Haechan yang tiba-tiba diam sepanjang hari adalah sebuah petaka bagi seorang Mark Lee. Sedari tadi, si CEO baru Lexan.Inc itu hanya bisa memijit pelan pangkal hidungnya agar pening yang sedang ia rasakan bisa sedikit berkurang. Otaknya serasa pecah ketika mengingat kejadian kemarin, dan jangan lupakan kejadian setelahnya, ketika ia mengantarkan Haechan menuju ke apartemen.
Sebuah teriakan menggema ia dengar dari bibir tebal itu ketika Haechan dengan terang-terangan mengomelinya–berisi umpatan tentunya. Tak lupa tamparan di pipi ia juga terima—cukup sakit rupanya, tenaga Haechan tak main-main ketika menamparnya kemarin malam.
Mark sadar, ia sudah mengambil resiko besar dengan semua tindakan yang ia lakukan semalam. Nekat mengenalkan Haechan sebagai calon istri, yang awalnya hanya bertujuan agar orang yang sudah ia anggap sebagai neneknya sendiri itu tak lagi memberondongnya dengan pertanyaan yang sama lagi setiap kali mereka bertemu. Dan lagi gila apa ia dijodohkan dengan Mina? si wanita perusuh semasa sekolah yang terkenal dengan sifat bar-barnya.
"Kapan kau akan menikah nak?."
"Usiamu sudah matang, terlebih kau mapan dan tampan. Apa kau tak ingin mencari seorang istri?."
"Kau lebih baik menikah dengan Mina sayang.."
Yang terkahir adalah sebuah paksaan, yang memicu kedua orang itu—Mark dan Mina harus memutar otak untuk mencari cara agar rencana yang disusun oleh neneknya sendiri gagal total.
Dan kini semuanya menjadi kacau karena ulahnya sendiri.
*****
Mark masih setia duduk berhadapan dengan laptop yang menampilkan grafik naik pada angka saham perusahaan—senyumnya terbit ketika melihat hal itu. Ketika masih fokus memperhatikan, sebuah bantingan pintu menginterupsi, membuatnya mengalihkan pandangan sekejap.
Ketika akan melihat siapa yang datang, Mark justru dikejutkan dengan suara sosok yang berada di depan pintu. Haechan rupanya disana—dengan wajah seramnya, yang mampu membuat Mark meneguk ludah kasar.
"Akan ada apalagi ini?." Wanti-wantinya dalam hati.
"Fuck you Mark Lee! Fuck you!.." umpatan tiba-tiba Haechan layangkan ketika ia selesai membanting pintu sembari berjalan tergesa— mendekat kearah Mark.
"Ada apa Haechan?." Mark berusaha meredam emosi, rautnya masih tenang ketika Haechan mengumpatinya tadi—catatan penting, jika itu bukan Haechan, maka ia akan dengan senang hati melempar kepala orang yang berani mengumpat padanya dengan vas bunga kecil yang terletak persis di sampingnya.
"Kenapa semua keluargamu gila hah?!.." teriaknya frustasi. "Ibumu tadi datang ke kantor. Ia rupanya menungguku di cafetaria perusahaan. Aku kira ia akan mencaci ku karena ulahmu semalam. Tapi ibumu justru membahas hal-hal konyol tentang pernikahan kita!.." lanjutnya dengan mengusak rambutnya kasar.
Kewarasan Haechan rupanya sedang diuji sekarang.
"Benarkah?.." ucapan santai Mark mendapat sebuah pelototan tajam dari Haechan, dan dengan kesal gadis pirang itu menggebrak meja kerja milik Mark. Semalam ia hanya sempat manamparnya di pipi—belum sempat mencabik-cabik mukanya yang arogan itu akibat Mark yang lebih dahulu memasuki mobil sebelum ia sempat mengambil ancang-ancang.
"Mark jika kau masih bersikap seperti ini padaku, aku akan mengatakan yang sebenarnya pada semua orang.."
Mark justru terkekeh dengan ancaman yang Haechan lontarkan.
'Bodoh rupanya'
"Lalu kau pikir mereka semua akan mempercayai ucapanmu?.." Mark memandang Haechan—melepaskan fokusnya dari layar laptop dan menutup benda itu.
Sedikit meregangkan otot-otot yang terasa kebas, Mark memutuskan untuk bangkit menuju ke salah satu tempat berkas.
Ketika menemukan berkas yang ia mau, Mark kembali berjalan kearah Haechan. Ia menyuruh Haechan duduk di sebuah sofa yang berada di bagian kanan ruangan.
"Berkas perjanjian." Mark berujar sembari membuka berkas digenggamannya. "Tanda tangani disini dan hidupmu akan terjamin selama jangka waktu tiga tahun." Mark menjelaskannya singkat, sungguh ia sedang malas untuk sekedar berdebat hari ini. Tubuhnya lelah, ia ingin istirahat sebentar sebelum melanjutkan pekerjaan.
