuan Mark, menedesahkan namanya dengan lantang, untuk memuaskan hasrat tak tertahankan si tuan Lee.

Ditengah-tengah hentakan akan tubuhnya, Haechan bisa mendegar dengan samar, Mark mengatakan sesuatu yang tak bisa ia dengar dengan jelas. Entahlah, ia sedang pusing sekarang. Tapi yang jelas, malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi keduanya.












a.n

dobel ya qi, dimohon sumbangkan sedikit vote buat cerita ini supaya si writer lebih semangat menjelajahi otak untk mencari ide.😁

LUMIÈRE [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang