12. sweet couple?

3.1K 399 28
                                    

Cukup diam dan dengarkan.

Kang Mina mengajarinya banyak hal, termasuk bagaimana cara menghadapi tingkah polah dari sang nenek yang kini sedang duduk saling berhadapan dengannya.

Sore ini, ketika selesai dengan perkenalan  kecil-kecilan yang ditunjukkan padanya oleh sang ibu mertua kepada semua orang—yang ia maksud adalah para pekerja di rumah ini dan beberapa penjaga keamana juga tak luput dari sapaan nyonya Lee yang dengan bangganya mengenalkannya sebagai 'permata berharga milik keluarga Lee'.

Terkesan sangat-sangat berlebihan caranya, Haechan bahkan sempat merona beberapa kali ketika diam-diam ia mendegar bisikkan para pelayan tentang sosok Mark Lee yang begitu mencintainya sampai-sampai menciumnya dua kali di altar.

Rona di wajahnya, Haechan definisikan sebagai suatu luapan emosi yang mungkin—nanti ia akan lampiaskan kepada suaminya.

Ekhm, Suami.

Para pelayan tak henti-henti memandangnya dengan berbagai tatapan yang sangat bisa dengan mudah Haechan tebak. Ada guratan rasa kagum, bangga, suka, dan sedikit perasaan iri yang terlihat dari raut para pelayan yang sempat bertemu dan rela meninggalkan tugas mereka lalu berkumpul di ruangan tengah hanya untuk melihat bagaimana rupa sebenarnya dari nyonya muda rumah ini.

Kambali lagi ke topik awal.

Haechan mengangkat cangkir teh yang terlihat begitu mahal dihadapannya dengan jari kelingking yang terangkat sedikit, lalu menyesapnya dengan penuh kehati-hatian—yang dimana berhasil membuat wanita sekelas Kang Yoojin menerbitkan senyum kelewat tipis-hampir tak terlihat kearahnya.

Park Haechan—ah atau sekarang sudah menjadi seorang Lee Haechan?, baik mari kita sebut saja seperti itu.

Kang Yoojin akan sangat tak mentolerir apapun kesalahan dalam bersikap yang dilakukan oleh gadis dihadapannya ini. Kendati Haechan berasal dari golongan menegah ke bawah, Kang Yoojin harus bisa sedikit mengangkat derajatnya—ah, jika menjuruskan derajat itu dihitung dari banyaknya harta, maka lain bagi sosok tetua Kang satu ini.

Derajat tak hanya dihitung berdasar dari seberapa banyak harta yang dimiliki, tapi seberapa pantas sikap seseorang adalah penentu baginya apakah derajat itu pantas untuk orang tersebut atau tidak. Dan apakah orang itu pantas untuk menyandang gelar kedua keluarga ini.

Terpujilah mulut berisik Kang Mina yang mengoceh panjang nan lebar mengenai sikap apa saja yang patut dan tak patut Haechan tunjukkan dihadapan nyonya tua Kang—les singkat, sebut saja begitu. Setelah ini, wanita itu pasti akan bangga ketika melihat dirinya yang kini sedang dipandang dengan sebuah senyum tipis—kelewat tipis dari sosok tua dihadapannya.

"Keluarga Lee dan keluarga Kang dikenal dengan sikap tenang yang mereka tunjukkan di hadapan publik, apapun keadaan yang mereka hadapi." Haechan mengangguk pelan ketika mendegar ucapan dari nyonya Kang. "Aku tahu nyonya."

Si lawan bicara memandangnya lagi, tapi kali ini dengan tatapan yang lebih serius. "Selama ini, aku selalu bisa melakukan apapun yang aku mau, selagi itu hal yang benar. Termasuk dalam  memperingatkanmu tentang segala perilakumu yang akan menjadi tontonan menarik bagi banyak orang kini. Ingatlah, kau membawa nama besar keluarga Lee, Lee Haechan." wanita tua itu berbicara dan membuat Haechan serasa ditimpa beban begitu berat di pundak kecilnya akibat perkataanya barusan.

'Selamat tinggal masa muda ku, selamat tinggal kebebasanku.' Haechan menjerit dalam hati. Menyuarakan seberapa inginnya ia mengungkapkan pada wanita tua ini bahwa 'aku tahu bagaimana akan bersikap kedepannya. Dan tolong jangan ajari aku lagi tentang semua hal memuakkan ini.' Namun ucapan itu hanya teredam di tenggorokan, parahnya lagi mungkin tak akan pernah tersampaikan secara langsung.

LUMIÈRE [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang