08. you can't lie to me

2.8K 415 18
                                    

Katanya, ketika dua orang sudah hidup bersama sejak kecil—baik terikat dalam hubungan keluarga ataupun tidak. Maka, hati keduanya akan cenderung memiliki keterikatan satu sama lain. 

"Kau tak akan pernah bisa membohongiku Haechan Park.." Gadis didepannya berujar dengan aksen tegas—pertanda jika wanita itu ; Renjun Hwang saat ini sedang dalam mode sensitif dan peka—ralat, ia terlalu peka dengan keadaan sekitar.

Haechan bisa saja membohongi ibu panti, tapi jangan harap ia akan percaya dengan semua omong kosong yang si pirang ucapkan tiga puluh menit yang lalu di hadapannya.

Haechan meminum Matcha lattenya dengan pelan, mencoba mengatur kesiapan diri dengan segala semprotan yang nantinya akan keluar dari mulut Renjun.

"Dia mengenalkanku sebagai calon istri di hari perkumpulan keluarganya, didepan semua orang.." Haechan kembali mengumpati kebodohan Mark dalam hati ketika mengingat kejadian itu. "Mark awalnya akan dijodohkan dengan Kang Mina, tapi mereka berdua menolak keputusan dari nenek Kang dan begitulah. Nyonya Lee, bahkan sudah membahas konsep pernikahan kemarin denganku.." Haechan kembali menatap kearah Renjun yang juga sedang menatap kearahnya.

"Jika dia bukan Mark Lee aku akan dengan senang hati untuk memukulnya sampai ia terbaring di ranjang rumah sakit selama seminggu penuh.."

Haechan tersenyum kecut, tentu saja. Ia dan Renjun bekerja di satu tempat yang sama, sialnya itu adalah tempat yang bernama Lexan.Inc—dimana Mark Lee adalah pemegang kuasa tertinggi atas perusahaan itu kini.

"Aku menandatangani kontrak itu dan ia berjanji akan memberikanku satu juta dollar setiap minggunya.." Ada sorot sendu yang terpendam dalam nada bicara Haechan dan Renjun tentu saja menyadari.

"Kau bahkan tak memikirkan resiko yang akan kau hadapi kedepannya Haechan.." bukan apa , tapi Renjun hanya takut jika nanti Haechan justru akan mendapat perlakuan yang kurang baik disana, mengingat Haechan adalah orang yang mudah sekali terpengaruh oleh perkataan orang.

"Aku tak bisa mundur Renjun, Kumohon sekali ini saja ya?.." Haechan kini menatapnya dengan pandangan teduh. "Aku melakukan ini demi kalian semua, aku tak punya pilihan lain Renjun. Jika aku mundur, maka sama saja dengan aku mempertaruhkan nyawa semua anak yang bernaung di tempat yang sama.." jelasnya.

"Kau masih marah padaku?.." Haechan kembali bertanya pelan, takut menyinggung Renjun.

"Tidak.." Haechan menghela nafas begitu jawaban itu akhirnya meluncur dari mulut Renjun. Walau sedikit tak yakin, setidaknya Renjun sudah mengatakan tidak tadi—bisa bernafas lega karena Renjun tak mengomelinya panjang kali lebar.

"Aku ingin memelukmu saja rasanya.." Haechan terkikik, tetapi setetes kristal bening justru lolos dari kedua mata cantiknya. Renjun yang melihatnya ikut meneteskan air mata, tapi gadis itu segera mengusapnya pelan dengan kedua tangan. Ia tak boleh terlihat lemah disini.

"Aku tak pernah mengira, jalan hidup kita akan sesulit ini Haechan-ah..." dadanya terasa sesak, seperti diremas kuat ketika Renjun mengucapkan kalimat itu.

"Tumbuh besar di panti asuhan,tanpa kasih sayang kedua orang tua. Semua kenangan selama kurun waktu itu, aku masih mengingatnya—semuanya. Dimana saat seorang bayi berumur satu tahun dengan mata biru cantiknya merangkak dengan susah payah menuju kearahku ketika aku menangis kencang karena kehilangan pensil warna. " kilasan memori kecil mereka kembali memenuhi pikiran Renjun. "Aku sempat mengira bahwa bayi kecil itu akan tumbuh lemah mengingat betapa ringkih tubuhnya ketika dibawa oleh ibu panti.." Renjun mengembangkan senyumnya.

