Di sore hari kala itu, dua sosok anak kecil tersebut berhenti dari acara berlarinya. Si anak perempuan terlihat lelah dengan nafas tersengal, menumpu kedua tangan di lutut ia berucap "kenapa kau menarikku dan membawaku ke sudut ruangan Minhyung?."
Haechan kecil tak tahu, kenapa tiba-tiba sosok anak laki-laki yang kata Renjun wajahnya terlihat galak ini menariknya lalu membawanya menjauh dari arah kerumunan anak-anak lain yang sedang berebut mainan di ruangan utama.
"Ini." Anak laki-laki kecil itu memberinya sebuah gantungan boneka singa yang berukuran tak terlalu besar kepada Haechan.
"Kenapa kau memberikanku—"
Belum sempat ia menyelesaikan kalimat itu, panggilan dari arah seberang segera menginterupsi.
"Minhyung-ie kau dimana nak?, ayo kita pulang." dengan jelas Minhyung kecil tahu siapa yang mempunyai suara itu.
"Aku disini ayah!." Teriaknya, "tunggu sebentar aku akan segera ke tempatmu."
Lalu pandangannya kembali menoleh kearah Haechan kecil. "Bawa ini sebagai kenang-kenangan dariku. Bulan depan aku akan mengunjungimu lagi."
Satu bulan.
Satu tahun.
Sepuluh tahun.
Dua puluh tahun.
Puluhan tahun terlewati begitu saja tanpa disadari, dan sejatinya Haechan yang sama masih menyimpan dengan apik gantungan kunci berbentuk singa kecil pemberian Minhyung. Bahkan di lubuk terdalam hatinya, ia selalu berharap suatu saat nanti akan bertemu kembali dengan anak laki-laki itu.
.
.
.
"Minhyung adalah nama Koreaku." Kata Mark Lee yang sedang bersandar di sofa balkon kamar sore ini. "Lee Minhyung lebih tepatnya, tapi setelah kepindahan ku ke Kanada aku memutuskan untuk mengubahnya menjadi Mark agar orang-orang lebih mudah memanggilku."
Terkejut? Tentu saja.
Haechan masih belum bisa terlepas dari rasa shock yang tiba-tiba menghampirinya beberapa menit yang lalu ketika Mark mengungkapkan secara langsung tentang masa lalunya kepada Haechan. Ditambah dengan ceritanya yang masih dengan jelas mengingat sosok gadis kecil bermata biru dengan rambut pirang yang tinggal di salah satu panti pinggiran kota, dimana anak gadis itu selalu saja mengajaknya berbicara.
Haechan sunggu masih tak percaya dengan semua kebetulan yang terlihat cukup mengerikan ini.
"Kau—"
"Ya. Anak lelaki itu aku, dan gantungan kunci itu adalah milikku."
Gadis itu tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang dengan semua kebetulan ini. Terlampau terkejut, senang, bahagia dan kecewa terasa campur aduk menjadi satu.
"Jika boleh jujur aku juga merindukan gadis berisik bermata biru yang selalu saja mengajakku bicara setiap ayah mengajakku ke panti itu." Mark mulai memutar memori masa lalunya.
"Rasanya seperti mimpi." Haechan melanjutkan, masih dengan rasa tak percaya yang begitu kentara. "Anak laki-laki pendiam dengan muka galak itu kini tumbuh menjadi sosok yang tak jauh beda ternyata." Ujarnya.
"Dan aku cukup tersinggung dengan ucapanmu barusan." Mark menyela cepat. "Bisakah kita membicarakan topik lain?." Haechan tentu saja tahu, suami kontraknya ini sedang ingin mengalihkan topik pembicaraan mereka.
"Apa kau pernah memata-mataiku selama ini?."
"Tidak."
"Apa kau pernah terjatuh?."
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMIÈRE [Slow Up]
FanfictionMarkHyuck fanfiction ; GENDERSWITCH [BELUM REVISI & BANYAK TYPO BERTEBARAN] 𝐋𝐮𝐦𝐢è𝐫𝐞 𝐢𝐬 𝐅𝐫𝐞𝐧𝐜𝐡 𝐟𝐨𝐫 '𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭'. "Tanda tangani disini dan hidupmu akan terjamin selama jangka waktu tiga tahun." "Perjanjian aneh apalagi ini Lee?! apa...