Swiss.
Negara ini adalah salah satu tempat yang masuk ke dalam list 'harus dikunjungi ketika sudah sukses nanti' oleh Haechan ketika dirinya masih berada di bangku sekolah menengah dahulu. Gambaran-gambaran pemandangan yang dahulu selalu ia lihat dari internet tentang betapa indahnya pedesaan di salah satu negara benua biru ini kini bisa ia rasakan langsung—membuatnya hampir menangis haru akibat terlalu takjub ketika baru menginjakkan kaki di negara indah ini beberapa waktu yang lalu.
Haechan rasanya ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada nyonya dan tuan Lee karena membuatnya bisa merasakan bagaimana rasanya 'tinggal' walau dalam waktu sementara di negeri ini.
"Berhentilah memandang terlalu lama kearah sana. Pengunungan itu tak akan hilang jika kau mengalihkan pandangan barang sedetik saja." —atau mungkin ia justru harus merasa kecewa akibat mendengar ucapan tadi dan teringat akan siapa yang membawanya ke sini secara cuma-cuma tanpa biaya sepeserpun.
"Aku membencimu Mark." Jawabnya, tanpa mengalihkan pandangan dari jejeran pegunungan Alpen yang terlihat membentang dari salah satu rumah yang sengaja disewa oleh nyonya dan tuan Lee selama mereka berada disini.
Tidak bisakah lelaki itu memberinya waktu sedikit saja untuk sekedar mengagumi keindahan yang selama ini menjadi angan semunya untuk melihat pegunungan dan pemandangan indah ini?, kenapa sikap menyebalkan itu semakin hari rasanya semakin bertamabah saja rasanya.
"Aku ingin keluar untuk membeli beberapa makanan ringan, apa kau mau ikut." Tanya Mark sembari mengancingkan mantel yang ia gunakan. Sedikit informasi bahwa suhu disini sudah mulai mendingin, haripun sudah mulai gelap.
Haechan mengangguk sembari menyambar mantel panjangnya di samping pintu ketika melihat Mark yang sudah keluar lebih dulu. "Hei jangan tinggalkan aku!."
.
.
.
"Beberapa keripik kentang...lalu, ah Mark aku mau susu yang itu." Mark mengambilkannya salah satu dari beberapa jajaran merk susu yang terlihat berjejer disampingnya.
Haechan memimpin acara 'belanja kecil-kecilan' ini dengan semangat. Terlalu semangat ketika melihat salah satu produk susu favoritnya ternyata juga ada di tempat ini.
Mereka hanya membeli beberapa cemilan ringan, tak terlalu banyak karena Haechan sudah mengomelinya terlebih dahulu tentang 'harus menjaga kesehatan' dan juga Mark terlalu malas untuk berdebat dengan mulut bising Haechan karena pastinya ia tak akan mau membuang-buang tenaga untuk hal itu.
Keluar dari swalayan kecil tempat mereka berbelanja tadi, seorang dengan tiba-tiba menghampiri mereka.
Pakaiannya yang dipakai terlihat cukup mahal jika dilihat dari mantel yang ia kenakan. Mark mengernyit ketika ia memasukkan belanjaan kedalam mobil dan melihat Haechan yang berada beberapa langkah darinya terlihat berbincang dengan pria itu.
Tatapan tajamnya awas mengawasi situasi sekitar, takut akan situasi yang tak diinginkan terjadi pada Haechan.
Tubuhnya ia bawa mendekat ketika pria itu sama sekali tak menaruh fokus padanya, justru ia memfokuskan seluruh perhatiannya kepada Haechan, membuatnya berdecih pelan akibat menyadari hal itu.
"Maafkan aku tuan, aku baru tiba di tempat ini beberapa waktu yang lalu. Tak mungkin jika aku adalah kekasihmu. Lagipula aku tak mengenalmu." Haechan berkilah ketika pria ini dengan terang-terangan menyebutnya sebagai kekasih tadi. Dan hal yang paling tak ia sangka adalah ketika pria itu mengucapkan hal yang mampu membuatnya terkejut dan Mark Lee yang sedang bersandar di mobil yang terletak belakang mereka mengepalkan tangan erat—kepalan tangan yang siap untuk menghancurkan apa saja sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMIÈRE [Slow Up]
FanficMarkHyuck fanfiction ; GENDERSWITCH [BELUM REVISI & BANYAK TYPO BERTEBARAN] 𝐋𝐮𝐦𝐢è𝐫𝐞 𝐢𝐬 𝐅𝐫𝐞𝐧𝐜𝐡 𝐟𝐨𝐫 '𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭'. "Tanda tangani disini dan hidupmu akan terjamin selama jangka waktu tiga tahun." "Perjanjian aneh apalagi ini Lee?! apa...