"Perjanjian aneh apalagi ini Lee?! apa kau belum puas membuatku tak bisa tidur kemarin malam akibat semua ulah bodohmu itu?!." Terkadang kurang tidur juga bisa mempengaruhi mood dan kestabilan pikiran si gadis pirang. Persetan dengan formalitas, dari kemarin malam ia sudah bertekad tak akan pernah bersikap baik dihadapan sang atasan.
Haechan menoleh ketika Mark berucap bahwa ia bisa membaca berkas itu terlebih dahulu, lalu menandatanganinya. Haechan menggerakkan fokusnya agar bisa membaca secara detail tentang isi perjanjian Mark buat.
Menarik juga rupanya. Hidupnya akan terjamin, tapi sayang sekali. Setelah menikah ia harus benar-benar menjadi seorang istri bagi Mark—yang artinya ia harus berhenti dari pekerjaannya yang sekarang. Karir yang ia rintis dari nol akan hilang dalam sekejap.
"Aku membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidupku Mark, aku tak mungkin meminta terus-terusan padamu.." lirih, nadanya sangat terdengar lirih di telinga Mark. Dan Mark akhirnya bisa menyadari bahwa Haechan adalah orang yang selalu berusaha agar bisa memenuhi kebutuhannya sendiri.
Melakukan semuanya sendiri, tanpa perlu merepotkan orang lain.
Haechan adalah wanita yang mandiri, berpendirian tegas, tepat waktu dan ulet dalam bekerja. Lalu ketika ia menandatangani kontrak yang dibuat oleh Mark maka, Haechan akan otomatis berhenti dari pekerjaannya dan sepenuhnya menjadi wanita rumahan yang selalu setia menunggu sang suami dari pulang bekerja dan melakukan apapun itu tugas rumah lainnya.
"Seribu dollar per minggu?, Sekali lagi kutekankan Mark Lee yang terhormat. Kau membayarku seolah-olah aku adalah seorang artis papan atas yang sudah terverifikasi dan mendapat ratusan penghargaan." Hei, penawarannya menang terdengar menarik,tapi uang sebanyak ini...
"Aku tak pernah main-main dalam membuat kontrak nona Park, bayaran setimpal untuk semua yang akan kau lakukan nantinya.." menangkap sinyal bahaya dari sang atasan Haechan tanpa pikir panjang langsung menandatangani selembar surat kontrak yang akan benar-benar mengubah hidupnya mulai hari ini—atau mungkin besok.
Mark mengangkat seringai khas ketika melihat Haechan yang tiba-tiba menjadi seekor kucing kecil tak beradaya dihadapan seekor singa buas.
"Kau tahu, aku tak pernah mentoleransi siapapun yang berani mengumpatiku didepan wajahku sendiri." Kembali, Haechan benci situasi ini. Situasi dimana Mark mulai mendominasi dirinya.
Haechan masih bungkam sebelum satu gerakan tiba-tiba dari Mark yang mengukungnya—tak membiarkan sedikitpun celah agar si pirang bisa kabur.
"Dan kau mengumpatiku.." datar, nada itu Haechan membencinya karena membuatnya semakin terpojok.
"Lepaskan aku Ma—hmmph!.."
Dan tamparan yang sama kembali Mark rasakan saat ia melepas tautan basah dari bibir Haechan.
"Bastard!." Tidak—Mark tidak marah ketika Haechan meninggalkannya dengan sebuah umpatan—lagi dan bantingan pintu—si pirang kembali ke ruangannya tentunya.
Pria itu justru terkekeh, setidaknya ia bisa merasakan candu barunya—yang sedari tadi terus menggoda untuk dikecup ketika si empu sibuk mengumpatinya. Bibir tebal milik Haechan adalah candunya mulai sekarang.
"Yeah, love you too, soon to be Mrs. Lee."
a.n
Maaf menghilang lama, soalnya ada kala ketika "sesuatu" itu harus diatasi dalam beberapa hari dengan pikiran yang tenang dan tak bisa dilakukan dengan tergesa gesa.
Hehehe, hope u like it, sorry for typo's. Dont forget to votement bestie❤️🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMIÈRE [Slow Up]
FanfictionMarkHyuck fanfiction ; GENDERSWITCH [BELUM REVISI & BANYAK TYPO BERTEBARAN] 𝐋𝐮𝐦𝐢è𝐫𝐞 𝐢𝐬 𝐅𝐫𝐞𝐧𝐜𝐡 𝐟𝐨𝐫 '𝐥𝐢𝐠𝐡𝐭'. "Tanda tangani disini dan hidupmu akan terjamin selama jangka waktu tiga tahun." "Perjanjian aneh apalagi ini Lee?! apa...