"Tapi, kini bayi mungil yang selalu mengikuti kemanapun aku pergi tumbuh besar menjadi seorang malaikat tak bersayap bagi semua orang.."

Sudah, pertahanan diri Haechan sudah luntur, ia menunduk untuk menyembunyikan tangisan yang semakin terisak. Renjun menggenggam tangannya—memberikan sebuah dukungan yang secara tak langsung membuat Haechan kembali mengembangkan senyum.

"Ucapan terimakasih tak akan cukup untuk semua hal yang sudah kau lakukan.." Renjun kini menghela nafas. "Maafkan aku, dan bilang padaku jika nanti Mark Lee menyakitimu. Persetan dengan banyak uang dan kuasa yang ia punya, aku akan tetap memukulnya jika dia berani melukaimu.."

Redupnya matahari di sore hari kala itu, menjadi saksi bisu tentang kisah mereka yang kembali berlanjut disela obrolan ringan di sebuah cafe kecil di pinggir kota.

*****

Pukul sembilan malam, di dalam kamar tidurnya sendiri, Mark Lee memandangi sebuah map besar yang didalamnya berisi selembar surat yang dibuat untuk mengikatnya dan wanita itu—Haechan Park dalam sebuah hubungan singkat ; pernikahan kontrak.

"Caithlyn Ainsley Madelyn.." Ada jeda sejenak sebelum ia membalikkan sebuah foto seorang gadis yang tersenyum begitu cerah, seolah menandingi cerahnya sinar sang mentari.

Jemari kokoh dan kuat itu mengusap sebuah foto dimana, Haechan terlihat sedang mengantre di bagian kasir sebuah swalayan.

Senyumnya terbit ketika melihat foto itu.

"Haechan, gadis itu aku sungguh menyukainya!." Ibunya menjerit ketika mengatakannya. "Matanya begitu cantik, tapi dia masih canggung untuk sekedar berbicara denganku. Saat aku bertanya konsep pernikahan apa yang ia inginkan Haechan justru tersedak. Haaah! Aku terlalu mengejutkannya sepertinya.."

Mark Lee tidak bisa untuk tak menyembunyikan tatapan kesalnya kepada sang ibu. Tapi sebersit hatinya mengucapkan terimakasih karena tindakan nekat ibunya tadi siang yang dengan semangat menemui Haechan membicarakan hal yang bahkan tak pernah sekalipun terpikir olehnya sendiri.

Umpatan—ciuman—tamparan.

Dan akibatnya begitu kompleks, Mark Lee mendapatkan semuanya.

"Kedatanganmu yang tiba-tiba di kantor sempat membuat keributan jika kau lupa ibu.." Mark bersuara ketika mengingat kejadian beberapa jam yang lalu saat ibunya tiba-tiba saja sudah ada di salah satu meja cafetaria perusahaan bersama dengan sekretarisnya—mereka berdua menjadi pusat perhatian tentunya.

Keadaan kantor sempat hilang kendali selama beberapa saat sebelum para petugas keamanan akhirnya melakukan tugasnya dengan baik.

Mengusir semua orang, tentu saja.

Dan keadaan kembali kondusif setelahnya. Para pegawai tak akan pernah berani melakukan hal lain jika pengusiran telah terjadi. Jika nekat maka akan ada dua pilihan.

Pertama, bahwa kau akan bekerja selama satu tahun tanpa digaji.

Kedua, kau akan ditendang dari perusahaan raksasa sekelas Lexan.Inc, dimana nantinya kenyataan yang harus dihadapi adalah ; bahwa kau akan mendapatkan kesulitan ketika ingin mendaftar pekerjaan ditempat lain.

Mark memandangi foto gadis itu sekali lagi sebelum menyimpannya kembali ke dalam map. Sebuah seringaian terukir jelas ketika manik sekelam malam itu menatap kearah objek yang sedari tadi menjadi fokusnya.

"Can't wait to see you tomorrow sun."












a.n

yang baca sampe part ini tapi belum pernah vote fiks kalian jahad btul.

/nangis

LUMIÈRE [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang